Wonogiri memiliki banyak makanan khas yang bisa dicicipi. Selain terkenal dengan mi ayam dan bakso, Wonogiri mempunyai kuliner khas berupa sayur atau jangan lombok ijo.
Jangan lombok ijo ini biasa dihidangkan dalam sebuah acara, hari peringatan, acara keluarga maupun penyambutan tamu. Jangan lombok ijo banyak diolah di daerah perdesaan.
Sayur ini pun masih bisa dijumpai di sejumlah warung makan di kawasan perkotaan Wonogiri. Di momen Lebaran atau mudik seperti ini, jangan lombok ijo menjadi makanan yang dirindukan kaum boro atau pemudik. Sebagian warga Wonogiri juga menyajikan jangan lombok ijo saat Hari Raya Idul Fitri.
"Sayur lombok ijo itu memasaknya bukan hanya saat lebaran saja. Tapi sudah menjadi menu masakan setiap hari di sini," kata Warga Dusun Bengle, Desa Baleharjo, Kecamatan Eromoko, Miswanti, kepada detikJateng, Minggu (1/5/2022).
Menurutnya, jangan lombok ijo sudah menjadi makanan khas di desanya saat ada kegiatan. Di antaranya acara pertemuan, kegiatan gotong-royong, panen padi, perbaikan rumah, hajatan dan lain-lain.
Miswanti mengatakan, jangan lombok biasa disajikan dengan sejumlah makanan lainnya, seperti tahu-tempe bacem hingga daun pepaya. Meski di hajatan sudah banyak disediakan lauk pauk berupa daging, keberadaan jangan lombok ijo dengan lauk tahu-tempe bacem ini dipastikan selalu ada.
"Orang dari kota itu malah biasanya minta dimasakkan lombok ijo dengan lalapan daun kates (pepaya) muda yang direbus. Ada yang minta pahit ada yang minta direbus dengan sari tanah liat agar tidak pahit," ujar dia.
Miswanti menyebut, bahan yang dibutuhkan untuk membuat jangan lombok ijo cukup mudah. Selain itu cara memasaknya pun tidak sulit.
Bahan yang dibutuhkan di antaranya cabai (lombok) keriting hijau atau merah. Cabai itu diiris kecil-kecil sesuai dengan selera.
Cabai dicampur dengan tempe yang juga diiris kecil-kecil. Terkadang ada yang menambahkan irisan tahu untuk pelengkap.
"Kebanyakan pakai cabai hijau yang keriting, kalau merah kan buat sambal goreng. Kalau di sini terkenalnya lombok cengar yang buahnya warna hijau posisi buah di atas. Kemudian kuah jangan lombok ijo itu santan yang teksturnya nyemek atau sedikit kental," ujar dia.
Miswanti menuturkan, pada zaman dahulu biasanya jangan lombok ijo disantap dengan nasi tiwul. Terlebih nasi tiwulnya yang berwarna hitam.
Namun karena saat ini susah mencari bahan tiwul, akhirnya diganti dengan nasi putih. Sebab saat ini beras lebih mudah didapatkan.
"Intinya jangan lombok ijo, tempe dan tahu bacem serta daun kates itu sudah menjadi makanan khas kita sebagai masyarakat perdesaan. Jadi kalau dihidangkan saat Lebaran ya pasti ada, wajar," kata Miswanti.
Salah satu warga Dusun Karanggatak, Desa Batuwarno, Kecamatan Batuwarno, Sutarwiyah, juga menyediakan jangan lombok ijo pada Lebaran tahun ini. Meski sudah memasak ayam opor, jangan lombok ijo tetap dibuat dengan campuran jerohan ayam.
"Biasanya setiap Lebaran memang buat meski sudah memotong ayam," kata dia, Senin (2/5)
Simak Video "Sambal Cabuk Wijen, Buah Tangan Wonogiri yang Mulai Langka"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/aku)