Kabupaten Klaten memiliki beragam kuliner khas yang sedap dan wajib dibeli untuk oleh-oleh. Salah satunya jenang ayu, yang paling terkenal yaitu Jenang Ayu Niten yang sudah ada sejak 1928.
Jenang Ayu Niten Ny. Ym. Wignyowikarno merupakan jenang legendaris yang sering jadi incaran pemudik untuk dibawa ke daerah perantauan sebagai oleh-oleh. Jenang ayu legendaris ini diproduksi di salah satu rumah bernuansa klasik di Dukuh Niten, Desa Gadungan, Kecamatan Wedi.
Terletak di ujung gang, pembeli akan melewati klinik dokter gigi terlebih dahulu untuk bisa sampai ke tempat produksi sekaligus tempat berjualan. Tampak penghargaan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten tahun 1973 terpajang di dinding rumah produksi, tertulis bahwa jenang ini berhasil meraih juara pertama lomba bidang pangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penerusnya dari generasi keenam, Nana (36) tampak tengah sibuk memotong adonan jenang bersama dua pegawainya. Ia mengatakan, pesanan jenang sudah mulai meningkat sejak bulan Ramadan.
"Pesanannya sudah ramai dari sebelum Lebaran, biasanya yang mau pergi melancong. Kadang ada pesanan dari yang mudik dari Jakarta, sudah telepon dulu minta disisakan. Biasanya kalau beli minimal 10 kotak," tutur Nana saat ditemui detikJateng di rumah produksi, Senin (15/4/2024).
Adapun, satu kotak berisi 8 jenang original dihargai Rp 18 ribu. Meski sudah berjalan hampir seabad, Jenang Ayu Niten masih tetap mempertahankan kualitas dan rasanya sejak dulu.
"Bedanya dengan jenang lain itu pertama bahannya. Kita bahannya sekali masak bisa sampai 100-105 kelapa. Terus untuk keawetannya hampir 3 bulan kalau sekarang. Kalau zaman dulu generasi keempat sampai satu tahun saja masih awet, karena memang mereka membuatnya benar-benar matang. Pakainya kelapa memang benar-benar tua, harus tua banget," ungkapnya.
"Kalau sekarang kan nyari kayak gitu susah, untuk kelapa yang benar-benar tua itu kan sudah jarang. Makanya kita dari generasi kelima sudah mentok 3 bulan. Kalau yang lain biasanya satu bulan," sambungnya.
Nana mengungkapkan, selama momen Hari Raya Idul Fitri ini, tampak ada peningkatan penjualan hingga dua kali lipat. Selama libur Lebaran, dirinya bisa membuat hingga 50 kilogram jenang ayu.
"Sebenarnya permintaan pembeli lebih. Soalnya ini kan full manual, jadi kalau belum matang benar, belum diangkat," ungkapnya.
Selain dipesan untuk oleh-oleh atau konsumsi pribadi, jenang ayu ini juga sering dipesan untuk acara pernikahan, arisan, hingga tradisi sadranan.
![]() |
Nana juga sempat menceritakan sejarah adanya Jenang Ayu Niten. Jenang yang sudah ada sejak sebelum kemerdekaan Indonesia itu dinamakan jenang ayu sebab paras penjualnya yang cantik, sehingga masyarakat seringkali menyebutnya dengan jenang ayu.
"Disebut 'Ayu' karena yang jualan itu kan cantik gitu toh, makanya orang-orang itu bilang 'itu loh beli jenang ayu' karena yang jualan memang cantik. Panggilan dari masyarakat, jadi kalau nyari-nyari mudah," terang wanita beranak tiga itu.
Tak hanya jadi incaran masyarakat Klaten dan sekitarnya, Jenang Ayu Niten juga dulunya jadi incaran masyarakat Jawa Timur, Jakarta, Bandung, hingga masyarakat negeri tetangga yaitu Malaysia. Selain jenang, Jenang Ayu Niten juga menawarkan trasikan dan permen tape yang tak kalah sedap.
Berbagai inovasi juga telah diadakan Jenang Ayu Niten, seperti pengadaan topin wijen maupun kacang. Namun, resep autentik jenang ayu pun tetap dipertahankan di tengah banyaknya modifikasi jenang ayu. Bahkan, tepung yang digunakan untuk adonan jenang pun merupakan tepung berkualitas baik yang ia racik sendiri.
"Jadi kelapa di tempat untuk penggilingan langsung, sampai sini sudah tinggal diperas. Tepungnya kita meracik sendiri sudah ada resepnya sendiri. Terus kelapanya diperas sampai jadi santan, dimasak sampai keluar minyaknya, itu matang benar-benar matang, baru dimasukkan adonan tepungnya," jelasnya.
"Kalau sudah, nanti tepungnya masuk. Ditunggu sampai matang dulu, baru gulanya. Gulanya sampai nanti matang. Kalau untuk trasikan sama bahannya, cuma bedanya kita tepungnya disangrai," sambungnya.
Ia pun berharap, dengan meningkatnya penjualan selama momen Lebaran kali ini, bisa membuat jenang legendaris khas Kabupaten Klaten ini bisa dikenal semakin luas.