Para saksi mata mengungkap suasana horor di Gate 13 saat Tragedi Kanjuruhan pecah akhir pekan lalu. Teriakan-teriakan pilu terdengar dari arah gate 13 dan sekitarnya.
Dilansir detikX, dua orang saksi kejadian yang saat itu sedang berada di dekat ruko sebelah pintu 13 mendengar teriakan kepanikan. Beberapa Aremania mengangkat meja di ruko tersebut.
Terdapat polisi yang ngopi di ruko itu dilempar bangku plastik oleh suporter.
"Bojoku matek! Bojoku matek! (Istriku meninggal! Istriku meninggal!)," begitu teriak pendukung yang melempar bangku ke arah polisi, kata salah satu saksi.
Sementara itu meja ruko digunakan sebagai penopang orang-orang yang keluar lewat blok ventilasi udara atau roster beton di samping kiri gate 13. Karena pintu dikunci, para suporter menjebol paksa susunan roster beton, sehingga terbuka lubang seukuran satu badan orang dewasa yang bisa dijadikan pintu keluar alternatif.
Berdasarkan penuturan empat Aremania yang menonton pertandingan dari tribun 4, 5, 12, dan 13, kekacauan di dalam stadion bermula ketika ada dua Aremania melompati pagar tribun. Mereka mencoba menyampaikan dorongan semangat kepada para pemain Arema FC setelah pertandingan berakhir.
Baca juga: Malam Jahanam di Pintu 13 |
Itu disebut hal yang biasa terjadi karena ada kedekatan antara suporter dan pemain. Saat itu para pemain Persebaya Surabaya sudah memasuki ruang ganti tanpa menjadi korban kekerasan.
"Memang ada beberapa lemparan botol plastik ke tengah lapangan, tetapi tidak ada pemain yang kena," kata seorang penonton di tribun 12, Dadang Indarto.
Para suporter lainnya ramai-ramai turut turun ke lapangan. Karena lapangan stadion semakin dipenuhi massa, anggota kepolisian dan TNI berupaya memukul mundur dengan teriakan, pentungan, pukulan, dan tendangan.
Ramai-ramai sebagian Aremania kemudian kembali ke tribun. Namun polisi menembakkan gas air mata ke tengah lapangan, ke arah kumpulan massa, hingga ke arah tribun.
Suporter yang menonton di tribun 11, Nesya (15) menuturkan polisi mulai memberondong tembakan gas air mata ke tribun 10, 11, 12, dan 13 pada pukul 22.09 WIB.
Beberapa suporter mencari pintu keluar terdekat. Nesya dan rekan-rekannya memilih pintu 10. Saat itu, gas air mata terasa semakin menyengat. Nesya sempat melihat anak kecil kesulitan bernapas dalam gendongan orang tuanya.
"Makin banyak asap. Terus aku nggak kuat. Sesak (napas). Mataku perih. Terus nggak sadar (pingsan)," kata Nesya kepada reporter detikX.
Dia yang pingsan di lorong menuju pintu 10 lalu digotong temannya melewati pintu 10. Saat itu pintu 10 masih terbuka., berbeda dengan gate 13, yang ternyata sempat dibuka tetapi ditutup lagi.
Simak lebih lengkap di halaman berikutnya...
Simak Video "Video: Kecelakaan Karambol di Tol Gayamsari Semarang, 8 Orang Terluka"
(sip/sip)