Tahukah Kamu? Umbul Ponggok Dulunya Reservoir Pabrik Gula Belanda

Tahukah Kamu? Umbul Ponggok Dulunya Reservoir Pabrik Gula Belanda

Achmad Syauqi - detikJateng
Minggu, 20 Feb 2022 12:53 WIB
Umbul Ponggok di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten.
Umbul Ponggok di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten. (Foto: Achmad Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Umbul Ponggok di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah merupakan salah satu destinasi wisata air ternama. Pada masa lalu, mata air tersebut difungsikan sebagai reservoir water pabrik gula (PG) Ponggok di masa kolonial Belanda.

"Ini dulunya reservoir (tampungan) water untuk pabrik gula. Jadi airnya dari sini," ungkap anggota BPD Ponggok, Sri Mulyono (58), kepada detikJateng, Minggu (20/2/2022).

Mulyono menuturkan, industri gula Desa Ponggok berlangsung sekitar tahun 1880 hingga 1930-an. Ponggok dan sekitarnya dipilih pemerintah kolonial Belanda karena daerah subur untuk perkebunan tebu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tanaman yang dikembangkan di daerah Polanharjo adalah tebu. Maka didirikan bangunan PG Ponggok, PG Cokro dan PG Karanganom, jadi ada tiga PG yang berdekatan di mata air Ponggok," jelasnya.

Tidak hanya mengairi PG Ponggok, air dari Umbul Ponggok dialirkan ke selatan untuk memenuhi kebutuhan pabrik gula lain. Yaitu PG Karanganom dan Ceper.

ADVERTISEMENT

"Air dari ponggok dialirkan ke selatan ke PG Karanganom dan Ceper. Sampai saat ini jaringan air bawah tanahnya masih ada ke selatan," terang Mulyono.

Namun masa kejayaan gula itu mulai surut sekitar tahun 1930-an karena krisis keuangan dan perang. Sejak itu Ponggok hanya jadi fasilitas umum.

"Setelah pabrik tutup hanya untuk fasilitas umum, untuk mandi dan cuci warga. Itu berlangsung cukup lama sampai 2007," ujarnya.

Pabrik gula Ponggok letaknya berada persis di seberang jalan timur Umbul Ponggok. Saat ini bangunan bekas pabrik sudah tidak ada.

"Pabrik di timur umbul tapi kini sudah tidak ada bekasnya karena sudah jadi permukiman penduduk. Maka di timur umbul itu namanya dulu tanah OG (onderneming ground) atau tanah pemerintah," paparnya.

Bekas gapura PG Ponggok, Klaten.Bekas gapura PG Ponggok, Klaten. Foto: Achmad Syauqi/detikJateng

Umbul Ponggok jadi objek wisata

Umbul Ponggok mulai dikembangkan untuk desa wisata tahun 2007 dengan RPJMdes. Mulai saat itu Desa Ponggok berubah dari desa agraris menjadi desa wisata.

"RPJMdes dari desa agraris diarahkan menjadi desa wisata 2007, dikembangkan wisata alam dan buatan. Kita branding sejak saat itu," pungkas Mulyono.

Sementara itu, warga sekitar Umbul Ponggok, Joko Supri (68), mengatakan bangunan bekas pabrik saat ini sudah tidak ada karena sudah menjadi permukiman. Yang tersisa hanya gapura pintu masuk pabrik di pinggir jalan.

"Kampung ini dulu pabrik tapi sudah tidak ada bekasnya. Bangunan dirobohkan, material diambil warga karena takut Belanda datang lagi," tutur Joko di lokasi.

detikJateng mencoba menelusuri sisi timur Umbul Ponggok yang disebut sebagai bekas pabrik. Tidak ada lagi sisa bangunan kecuali permukiman padat.

Di utara pintu masuk Umbul Ponggok seluas 70x40 meter itu terdapat satu tembok bekas gapura PG yang masih berdiri di deretan toko. Bekas gapura itu tidak utuh lagi dan hanya setinggi satu meter.

Sekitar umbul ada peternakan kuda-perumahan elite

Mulyono menambahkan, nama Ponggok konon berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya air. Ada lima mata air utama di desanya.

"Ada lima, Umbul Ponggok, Kajen, Sigedang, Besuki dan Kapilaler. Saat kerajaan Mataram Islam, di masa keraton dikelola seorang carik sebelum kemudian datang VOC, perusahaan Belanda," ungkapnya.

Di zaman kolonial, sisi barat jalan (utara Umbul Ponggok) ada peternakan kuda.

"Di barat jalan tempat ternak dan kandang kuda, juga perumahan-perumahan pegawai PG orang Belanda," jelasnya.

Cerita Umbul Ponggok dekat peternakan kuda dikuatkan pengelola wisata selam Umbul Ponggok, Rudi Hartono (37). Menurut Rudi, dirinya dua kali menemukan tapal kuda.

"Saya dua kali menemukan. Pertama sepatu kuda tinggal separuh dan kedua besinya masih utuh tapi sudah korosi dan mau saya bawa pulang malah lupa," ungkap Rudi.

Tapal kuda itu ditemukannya saat menyelam sekitar tahun 2018 lalu. Ukurannya sama dengan tapal kuda pada umumnya.

"Ukurannya ya biasa tapi karena korosi di air dan sekian lama usianya jadi sudah karatan di air," imbuh Rudi.

Selain itu, sekitar Umbul Ponggok dulunya merupakan kawasan perumahan elite.

"Bapak saya kan dulu Kadus, sudah pensiun. Pernah cerita di sekitar Umbul itu banyak rumah besar," jelas Kepala Divisi Wisata Berdesa, Desa Ponggok, Suyantoko.

Menurut Suyantoko, zaman dulu di desanya banyak tanah onderneming ground (OG) karena bekas pabrik dan permukiman orang Belanda. Istilah OG dipelesetkan menjadi omah gede.

"Banyak tanah OG, sering disebut omah gede karena banyak rumah besar. Tapi sebelum itu Umbul Ponggok sudah ada sejak lama," jelasnya.




(rih/ahr)


Hide Ads