Untuk sebagian masyarakat Kabupaten Banyumas, sajian kuliner ayam guling masih asing. Terlebih jika proses membakarnya secara tradisional dipanggang di atas bara api menggunakan gerobak yang sudah dimodifikasi.
Jika detikers kebetulan melintas di depan Pasar Cilongok, Banyumas, pada sore hari pasti akan menemukan kuliner tersebut. Gerobak yang menghadap ke arah jalan tersebut tentu akan menyita perhatian pengguna jalan yang melintas.
Terlebih jika melintas pada pukul 15.00 WIB. Sebab di jam tersebut, biasanya proses pemanggangan sudah masuk setengah matang. Otomatis aromanya membuat pejalan atau pengguna sepeda motor tergoda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Narsim (44) pemilik warung Ayam Guling Madu Mak Cik mengatakan usahanya masih tergolong baru. Namun antusias masyarakat yang tinggi membuat dagangannya seringkali habis dengan waktu yang singkat.
"Buka dari bulan puasa kemarin. Baru sekitar tiga bulan lebih. Karena menganggur lama jadi kepikiran buat usaha ini," kata Narsim ketika ditemui detikJateng, Jumat (14/7/2023) petang.
![]() |
Menurutnya usaha tersebut terinspirasi dari kuliner khas Malaysia. Hanya saja, untuk ayam guling madu miliknya, sudah menyesuaikan lidah masyarakat Banyumas. Dirinya sebelumnya pernah bekerja di negeri jiran ini beberapa tahun silam. Ini yang mendasari warungnya diberi nama Mak Cik.
"Saya pernah bekerja di Malaysia. Terus lihat ada kuliner seperti ini. Kalau di sana namanya ayam golek. Karena menganggur lama jadi kepikiran buat usaha ini. Eh malah nggak tahunya yang suka banyak. Saya sebelum buka lapak jualan online sesuai pesanan di rumah," terangnya.
Dalam sehari ia membawa 19 ekor ayam utuh. Bukan tanpa alasan, sebab gerobaknya baru mampu menampung dengan jumlah segitu. Itupun seringnya sudah habis dalam waktu 3 jam saja.
"Setiap hari bawa 19 ekor. 2 ekor ayam kampung. Sisanya ayam lehor. Harganya untuk satu ekor ayam kampung Rp 80 ribu sedangkan ayam lehor Rp 50 ribu. Minimal pembelian setengah ekor," jelasnya.
Dirinya mengklaim untuk kuliner ayam guling tradisional menjadi yang pertama di Kabupaten Banyumas. Namun untuk proses menggunakan oven sudah ada di tempat makan modern di Purwokerto.
"Kalau yang pakai arang baru ada ini di Banyumas. Kalau yang pakai oven sudah banyak sepertinya di Purwokerto. Bedanya pakai arang biar ada aroma smoky-nya," ungkapnya.
Narsim menyebut ayamnya tak diungkep dulu. Simak di halaman selanjutnya.
Yang membedakan dengan ayam guling lain, Narsim memilih untuk tidak diungkep terlebih dahulu. Namun ayam yang akan diguling sebelumnya dimarinasi satu malam menggunakan beraneka macam bumbu.
"Dimarinasi dahulu satu malam dalam kondisi mentah. Tujuannya biar bumbu meresap karena tidak diungkep. Setelah itu proses pemanggangan dilakukan di sini sebelum buka," ujarnya.
Aroma gurih yang berasal dari bawang merah, putih dan bumbu rahasia lainnya membuat perut keroncongan. Terlebih saat proses pemanggangan sesekali dioles dengan madu dan margarin agar warnanya semakin menarik.
"Bumbunya bawang merang dan bawang putih. Terus ada bumbu rahasianya lagi. Sambil dipanggang dioles madu dan margarin biar ada cita rasa manisnya," katanya.
Setiap harinya ia mulai buka lapak sejak pukul 14.00 WIB. Namun ia harus memanggang terlebih dahulu dengan durasi kurang lebih 2 jam dengan dibantu keponakannya.
"Bukanya hampir setiap hari sekitar jam 2 siang. Tapi menyiapkan dahulu dan harus manggang. Biasanya siap dijual itu jam 4 sore. Alhamdulillah, seringnya mahrib sudah habis. Tapi kalau hujan ya rada malam," pungkasnya.
Sementara itu, Fadlan (35) warga Desa Kedungwaringin, Kecamatan Patikraja salah satu pembeli mengaku baru kali ini mau mencoba kuliner tersebut. Ia kebetulan tidak sengaja melintas saat pulang kerja dan tertarik melihat ayam yang disajikan.
"Kebetulan lewat sini. Terus kemarin sempat lihat di medsos ada yang review ini. Karena penasaran jadi mampir. Walau harus menunggu setengah jam tidak apa-apa. Sambil lihat prosesnya menarik juga," akunya singkat.
Simak Video "Video: Tersambar Pedasnya Ayam Bakar Sambal Teri Medan di Resto Melaney Ricardo"
[Gambas:Video 20detik]
(aku/aku)