Tawuran antara kelompok Brajamusti dan PSHT terjadi sekitar Jalan Tamsis, Mergangsan, Kota Jogja, Minggu (4/6) malam. Ratusan personel kepolisian dari Sabhara hingga Brimob turut melerai tawuran ini. Tawuran dua kelompok ini berdampak pada kerusakan yang terjadi di sekitar lokasi kejadian.
Termasuk salah satunya kerusakan pada benda bersejarah di Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya. Selain itu, Polda DIY mengungkap pemicu tawuran itu karena penganiayaan yang dilakukan simpatisan Brajamusti ke PSHT. Dalam kasus ini polisi belum menetapkan tersangka.
Berikut fakta terkini tawuran dua kelompok tersebut.
Museum Taman Siswa Dewantara Tutup
Salah satu yang terdampak tawuran di jalan Tamsis yakni Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya di Jalan Taman Siswa (Tamsis), Kota Jogja. Sejumlah bagian museum mengalami kerusakan hingga pengelola pun terpaksa menutup museum untuk sementara waktu.
Pantauan detikJateng, tampak beberapa pot di museum tersebut rusak dan berantakan. Selain itu wastafel, kursi, hingga pintu belakang museum jebol. Selain itu, beberapa jejak kaki menghiasi meja di museum tersebut.
Tampak pula tulisan berisi pemberitahuan terpampang di rambu dilarang masuk yang berdiri di depan museum. Saat ini petugas museum tengah melakukan pembersihan.
Kepala Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya, Ki Murwanto mengungkapkan kerusakan di museum karena ada massa yang masuk saat tawuran di Tamsis, Minggu (4/6) malam.
"Iya betul, karena semalam terjadi amuk massa dari PSHT yang menyelamatkan diri ke museum. Sehingga museum kena imbas dari massa yang bergerak ke museum yang masih satu kompleks dengan pendopo Taman Siswa," kata Murwanto kepada detikJateng, Senin (5/6).
Benda Bersejarah Museum Rusak
Tawuran juga mengakibatkan kerusakan pada benda-benda koleksi museum. Seperti meja dan juga kursi peninggalan Ki Hadjar Dewantara. Kerusakan ini karena massa yang masuk hingga ke kawasan museum dan bahkan menginjak-injak meja maupun kursi yang ada.
"Kerusakan ada kursi dan meja yang bersejarah, terus pot sama pintu yang jebol. Yang jelas, kami dari museum mengutuk keras karena sudah cagar budaya yang mestinya dilindungi malah diinjak-injak," terang Ki Murwanto.
"Yang rusak meja Ki Hadjar Dewantara (meja tamu) sangat bersejarah sekali, ada nilainya, terus satu kursi yang dilempar, satu pintu jebol karena untuk melarikan diri," imbuh Ki Murwanto.
Dipicu Penganiayaan di Parangtritis
Kabid Humas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Kombes Nugroho Arianto menyebut tawuran itu dipicu oleh perkara penganiayaan simpatisan Brajamusti ke PSHT yang terjadi di Bantul pada 28 Mei lalu.
"Benar peristiwa yang terjadi pada Minggu (4/6) pukul 17.00 WIB di salah satu jalan di Yogyakarta terjadi suatu gesekan. Hal ini dilatarbelakangi oleh perkara yang sebelumnya terjadi di Bantul," kata Nugroho saat konferensi pers di Mapolda DIY, Senin (5/6/2023).
Kejadian di Bantul yang dimaksud Nugroho yakni berkaitan dengan kasus penganiayaan di Vila Rangdo Parangdok, Parangtritis, Bantul.
"Yang berkaitan dengan penganiayaan terhadap salah satu simpatisan dari PH (PSHT) yang dilakukan oleh simpatisan BI (Brajamusti) yang terjadi pada Minggu (28/5) di Parangtritis," bebernya.
9 Orang Terluka
Direskrimum Polda DIY Kombes Nuredy Irwansyah Putra menambahkan, sampai saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan soal peristiwa tawuran di Tamsis. Untuk jumlah korban Nuredy menyampaikan tidak ada korban jiwa. Tetapi, untuk korban luka-luka tercatat ada sembilan orang.
"Kemudian terkait dengan luka-luka, kami masih melakukan pendataan karena yang terdata pada saat ini ada sembilan (orang) yang luka-luka. Kami juga masih melakukan pendataan apakah ada masyarakat lain atau kelompok lain yang juga menderita luka-luka. Untuk kerusakan juga kami masih melakukan pendataan," ucapnya.
Selengkapnya baca di halaman berikutnya....
(apl/ams)