Dekan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta atau Jogja, Timbul Raharjo menjadi guru besar dalam bidang kriya setelah mengangkat 'Jaran Ukir' dalam karya tulisnya. Timbul menilai ke depannya kuda atau jaran bakal menjadi ikon visual Kabupaten Bantul, DIY.
Timbul menjelaskan latar belakang mengangkat jaran ukir dalam objek kajian karya tulis yang mengantarkannya meraih gelar profesor. Menurutnya, jaran ukir memiliki sejarah yang erat dengan masyarakat Kasongan, Kapanewon Kasihan, Bantul.
"Jaran ukir itu adalah produk yang fenomenal dulu, yang mengangkat Kasongan tahun 70-an. Jadi itu (jaran ukir) dari Kasongan dan saat ini dikenal masyarakat dunia," kata Timbul kepada detikJateng, Jumat (31/3/2023).
Saat ini inspirasi kuda tersebut dibawa ke bentuk-bentuk gerabah. Meski diakuinya banyak juga bentuk lainnya seperti ayam dan sapi.
"Tapi yang paling terkenal bentuk kuda ini," ucapnya.
Selain itu, keberadaan jaran ukir tidak terlepas dari nilai sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro yang dicirikan menunggangi kuda. Apalagi, perjuangan Pangeran Diponegoro banyak dilakukan di wilayah Bantul termasuk Kasongan.
"Inspirasinya dari Pangeran Diponegoro yang identik dengan kudanya. Maka masyarakat Kasongan berupaya untuk membuat kuda-kuda itu menyesuaikan dengan karakter tanahnya," ucapnya.
"Karena kalau kakinya kecil tidak kuat keramik itu. Jadi harus dibuat besar dan kuat menyangga tubuhnya," lanjut Timbul.
Jaran ukir Kasongan juga memiliki ciri khas yang tidak ditemukan di sentra gerabah lainnya, dengan penggunaan teknik dekorasi unik melalui keterampilan tangan kriyawan yang telah mentradisi. Selain itu, karakter teraccotta juga menjadi salah satu karakter kuat kriya gerabah tradisional Kasongan.
Kembali soal karya tulis jaran ukir, Timbul mengaku sudah lama mengumpulkan materi terkait karya tersebut. Sehingga Timbul tidak memerlukan waktu lama dalam menyusun karya tulis tersebut.
"Karena pengukuhan tinggal 10 hari baru direncanakan, tulisan itu saya buat, sebetulnya sudah ada materinya. Jadi tinggal membenahi selama dua hari. Ya paling kalau itu (pembuatan karya tulis) dua pekan cukup," ucapnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
(rih/apl)