Janggelan atau cincau hitam menjadi primadona masyarakat di kala Ramadan tiba. Termasuk di Solo, masyarakat banyak memburunya sebagai pelengkap minuman untuk berbuka puasa.
Cincau hitam terbuat dari daun tanaman mesona palustris atau yang juga disebut daun janggelan. Cara pembuatannya ialah daun dikeringkan terlebih dahulu kemudian direbus dan diberi campuran, seperti tepung tapioka.
Janggelan memiliki tekstur seperti agar-agar. Biasanya janggelan dipotong kecil-kecil dan menjadi isian es buah ataupun sirup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Janggelan dibeli di pasar-pasar tradisional salah satunya di lantai bawah Pasar Legi. Di sana, janggelan dijual utuh sekaleng besar, maupun eceran.
"Kalau satu kaleng besar Rp 45 ribu. Bisa eceran, setengah atau seperempat," kata salah satu pedagang janggelan dan kolang-kaling, Joko Suryanto saat dijumpai detikJateng, Sabtu (9/4/2022).
Pada hari biasa, janggelan jualannya laku hingga 50 kaleng per bulan. Sedangkan pada bulan Ramadan, dia memperkirakan bisa sampai 500 kaleng sebulan.
"Kalau bulan biasa itu yang beli itu-itu saja. Kalau Ramadan kan banyak yang cari," ujarnya.
Pedagang lainnya, Umi, mengatakan Ramadan kali ini sudah mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Penjualan bisa meningkat lima kali lipat dibandingkan hari biasanya.
"Puasa ini sehari bisa lima kaleng, kalau hari biasanya paling satu. Biasanya orang beli itu seperempat, Rp 20 ribu. Ini lebih baik dari tahun lalu, karena pandemi," ujar dia.
Sedangkan untuk mendapatkan beraneka minuman segar dengan isian janggelan, anda bisa membeli di berbagai tempat. Beberapa pusat penjualan takjil di Solo yang dapat anda kunjungi antara lain Benteng Vastenburg, Jalan Gatot Subroto (Jayengan), Jalan Menteri Supeno (belakang Stadion Manahan).
(bai/sip)