Cuaca di 2023 Diprediksi Kering, BMKG Minta Waspadai Kebakaran Hutan

Cuaca di 2023 Diprediksi Kering, BMKG Minta Waspadai Kebakaran Hutan

Adji G Rinepta - detikJateng
Selasa, 13 Des 2022 15:55 WIB
Petugas pemadam kebakaran pemkab Kuningan menuju lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Desa Padabeunghar, Pasawahan, Kuningan, Jawa Barat, Selasa (27/9/2022). Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di lereng Gunung Ciremai semakin meluas karena kondisi angin kencang dan lokasi kebakaran di area perbukitan dengan kontur berbatu. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/hp.
Ilustrasi kebakaran hutan. Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Yogyakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca tahun 2023 akan lebih kering daripada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini membuat potensi kebakaran hutan dan lahan menjadi lebih besar.

Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mengadakan rapat koordinasi (rakor) yang dihadiri perwakilan BMKG, BNPB, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jogja, Selasa (13/12/2022).

Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Supari menerangkan dalam 3 tahun terakhir iklim global diwarnai La Nina yang menyebabkan curah hujan tinggi di Indonesia. Namun, menurutnya tahun 2023 akan berbeda.

"Tahun depan diprediksi tidak sebasah 3 tahun terakhir ini, karena dari statistik 7 tahun terakhir belum pernah terjadi kejadian La Nina 4 tahun berturut-turut, maksimal 3 tahun. Ini sudah tahun yang ketiga sehingga peluang kecil terjadi La nina tahun depan," terangnya seusai rakor, Selasa (13/12/2022).

Dengan asumsi bahwa tahun 2023 yang lebih kering, potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia menjadi lebih besar.

"Tadi kita berdiskusi bahwa perlu mewaspadai adanya potensi karhutla yang lebih besar dibandingkan 2020, 2021 dan 2022," ungkapnya.

"Kalau ditanya kekeringannya merata atau tidak, yang perlu kita waspadai daerah-daerah yang memang menjadi spot-spot Karhutla di antaranya Sumatera dan Kalimantan," tambahnya.

Terkait potensi karhutla pada 2023, Kepala BRGM, Hartono menjelaskan pencegahan harus dilakukan sedini mungkin.

"Dalam hal ini tugas BRGM melakukan terutama pencegahan agar ekosistem gambut yang sangat rawan terjadi kebakaran ketika gambutnya terlalu kering, ini bisa kita lakukan pencegahan sedini mungkin," jelasnya.

Pencegahan yang dimaksud adalah dengan merestorasi lahan gambut. Hartono menjelaskan, pihaknya juga diberi tugas khusus oleh presiden terkait restorasi lahan gambut ini.

"Presiden memberikan PR khusus kepada kita, maksudnya BRGM, pemerintah provinsi, dan masyarakat menambah target restorasi sampai tahun 2024 seluas 1,2 juta hektar, juga wajib memastikan area yang sudah restorasi sejak 2016 tidak terjadi kebakaran lagi," jelasnya.

"Gambut yang sudah kita restorasi sejak 2016 harus kita dipastikan kondisinya semakin baik dan ada tambahan target dari presiden bisa kita kerjakan sebaik mungkin," tutupnya.




(ahr/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads