Cetak Rekor! DBD di Kulon Progo Tembus 645 Kasus

Cetak Rekor! DBD di Kulon Progo Tembus 645 Kasus

Jalu Rahman Dewantara - detikJateng
Kamis, 10 Nov 2022 14:42 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo, Sri Budi Utami.
Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo, Sri Budi Utami. (Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng)
Kulon Progo -

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada tahun 2022 melonjak drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hingga awal November, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mencatat ada 645 kasus dengan 5 di antaranya dinyatakan meninggal dunia.

"Tahun ini, puncak dari siklus enam tahunan. Dan tahun ini (kasus DBD) tertinggi (sejak 1998)," ungkap Kepala Dinkes Kulon Progo Sri Budi Utami, Kamis (10/11/2022).

Jumlah ini mencatatkan rekor tertinggi kasus DBD di Kulon Progo yang dilaporkan sejak 1998 atau 24 tahun lalu. Merujuk data Dinkes Kulon Progo, rata-rata jumlah kasus DBD per tahunnya berkisar 200 kasus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun rincian jumlah kasus di Kulon Progo per tahun, terhitung sejak 1998 bisa disimak berikut ini:

1998 : 336 kasus
1999 : 2 kasus
2000 : 44 kasus
2001 : 16 kasus
2002 : 60 kasus
2003 : 120 kasus
2004 : 237 kasus
2005 : 23 kasus
2006 : 71 kasus
2007 : 86 kasus
2008 : 157 kasus
2009 : 292 kasus
2010 : 472 kasus
2011 : 126 kasus
2012 : 50 kasus
2013 : 134 kasus
2014 : 128 kasus
2015 : 127 kasus
2016 : 381 kasus
2017 : 79 kasus
2018 : 109 kasus
2019 : 296 kasus
2020 : 348 kasus
2021 : 135 kasus
2022-November : 645 kasus

ADVERTISEMENT

Sri Budi menjelaskan penyebaran kasus tahun ini terjadi di seluruh Kulon Progo. Rinciannya, Kapanewon Wates sebanyak 96 kasus; Sentolo 89; Galur 82; Panjatan 79; Nanggulan 60; Lendah 42. Kemudian di wilayah Girimulyo 39; Kokap 37; Pengasih 34; Samigaluh 31; Kalibawang 30; dan Temon 26 kasus.

"Seluruh wilayah ada temuan, jadi tidak spesifik di daerah dataran rendah, tinggi maupun pesisir. Semua ditemukan kasus ini," jelasnya.

Dari jumlah itu, 5 di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Kematian akibat DBD ditemukan di 5 kapanewon yaitu Kapanewon Wates, Panjatan, Galur, Pengasih dan Samigaluh.

"Penyebab kematian, karena masyarakat tidak mengingat awal mula demam. Sehingga ketika mengalami fase kritis sudah terlambat dibawa ke fasyankes," terangnya.

Sri Budi menerangkan rentang usia yang terjangkit DBD di Kulon Progo didominasi remaja hingga dewasa.

"Untuk usia 15-43 tahun ada 352 orang. Kemudian usia lebih dari 44 tahun ada 140 orang. Lalu usia 5-14 tahun ada 116 orang dan balita ada 30 orang," ujarnya.

Halaman selanjutnya, gerakan PSN dan tempat penanganan pasien DBD...

Atas hal ini, Dinkes Kulon Progo mengimbau masyarakat untuk mengoptimalkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Langkah ini dinilai lebih efektif alih-alih fooging.

"Kelebihan PSN, yaitu rantai penularan DBD akan putus karena telur dan jentik calon nyamuk dewasa sudah mati. Selain mudah dan murah, juga memberikan manfaat jangka panjang," ucapnya.

Untuk memaksimalkan penanganan pasien DBD, Dinkes Kulon Progo telah menyiagakan 43 fasyankes. Meliputi sembilan rumah sakit (RS), 21 puskesmas dan 13 klinik.

"Untuk fasyankes kita siapkan di seluruh rumah sakit, puskesmas maupun klinik," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kulon Progo, Rina Nuryati.

Rina mengatakan, pihaknya juga melakukan pengendalian vektor, tata laksana kasus, surveilans epidemiologi hingga langkah penanggulangan kasus bila fenomena ini memicu kejadian luar biasa (KLB).

"Selanjutnya kami telah mengoptimalkan penyuluhan ke masyarakat terkait antisipasi penyakit DBD," terangnya.

(rih/sip)


Hide Ads