Benarkah Makanan yang Dibakar dapat Menyebabkan Kanker? Begini Penjelasannya

Benarkah Makanan yang Dibakar dapat Menyebabkan Kanker? Begini Penjelasannya

Anindya Milagsita - detikJateng
Selasa, 21 Mei 2024 09:03 WIB
Ilustrasi Barbeque
Ilustrasi benarkah makanan yang dibakar dapat menyebabkan kanker? (Foto barbeque: Thinkstock)
Solo -

Meskipun mampu memberikan cita rasa yang lebih nikmat, tak jarang muncul anggapan bahwa makanan yang dibakar dapat menyebabkan kanker. Benarkah demikian?

Proses pengolahan masakan biasanya melibatkan berbagai cara. Sebut saja misalnya digoreng, direbus, dikukus, hingga dibakar. Dari sejumlah cara memasak tadi, dibakar menjadi satu proses yang dianggap mampu menambah cita rasa pada makanan. Hal ini dikarenakan ada aroma sisa asap pembakaran yang tertinggal di makanan yang cenderung disukai oleh sebagian orang.

Bukan hanya itu, tidak sedikit orang menyukai olahan makanan yang dibakar karena umumnya proses memasaknya bisa dipilih sebagai salah satu kegiatan yang bisa dilakukan bersama dengan orang-orang terdekat. Walaupun begitu, makanan yang dibakar dianggap mampu memberikan efek yang kurang baik terhadap kesehatan. Salah satunya meningkatkan risiko penyakit kanker.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas apakah benar makanan yang dibakar dapat menyebabkan kanker? Agar mengetahui hal tersebut secara lebih jelas, detikJateng telah merangkum informasinya secara rinci. Simak jawabannya melalui artikel ini, ya.

Apa Itu Kanker?

Sebelum mengetahui penjelasan mengenai benarkah makanan yang dibakar dapat menyebabkan kanker, mari mengenal secara lebih dekat mengenai kanker. Menurut KBBI, kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakteraturan perjalanan hormon yang mengakibatkan tumbuhnya daging pada jaringan tubuh yang normal. Kanker juga kerap disebut sebagai tumor ganas.

ADVERTISEMENT

Dalam buku 'Sleep Quality Scale Pada Pasien Kanker' yang disusun oleh Amzal Mortin Andas dkk, kanker dapat didefinisikan sebagai sel tubuh yang mengalami mutasi atau perubahan. Diketahui sel tubuh tersebut tumbuh secara tidak terkendali dan tak jarang membelah lebih cepat apabila dibandingkan dengan sel pada umumnya.

Sel kanker yang sudah tumbuh cenderung tidak mati setelah usianya cukup. Sebaliknya, sel-sel tersebut justru tumbuh semakin masif dan bersifat invasif. Situasi tersebut membuat sel normal yang ada di dalam tubuh justru terdesak atau malah mati.

Benarkah Makanan yang Dibakar Penyebab Kanker?

Berdasarkan informasi yang disampaikan dalam buku 'Do's & Dont's Street Food - Makan Sehat di Luar Rumah Agar Tetap' yang disusun oleh Gagas Ulung dan Hindah J Muaris, makanan yang dibakar bisa saja mengandung zat karsinogenik bernama nitrosamine. Terutama pada makanan yang dibakar hingga gosong.

Efek gosong yang menempel pada makanan inilah yang dinilai berbahaya karena mengandung atom karbon dalam jumlah yang cenderung besar. Apabila makanan tersebut dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan dilakukan secara terus menerus, maka bisa memicu timbulnya kanker yang diakibatkan oleh karsinogenik.

Kemudian dijelaskan mengenai proses pembakaran menggunakan bahan seperti arang. Perlu diketahui bahwa arang mengandung zat karbon. Saat ada makanan yang dibakar menggunakan arang hingga memicu gosong yang menempel di sisi bagian luar makanan, maka akan ikut juga adanya karbon dari hasil pembakaran arang pada makanan tersebut.

Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan dalam buku 'Makanan Antikanker' karya Ir Mardiah Msi, dkk. Pada setiap makanan yang dibakar sampai kosong terdapat zat pemicu kanker yang disebut dengan karsinogenik. Zat ini dapat masuk melalui asap ke dalam daging atau bahan makanan lain yang dibakar.

Karsinogenik diketahui berasal dari reaksi radikal bebas yang terbentuk akibat proses pembakaran tidak sempurna. Apabila zat tersebut masuk ke dalam tubuh dan berikatan dengan DNA sel, maka bisa memicu mutasi sel. Sayangnya mutasi sel tersebut bisa berubah menjadi sel kanker.

Direbus atau Dikukus, Mana yang Paling Sehat?

Alih-alih terlalu sering mengonsumsi makanan yang dibakar, terdapat alternatif cara pengolahan makanan lain yang dianggap lebih sehat. Selama ini cara mengolah makanan dengan direbus dan dikukus menjadi yang paling banyak dipilih. Namun, manakah yang lebih sehat, direbus atau dikukus?

Untuk menjawab hal tersebut, ada penjelasan yang disampaikan dalam buku 'Cara Cerdas: Untuk Sehat' yang disusun oleh Surya Sugani dan Lucia Priandarini. Dalam buku itu dijelaskan bahwa makanan yang direbus biasanya memerlukan suhu yang tinggi dan waktu yang cenderung lama. Hal ini terkadang membuat nilai zat gizi yang ada di dalam bahan-bahan makanan tersebut justru rusak. Makanan yang direbus cita rasanya juga cenderung menurun dan mengubah tekstur serta warna aslinya.

Pada dunia seni kuliner, terdapat metode memasak dengan cara merebus untuk memperkecil kehilangan zat gizi bernama poaching. Metode poaching dapat dilakukan dengan cara merebus dalam panci yang terbuka dengan menggunakan air sedikit. Namun metode ini hanya cocok dicoba pada bahan makanan tertentu. Tidak semua masakan bisa menggunakan metode poaching.

Sebaliknya, ada cara mengolah masakan yang dinilai paling sehat. Cara tersebut ialah mengukus. Makanan yang dikukus cenderung masih dapat mempertahankan kandungan zat gizinya. Perlu diketahui pada saat makanan dikukus, vitamin dan mineral justru masih tertahan di bahan makanan tersebut. Bahkan sebagian besar lemak justru terlarutkan dengan cara ini.

Akan tetapi, perlu diperhatikan cara mengukus yang tepat. Hal yang patut untuk diperhatikan adalah mengukus dengan menggunakan panci atau alat memasak lainnya yang tertutup rapat, sehingga uap yang digunakan untuk memasak makanan tersebut dapat bekerja secara lebih efektif.

Nah, itulah tadi penjelasan mengenai benarkah makanan yang dibakar dapat menyebabkan kanker beserta dengan cara mengolah makanan paling sehat. Semoga informasi ini dapat menjawab rasa penasaran dari detikers, ya.




(dil/dil)


Hide Ads