Veronica Rahayuningsiwi menjadi sekretaris kepercayaan Raja Keraton Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Ibu Yuni, sapaannya, mengungkap sisi lain Sultan HB X yang belum banyak diketahui publik.
Dikutip dari website kratonjogja.id, Kamis (3/11/2022), Ibu Yuni menjadi sekretaris kepercayaan Sultan HB X dan keluarga sejak 1 Desember 1989. Tugas utamanya adalah mengurusi dokumen administratif dan keuangan. Ia pun menjadi salah satu sosok kunci di balik kelancaran kegiatan Sultan dan keluarga.
Pada 7 Januari 2019, Yuni diwisuda sebagai Abdi Dalem dengan Nama Paring Dalem, Nyi Mas Wedono Retno Rahayuningsiwi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam bekerja, salah satunya ia sedikit demi sedikit meresapi cara bicara yang santun dan jelas. Ia juga mempelajari tata krama saat berhadapan dengan Sultan sebagai Raja Keraton Jogja dan sebagai Gubernur DIY. Sebagai orang dari luar keraton, ia harus banyak beradaptasi.
"Saya juga belajar banyak bagaimana kesabaran dalam menyikapi persoalan yang ditemui Ngarsa Dalem bersama Kanjeng Ratu Hemas dan Putri Dalem. Tutur kata mereka selalu dijaga dengan baik. Beliau (Sultan) selalu mempertahankan kelestarian budaya dalam era globalisasi yang kadang dapat menimbulkan berbagai perubahan," kata Yuni.
Selama puluhan tahun bekerja, Yuni mengaku tak pernah sekali pun melihat Sultan HB X marah.
"Selama saya bekerja dengan beliau, nggak pernah lho beliau marah. Kalau beliau tidak setuju dengan sikap saya, beliau hanya senyum, tetapi saya sudah tahu, oh saya salah," jelasnya.
Di sisi lain, ia dan sekretaris lain tahu persis apa yang menjadi keinginan Sultan, termasuk apa yang boleh dan apa yang dilarang.
"Ketika Beliau ngendika (berbicara) sedikit saja, saya sudah tahu apa-apa yang dikehendaki Beliau," ujarnya.
Yuni mengagumi sikap Sultan yang terbuka pada siapa saja. Ia tidak menyangka Sultan memilihnya sebagai sekretaris meski ia beragama Katolik, terlebih bukan dari kalangan kerabat Keraton.
"Beliau tidak pilih kasih, beliau selalu memandang sama yang ada di lingkungan Beliau. Yang ada di luar lingkungan Beliau pun beliau pandang sama," jelasnya.
Menurut Yuni, gelar panotogomo (pemimpin agama) benar-benar Sultan HB X terapkan dalam keseharian.
"Beliau selalu memberi kesempatan agar saya tidak meninggalkan ibadah," ujarnya.
Sepanjang pengamatan Yuni, Sultan dan keluarga sangat peduli pada orang-orang yang tersisihkan. Dan tidak banyak diketahui, Sultan memiliki sisi humoris.
"Beliau dalam hal pangandikan (berbicara) itu sering lucu. Setiap pangandikan beliau ada hal-hal yang membuat kami tertawa," tuturnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
Jadi Abdi Dalem Merupakan Kehormatan dan Amanat
Yuni mengakui menjadi Abdi Dalem Keraton Jogja merupakan kehormatan, tetapi juga memandangnya sebagai amanat.
"Dan kalau saya menjadi Abdi Dalem, saya harus menekuni itu dengan serius, tidak main-main," ujarnya.
Baginya, gelar Abdi Dalem harus diikuti dengan memberikan kelebihan yang dimiliki secara tulus kepada keraton. Butuh waktu bertahun-tahun hingga akhirnya ia memantapkan diri untuk menjadi Abdi Dalem. Salah satu motivasinya adalah turut menjaga kelestarian budaya Jawa.
Meski masih terbilang sebentar menyandang gelar Abdi Dalem, secara batin ia sudah menjalani peran tersebut sejak dahulu.
"Diwisuda pada 7 Januari 2019 hanya official saja. Yang saya kerjakan, saya lakukan, sikap hidup saya, sepertinya sudah seperti Abdi Dalem," tuturnya.
Ketenteraman batin yang biasanya dirasakan oleh para Abdi Dalem juga sudah lama ia rasakan. Sebab, pada dasarnya ia telah menjalani laku (sikap batin) seperti Abdi Dalem lainnya.
Menurutnya, tugas tidaklah terlalu sulit karena ia tinggal menjalankan dhawuh (perintah) Sultan melalui disposisi yang sudah tertulis dengan jelas.
"Beliau sendiri yang menggalih (berpikir dan memutuskan), saya tinggal melakukan apa yang menjadi disposisi Beliau. Saya akan matur (sampaikan) kembali ke Beliau apa yang sudah saya kerjakan," kata dia.
(rih/sip)