Ada 75 Permainan Rakyat-Olahraga Tradisional di Dekat Borobudur

Ada 75 Permainan Rakyat-Olahraga Tradisional di Dekat Borobudur

Eko Susanto - detikJateng
Minggu, 06 Mar 2022 07:30 WIB
Lokakarya pemajuan budaya spiritual, permainan rakyat, dan olahraga tradisional di Ngargogondo Borobudur.
Lokakarya pemajuan budaya spiritual, permainan rakyat, dan olahraga tradisional di Ngargogondo Borobudur. Foto: Eko Susanto/detikjateng
Magelang -

Di sekitar Candi Borobudur ditemukan sedikitnya 75 permainan rakyat dan olahraga tradisional (PROT). Permainan rakyat dan olahraga tradisional seperti egrang, gobak sodor, layang-layang itu tersebar di 17 desa di sekitar Candi Borobudur.Permainan tradisional antara lain maupun lainnya.

"Ada yang bahannya berbasis tanaman pisang, bambu, kelapa, singkong, umbi-umbian, sampai batu. Setelah dihitung, dibikin berbagai macam alat permainan edukatif, ada sekitar 75. Itu belum semua ya" kata Ketua Eksotika Desa Panji Kusuma di sela Lokakarya Perumusan Agenda Pemajuan Budaya Spiritual dan PROT di Balkondes Ngargogondo, Borobudur, Rabu (2/3/2022) lalu.

Panji mengatakan, tembang dolanan anak juga termasuk dalam kategori permainan rakyat dan olahraga tradisional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun ini akan eksplorasi itu (tembang dolanan), sehingga bisa menambah jumlahnya. Dari barang bekas juga belum (didata), contohnya dolanan wayang kardus di 11 desa yang diinisiasi Mas Sukoco dari Desa Candirejo (desa)," ujar Panji.

Setelah diadakan lokakarya permainan rakyat dan olahraga tradisional di sekitar Candi Borobudur, masing-masing penggerak budaya akan melakukan pertemuan lanjutan. "Rencana aksinya mengarah pada paket wisata," kata Panji.

ADVERTISEMENT
Lokakarya pemajuan budaya spiritual, permainan rakyat, dan olahraga tradisional di Ngargogondo Borobudur.Lokakarya pemajuan budaya spiritual, permainan rakyat, dan olahraga tradisional di Ngargogondo Borobudur. Foto: Eko Susanto/detikjateng

Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Samsul Hadi, mengatakan lokakarya itu demi gerakan pelestarian budaya.

"Ini bagian dari upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan berbasis masyarakat. Perencanaan dan identifikasi temu-kenali itu dari masyarakat, bukan dari kami. Kami mendorong, menjembatani, sehingga keberlangsungan budaya spiritual tetap lestari," ujar Samsul.

Menurut Samsul, gobak sodor, egrang, layangan dan wayang kardus berpotensi mennghubungkan anak-anak dengan budaya spiritual. "Makna budaya spiritual itu bisa ditampilkan petuah dan pitutur luhurnya melalui jenis-jenis permainan itu," kata dia.

"Ini juga bisa menjadi paket pariwisata. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan budaya spiritual bisa menjadi kalender event di desa," ujarnya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Aziz Amin Mujahidin mengatakan, PROT sebetulnya sudah ada sejak lama karena pendidikan olahraga dan kesehatan, baik yang berbasis prestasi maupun nonprestasi.

"Sudah dikembangkan di sekolahan, di pramuka, ekstrakuriluker, tapi hal luar biasa menjadi ekspresi bakat minat. Kita memang belum mengidentifikasi secara maksimal, tapi anda lihat sendiri seperti bentik, gobak sodor, tali tambang pakai karet, itu kan permainan semua," ujar Aziz.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads