Kisah kuda Kyai Gentayu diangkat oleh Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patra Padi) bersama Dinas Kebudayaan DIY menyelenggarakan Peringatan Milad Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Diponegoro ke-237 tahun di Monumen Diponegoro, Ndalem Tegalrejo Jogja, Sabtu (12/11/2022).
Mengambil tema "Kehidupan adalah Hakikat & Hasil Akhir hanyalah Syariat", Patra Padi menggelar beberapa rangkaian acara. Puncaknya ada pementasan Wayang Kulit Diponegoro dengan lakon "Kyai Gentayu Manggala Wira", oleh Ki Dalang Catur Kuncoro.
"Lakon Kyai Gentayu Manggala Wira menceritakan kisah pengorbanan kuda kesayangan BPH Diponegoro yang rela mati demi tuannya. Kyai Gentayu ini beberapa kali berjasa menyelamatkan Pangeran Diponegoro, jadi memang pementasan ini akan lebih menokohkan pada kudanya," papar Ki Dalang Catur Kuncoro kepada wartawan, Sabtu (12/11/2022).
Ki Dalang Catur melanjutkan, Kyai Gentayu sudah seperti memiliki hubungan batin dengan Pangeran Diponegoro. Dalam pentas wayang kulit ini, ia menceritakan kisah heroik dari Kyai Gentayu.
"Misal dalam adegan terakhir yang latarnya di Krebet, Pangeran Diponegoro yang tengah beristirahat tiba-tiba dikepung oleh pasukan Belanda. Tanpa aba-aba, dalam peristiwa itu sang kuda Kyai Gentayu mengamuk, menerjang para pasukan Belanda. Bahkan 4 pasukan Belanda meninggal karena terjangan Kyai Gentayu," lanjutnya.
"Setelah berhasil memecah konsentrasi pasukan Belanda, Kyai Gentayu ini ditembak dan diserang dengan senjata, terperosok di dalam rawa hingga akhirnya gugur dalam peristiwa di Krebet," pungkasnya.
Ketua Umum Patra Padi, R Rahadi Saptata Abra, menerangkan selain pementasan wayang kulit, ada juga tari tradisional atau Beksan Diponegoro yang dipersembahkan oleh Pusat Olah Seni (POS) & Bahasa Retno Aji Mataram, Jogja.
Beksan Diponegoro mengambil cerita tentang Pangeran Diponegoro yang resah dengan sepak terjang Belanda yang semakin melewati batas, kemudian berdiskusi dengan istrinya, R.Ay. Ratnaningsih untuk mempersiapkan perang jika Belanda datang menyerang. R.Ay. Ratnaningsih pun mendukung rencana dan perjuangan suaminya.
"Bahkan ibu Ratnaningsih dalam adegan (beksan) memberikan perhiasannya untuk biaya perang. Artinya sedemikan besar pengorbanannya," jelas R Rahadi.
(sip/sip)