Kisah Slemania, Suporter PSS Sleman Penguasa 'Tribun Hijau' Maguwoharjo

Kisah Slemania, Suporter PSS Sleman Penguasa 'Tribun Hijau' Maguwoharjo

Tim detikJateng - detikJateng
Senin, 29 Agu 2022 14:41 WIB
Laga uji coba PSS Sleman menjamu tamunya Bali United di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (4/6/2022). Laga uji yang diselenggarakan dengan suporter tersebut berakhir dengan skor 1-2 untuk kemenangan Bali United.
Suporter PSS Sleman. (Foto: Pius Erlangga/detikJateng)
Solo -

Ada fenomena unik di Stadion Maguwoharjo, Sleman, DIY. Tiap kali tim tuan rumah PSS Sleman bertanding di stadion itu, ada istilah 'tribun hijau' dan 'tribun hitam' di sisi belakang kedua gawangnya. Tribun hijau untuk Slemania, sedangkan tribun hitam untuk BCS (Brigata Curva Sud). Berikut kisah dua wadah suporter PSS Sleman tersebut.

Mengenal Tribun Hijau dan Hitam

Menurut jurnal Sayap Selatan Elang Jawa: Ekspresi Identitas Fanatisme BCS PSS Sleman (Jurnal Studi Pemuda Vol 2 No 2, 2013:187), tribun belakang gawang sisi utara dan selatan lazimnya dibagi untuk kelompok suporter tim tuan rumah dan tim tamu.

Namun, pola pembagian sektor dua belakang gawang itu tidak berlaku di Stadion Maguwoharjo tiap kali tim PSS Sleman bertanding di situ. Sebab, tribun sayap utara sudah menjadi langganan Slemania dengan atribut serba hijaunya sehingga disebut 'tribun hijau. Adapun tribun sayap selatan dikenal sebagai tribun hitam, 'markas' bagi BCS dengan atribut hitam-hitamnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tentang Slemania dan BCS

Slemania merupakan kelompok pendukung klub sepak bola PSS Sleman yang lebih dulu terbentuk daripada BCS. Dalam jurnal karya Lubabun Ni'am dan Wisnu Prasetyo Utomo disebutkan, kelahiran Slemania nyaris beriringan dengan merebaknya organisasi suporter klub sepakbola di Indonesia, yakni pada tahun-tahun pertama usai tumbangnya Orde Baru.

Sedangkan Brigata Curva Sud (BCS) baru mencuat secara lamat-lamat sejak musim 2009-2010. Jumlah kelompok suporter BCS semakin menonjol pada musim kompetisi 2011-201. Selain Slemania dan BCS, sebenarnya masih ada banyak elemen suporter pendukung PSS Sleman yang lain dengan bendera masing-masing. Namun, Slemania dan BCS yang paling tampak menonjol.

ADVERTISEMENT

Sejarah Suporter Sepak Bola di Indonesia

Pasca-Orde Baru, kelompok suporter sepak bola lahir dan dideklarasikan oleh hampir seluruh klub sepakbola di semua divisi Liga Indonesia (buku Sepakbola Tanpa Batas karya Anung Handoko, Kanisius 2007). Kecuali Persebaya dan Arema, dua klub dari Surabaya dan Malang, yang terlebih dulu melahirkan basis suporter tradisionalnya pada 1980-an dan 1990-an.

Kisah berdirinya Slemania ada di halaman selanjutnya...

Seiring dengan lahir dan tumbuhnya kelompok-kelompok suporter, konflik antarsuporter pun meningkat luas. Antropolog Freek Colombijn dalam jurnal The Politics of Indonesian Football (Archipel 59, 2000) melihat bahwa seteru antarsuporter itu barangkali menandai betapa penghormatan atas keseragaman dan stabilitas langgam Orde Baru mulai berkurang.

Kisah Berdirinya Slemania

Kepada detikJateng pada awal 2022, Ketua Umum Slemania Rengga Dian Senjaya menceritakan sejarah terbentuknya Slemania. Menurut Rengga, Slemania awalnya terbentuk sebagai respons atas aksi pemukulan suporter PSS saat berlaga di Divisi I Liga Indonesia.

Setelah insiden itu, para tetua suporter menggelar rapat di Griya Kedaulatan Rakyat pada 9 Desember 2000. Rapat itu membahas rencana pembentukan suatu organisasi wadah suporter. Dari rapat itu munculah ide untuk mengadakan 'Sayembara Nama Wadah Suporter PSS'.

Beragam nama muncul dari sayembara yang berlangsung pada 11-22 Desember 2000 tersebut. Di antaranya nama Slemania, Slemanisti (Sleman Mania Sejati), dan Baladamania (Barisan Pecinta Laskar Sembada), Papesanda (Pasukan Pendukung Laskar Sembada), Lambada (Laskar Sleman Sembada), Patram (Pasukan Putra Merapi), dan lain-lain.

Namun, akhirnya nama Slemania yang dipilih sebagai pemenang dan dideklarasikan pada 22 Desember 2000 di kantor redaksi Kedaulatan Rakyat (KR), Jogja. Wahyu Wibowo terpilih sebagai ketua pertama Slemania sampai 2005.

Kepemimpinan Wahyu Wibowo kemudian digantikan oleh Supriyoko pada 2005-2008. Dikutip dari jurnal Sayap Selatan Elang Jawa: Ekspresi Identitas Fanatisme BCS PSS Sleman, Wahyu dan Supriyoko dikenal sebagai pentolan PDI Perjuangan Sleman pada masa itu yang punya pengaruh besar terhadap anak-anak muda di Sleman.

"Sampai tujuh tahun setelah deklarasi, Slemania gencar membangun profil organisasi yang selain dekat dengan politisi lokal dan pejabat pemerintah daerah, juga kreatif dan memiliki mekanisme kontrol terhadap suporter hingga level kampung. Pengurus Pusat Slemania membawahi korwil atau koordinator wilayah (Jurnal Studi Pemuda, 2013:194)."

Menurut Rengga, saat ini anggota Slemania berjumlah ribuan orang yang memiliki KTA. Mereka tersebar di tiga korwil. Anggota Slemania juga tersebar di Kabupaten Sleman, luar kota, bahkan beberapa di luar negeri karena sekolah atau sebagai TKI.

Slemania pernah mendapat penghargaan sebagai suporter terbaik se-Indonesia versi ANTV pada 2005. Saat itu PSS Sleman berlaga di Divisi Utama. Sebagai suporter terbaik, Slemania saat itu mengalahkan Laskar Benteng Viola (Persita Tangerang) dan The Macz Man (PSM Makassar).

Namun, pasang surut bukan hanya dialami oleh tim. Kelompok suporter Slemania mengalami hal itu. Slemania pun sempat vakum dan anggotanya hilang satu per satu. Tapi Rengga punya keyakinan untuk memberikan warna baru bagi Slemania.

Menurut Rengga, cara menjadi anggota Slemania cukup mudah. Siapapun bisa menjadi Slemania. "Cukup mendukung PSS Sleman di tribun utara, sudah bisa dikatakan menjadi Slemania," katanya.

"Tapi, ke depannya anggota Slemania bakal didata dengan penggunaan sistem KTA untuk pendataan anggota laskar atau independen," imbuh Rengga saat itu.

Halaman 2 dari 2
(dil/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads