Soal Tragedi Kanjuruhan, CEO PSIM: Libatkan Tim Independen dalam Investigasi

Soal Tragedi Kanjuruhan, CEO PSIM: Libatkan Tim Independen dalam Investigasi

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Senin, 03 Okt 2022 20:15 WIB
Tribun Maut Stadion Kanjuruhan Saksi Bisu Tewasnya 125 Orang
Tribun Maut Stadion Kanjuruhan Saksi Bisu Tewasnya 125 Orang (Foto: Muhammad Aminudin)
Jogja -

Tragedi setelah laga Arema FC menghadapi Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) malam, merenggut nyawa ratusan korban. Chief Executive Officer (CEO) PSIM Jogja Bima Sinung Widagdo berpendapat agar ada tim independen dalam investigasi tragedi Kanjuruhan tersebut.

"Kejadian di Kanjuruhan kemarin merupakan peristiwa yang amat tragis, yang menyebabkan hilangnya ratusan nyawa," kata Bima dalam keterangannya kepada wartawan, Senin (3/10/2022).

Bima menilai kejadian tersebut termasuk salah satu bencana terbesar di dunia sepakbola. Untuk itu, mewakili PSIM, Bima menyatakan seharusnya pihak berwenang melibatkan tim independen untuk melakukan investigasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menurut pendapat kami harus dilakukan investigasi yang melibatkan pihak independen," ucapnya.

Hal tersebut agar hasil dari investigasi dapat menjadi evaluasi yang benar-benar sesuai dengan apa yang terjadi.

ADVERTISEMENT

"Sehingga dapat dihasilkan evaluasi yang objektif dan memberikan solusi bagi persepakbolaan nasional ke depannya," ujarnya.

Sebelumnya, tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10) menelan 125 korban jiwa, berdasarkan keterangan polisi. Tragedi bermula saat laga Arema FC vs Persebaya berakhir dengan skor 2-3. Disebut banyak suporter yang kecewa dengan hasil tersebut kemudian turun ke lapangan.

"Kami juga ingin menyampaikan bahwa dari 40.000 penonton yang hadir kurang lebih, tidak semuanya anarkis, tidak semuanya kecewa, hanya sebagian yaitu sekitar 3 ribuan yang masuk turun ke tengah lapangan. Sedangkan yang lainnya tetap di atas (tribun)," kata Kapolda Jatim Nico Afinta, Minggu (2/10), dilansir detikJatim.

Pihak kepolisian mencoba mendorong suporter agar meninggalkan lapangan. Polisi menembakkan gas air mata. Awalnya, gas air mata hanya ditembakkan di area lapangan.

Namun setelah itu, polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun. Gas air mata ditembakkan berulang kali.

Suporter di tribun panik. Mereka mulai bergerak menuju pintu keluar untuk menyelamatkan diri masing-masing. Karena berdesak-desakan, banyak suporter terjatuh dan terinjak-injak.

Banyak yang pingsan. Banyak suporter yang terkapar. Ambulans datang silih berganti untuk mengangkut para korban ke sejumlah rumah sakit. Tragedi tersebut menelan 125 korban jiwa dan ratusan lainnya luka.




(rih/dil)


Hide Ads