Pedagang di Pasar Kepek, Bantul, menilai A (38) pria Klaten yang kabur ke Bantul selama 25 tahun karena takut disunat tidak mengalami gangguan jiwa. Pedagang sempat merawat dan membawa A ke puskesmas saat sakit.
"Tidak gila, tidak pernah minta-minta, tidak pernah mencuri A itu," kata salah satu pedagang di Pasar Kepek, Kalurahan Timbulharjo, Kapanewon Sewon, Asih (47) kepada detikJateng, Kamis (26/1/2023).
Asih menilai anggapan A mengalami gangguan jiwa karena orang yang memviralkan A kerap menangani orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Ketika ditanya pedagang, A masih bisa mengingat siapa orang tuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena yang memviralkan itu sering menangani ODGJ. Kalau sini kan tujuan akhir A bisa bertemu keluarganya. Kalau ada gangguan kejiwaan, A itu masih ingat siapa orang tuanya, saudaranya," ujarnya.
Kendati demikian, Asih menilai A adalah sosok yang irit bicara. Selain itu, A selalu menjaga kebersihan dalam hal makan dan minuman.
"Dia tidak banyak bicara, tidak nakal, tidak mau mengambil barang-barang kalau makan juga yang bersih, tidak mau makanan kotor. Minum saja kalau ada semutnya saja tidak mau, jadi kalau disebut seperti itu (ODGJ) tidak pas sepertinya," ucapnya.
Asih juga bercerita beberapa hari lalu A sempat mengalami sakit dan oleh para pedagang diperiksakan ke puskesmas. Ternyata A mengidap diabetes.
"Kemarin kan sempat dibawa ke puskesmas, ternyata gula darahnya tinggi. Di sini juga banyak yang merawat karena kakinya (A) bengkak," ujarnya.
"Terus dibawa yang kedua kali juga masih ingat lokasi puskesmasnya, jadi daya ingat masih bagus. Jadi kalau dibilang gangguan jiwa saya kira tidak, hanya sejak kecil tidak ada interaksi dan pendidikan," imbuh Asih.
Bahkan, setelah divonis diabetes, A disiplin dalam memilih makanan yang dikonsumsi. Seperti halnya mengurangi minuman yang manis-manis.
"Tapi setelah divonis gula makannya disiplin, jadi kan motoriknya jalan itu tandanya, bisa mengingat apa yang boleh dimakan dan tidak selama sakit," ujarnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Menurutnya, semua perlakuan warga pasar itu membuat A betah tinggal di Pasar Kepek. Mengingat, semua warga Pasar Kepek perhatian terhadap A yang notabene tidak jelas asal usulnya.
"Jadi kalau A kerasan di sini ya lumrah, karena mendapat perhatian banyak di sini, sakit saja kita rumat. Ada juga pedagang yang mau memandikan A saat kecil, digantikan bajunya. Jadi kalau dikatakan gangguan jiwa ya gimana, keterbelakangan mental juga tidak. Jadi hanya clelang cleleng (seperti orang bingung)," ujarnya.
Salah satu buruh di Pasar Kepek, Tri (35) menilai A sebagai sosok yang sopan. Ketika mengobrol dengan orang yang belum dikenal, A menggunakan bahasa Jawa halus atau krama inggil.
"Kalau belum kenal itu pakai bahasa halus, tapi kalau sudah kenal biasanya manggil nama. A ini sukanya di pojokan pasar, gardu, kadang tidur di pojokan pasar dan selama sakit tidur di dekat los milik pedagang," kata Tri.
Tri juga mengungkap dialah yang menghubungi YouTuber untuk memviralkan A. Hal itu semata-mata agar A mendapatkan perhatian dari Dinas Sosial karena selama ini tidak memiliki KTP.
Sebab, tanpa KTP membuat A susah untuk mendapatkan penangan medis. Terlebih A sudah divonis mengidap diabetes.
"Disambungkan ke Mbak Sinyo itu karena takut dengan luka yang dialami A dan diabetes itu. Karena A kan tidak punya KTP," ujarnya.
"Dari Kebumen Mbak Sinyo ke sini, buat konten dan diupload. Setelah itu ada yang memberi informasi soal A, setelah ditindaklanjuti dan ternyata benar setelah dicek," imbuh Tri.
Dengan viralnya A, kata Tri, harapannya membuat pemerintah setempat tergerak untuk menangani A, khususnya dalam mempermudah mendapatkan layanan kesehatan. Namun ternyata A tidak hanya mendapat perhatian pemerintah dan malah bisa kembali berkumpul dengan keluarganya di Klaten.
"Harapannya kemarin minta dihubungkan ke Dinsos kaitannya dengan perawatan luka dia, tapi bisa sampai ketemu keluarga malah alhamdulillah," ujarnya.
"Jadi luar biasa sekali, tidak terlintas di pikiran kita kalau akhirnya malah bisa ketemu keluarganya. Haru sekali kemarin, ditangisi banyak orang, ya gimana karena 25 tahun lho akhirnya bisa ketemu sama keluarganya," imbuh Tri.
Diberitakan sebelumnya, pria Klaten inisial A (38) akhirnya pulang ke rumahnya di Kecamatan Polanharjo setelah 25 pergi dari rumah. A disebut kabur karena takut disunat dan memilih tinggal di Pasar Kepek, Sewon, Kabupaten Bantul.
Akhirnya pada Rabu (25/1), sejumlah pedagang Pasar Kepek yang mengantarkan A pulang ke rumahnya di Kecamatan Polanharjo.