Berbagai upaya dilakukan sejumlah pihak untuk mengubah stigma Sarkem Jogja 'lokalisasi' alias tempat prostitusi. Di antaranya dengan gelaran SarkemFest hingga upaya dakwah.
"Sekarang pandangan orang sudah berbeda. Sekarang yang dilihat adalah penataan di kawasan itu sudah bagus, sudah ada selasar, sudah ada hotel yang besar-besar, dan setiap tahun dibikin festival Sarkem," kata salah satu tokoh masyarakat Sosromenduran, Ipung Purwandari, saat dihubungi detikJateng, Kamis (6/10/2022).
Ipung pernah menjadi Ketua RW 02 Sosrowijayan Wetan, Sosromenduran, selama tiga periode. Kini perempuan itu duduk sebagai anggota DPRD Kota Jogja.
Sarkem merupakan akronim Pasar Kembang, nama jalan di pusat Kota Jogja tepatnya di antara kawasan Malioboro dan Stasiun Tugu. Wilayah itu berada di Kalurahan Sosromenduran, Kemantren Gedongtengen, Kota Jogja.
Penamaan Jalan Pasar Kembang berawal dari banyaknya pedagang kembang atau bunga di wilayah tersebut. Kini pedagang bunga di antaranya terpusat di kawasan Kotabaru.
"Pasar Kembang itu dari pojokan Malioboro sampai pojokan penghabisan Stasiun Tugu yang ada Hotel Abadi lampu merah," kata Ipung.
Ia menjelaskan, festival Sarkem atau SarkemFest menjadi salah satu upaya untuk mengubah citra Sarkem. Festival Sarkem telah digelar pada bulan April lalu dan diharapkan bisa menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara.
"Intinya festival Sarkem itu untuk mengangkat wajah Sarkem yang biasanya terkenal negatif menjadi sebuah kawasan yang positif. Itu kita adakan setahun sekali," ujarnya.
"Kita menarik para wisatawan yang ada di luar negeri maupun dalam negeri, jadi mereka akan berkunjung ke Jogja untuk melihat festival Sarkem," jelas Ipung.
Saat ini, Pasar Kembang sudah berbeda dengan yang dulu. Sudah dilakukan penataan di Sarkem. Mulai dari Stasiun Tugu oleh PT KAI, selasar, hingga ada warung kopi.
"Penataannya sudah benar-benar bagus, kopi jos dipindah di selasar, itu sudah merupakan daya tarik sendiri bagi orang luar Jogja untuk hadir ke Jogja dan kalau belum melihat Sarkem itu seperti belum ada di Jogja," ujar Ipung.
"Sekarang sudah berubah penataannya sudah bagus, stasiunnya, selasar, ada kafe, jadi image-nya Sarkem itu yang dulunya katanya lokalisasi sedikit demi sedikit tertepis dengan adanya penataan yang sudah sangat-sangat bagus," sambungnya.
Halaman selanjutnya, Sarkem Festival dan dakwah...
(rih/ams)