Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut hingga saat ini Gunung Merapi masih mengalami erupsi yang didominasi oleh guguran lava. Dalam sehari, rata-rata Merapi mengeluarkan 150 kali guguran lava dengan jarak luncur sekitar satu kilometer.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM RI Sugeng Murjiyanto mengatakan dari catatan yang ada, jumlah guguran awan panas berhenti pada Jumat (17/3). Namun untuk guguran lava masih terus terjadi sampai sekarang.
"Itu ciri khasnya Merapi, jadi memang ada guguran (lava). Jadi kalau malam akan tampak menyala (guguran lava)," katanya saat jumpa pers secara daring, Selasa (21/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sugeng melanjutkan, dalam sehari rata-rata terjadi ratusan kali guguran lava dari Merapi. Sedangkan jarak luncurnya hanya sekitar satu kilometer.
"Saat ini erupsi didominasi guguran lava, jumlahnya 150 kali sehari, rata-rata jaraknya 1 hingga 1,3 kilometer ke arah Sungai Bebeng dan ke arah Sungai Boyong," ucapnya.
Baca juga: Geliat Erupsi Merapi |
Di sisi lain, berdasarkan pemantauan terkait aktivitas di dalam Merapi seperti gempa vulkanik dalam, vulkanik dangkal hingga multifase. Hasilnya, di sebelah kanan sumber gempa di permukaan dan sedikit lebih dalam.
"Dapat disimpulkan sementara bahwa masih terjadi aktivitas Merapi baik dari dalam, magmanya ada di dalam mendesak ke luar dan magma yang dangkal terlihat ada aktivitas di tubuh gunungnya," ucapnya.
"Suhunya lumayan tinggi, masih 230 derajat Celcius. Kemudian yang di kubah lava yang di tengah, jadi perlu dicermati dulu. Merapi saat ini ada dua kubah kawah di tengah itu dan di barat daya," lanjut Sugeng.
Sedang kubah tengah, kata Sugeng, relatif dingin. Di mana titik panasnya ada di sisi timur dengan suhu 114 derajat Celcius.
"Jadi memang relatif kurang aktif," ujarnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Dari data tersebut, kesimpulannya adalah karakter Merapi ini efusif bukan eksplosif. Namun, yang sampai saat ini terjadi adalah adanya guguran lava pijar, kemudian suplai magma baik dari dalam dan dangkal masih berlangsung.
"Sehingga masih bisa memicu munculnya awan panas, ini masih ada potensi awan panas, dan awan panas guguran bisa terjadi sewaktu-waktu, jadi kita belum mampu memprediksi secara tepat kapan terjadinya," ujarnya.
Perlu dicermati bahwa potensi bahaya saat ini adalah guguran lava dan awan panas di sektor Sungai Boyong maksimal 5 KM. Sedangkan di Sungai Bedog dan Sungai Krasak sejauh maksimal 7 KM.
Sedangkan di sektor tenggara ini Sungai Woro sejauh 3 KM dan Sungai Gendol 5 KM. Kemudian jika terjadi lontaran material vulkanik jika terjadi eksplosif ini radiusnya 3 kilometer dari puncak.
"Makanya status Merapi masih di siaga 3, belum kita rubah karena kita melihat perkembangan seperti apa dari hasil pemantauan yang kita lakukan," katanya.