Terlihat Kering, Roti Bokong Ternyata Kenyal

Terlihat Kering, Roti Bokong Ternyata Kenyal

Vandi Romadhon - detikJateng
Minggu, 20 Feb 2022 13:26 WIB
Roti Bokong di Purbalingga Ini Jadi Simbol Perlawanan Kemapanan Sosial
Roti Bokong asal Purbalingga. Foto: Vandi Romadhon/detikJateng
Purbalingga -

Kabupaten Purbalingga, atau yang dijuluki Kota Perwira, memiliki segudang makanan khas. Salah satunya mempunyai nama yang unik, roti bokong.

Ya, sekilas bentuk roti itu memang mirip bokong alias pantat. Meski namanya sedikit jorok, namun jika sudah menggigit roti bokong maka bisa dipastikan anda akan ketagihan.

Tampilan roti bokong memang sedikit menipu. Meski sekilas terlihat seperti kue kering, sejatinya roti bokong terasa kenyal. Perpaduan kacang hijau dan gula jawa yang menjadi bahan isian roti seolah lumer di mulut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak banyak yang mengetahui asal muasal penamaan roti yang terbuat dari tepung beras, kacang hijau, dan gula jawa. Namun, nama itu sudah dikenal dari mulut ke mulut dan seolah telah menjadi kesepakatan.

"Soal nama itu pasti yang memberi nama adalah laki-laki, karena imajinasi paling kuat pada diri laki-laki adalah hal semacam itu," kata budayawan asal Purbalingga, Agus Sukoco, saat ditemui beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Menilik dari namanya, Agus yakin bahwa sejak awal roti itu merupakan kudapan yang lebih banyak dinikmati oleh masyarakat kelas bawah. Hal itu membuat nama roti itu sedemikian lugas dan merujuk sesuatu yang memiliki bentuk mirip.

"Kalau nama makanan di Jawa yang lahir dari kaum begawan ada pesan yang disembunyikan, misal takir akronim dari nata pikir (membangun pemikiran), kupat akronim dari ngaku lepat (mengaku bersalah)," katanya.

Agus mengaitkan penamaan makanan itu dengan psikologis masyarakat, menurutnya bisa jadi penamaan makanan yang aneh dan jorok berangkat dari naluri melawan. Menurutnya hal itu merupakan pemberontakan kultural dan pelampiasan psikologis kepada kemapanan.

"Insting pemberontakan kepada kondisi sosial yang timpang dan berbagai fenomena perilaku hipokrit. Jadi pola dan jenis ekspresinya cenderung vulgar," pungkasnya.




(ahr/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads