Sugeng Tanggap Warsa! Jogja Ulang Tahun ke-266 Hari Ini, Berikut Sejarahnya

Sugeng Tanggap Warsa! Jogja Ulang Tahun ke-266 Hari Ini, Berikut Sejarahnya

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 07 Okt 2022 11:01 WIB
Logo HUT ke-266 Kota Jogja.
Logo HUT ke-266 Kota Jogja. (Foto: dok. Pemkot Jogja)
Jogja -

Kota Jogja berulang tahun pada hari ini, Jumat 7 Oktober 2022. Kota Jogja kini memasuki usia 266 tahun.

"Sugeng ambal warsa kaping 266 Kutha Ngayogyakarta. 'Sulih Pulih Luwih', mugio Yogyakarta tansah dipun pinaring selamet kaliyan lumebering rejeki dengan Gusti kang Maha Agung (selamat ulang tahun ke-266 Kota Jogja. 'Sulih Pulih Luwih', semoga Jogja selalu diberi keselamatan dan rezeki dari Tuhan)," tulis akun Instagram resmi Pemda DIY, dikutip Jumat (7/10/2022).

HUT Kota Jogja dimeriahkan sejumlah atraksi seni dan budaya, di antaranya Pekan HUT ke-266 Kota Jogja. Beragam atraksi berlangsung sejak awal pekan kemarin dan puncaknya pada Jumat (7/10) malam. Puncak peringatan HUT ke-266 Kota Jogja akan dimeriahkan gelaran Wayang Jogja Night Carnival di kawasan Tugu Jogja mulai pukul 18.30 WIB nanti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Sulih, Pulih, Luwih'

Tema HUT ke-266 Kota Jogja adalah 'Sulih, Pulih, Luwih'.

Dikutip dari jogjakota.go.id, sulih berarti berpindah dan beradaptasi dalam keadaan baru yang lebih baik, pulih berarti sembuh, dan luwih berarti berkembang menjadi lebih baik.

ADVERTISEMENT

Tema ini dimaknai sebagai bentuk kondisi Kota Jogja saat ini yang berhasil melewati pandemi COVID-19 dengan fase lebih baik. Semangat yang dibangun adalah semangat untuk menunjukkan tekad bersama bangkit menuju pada situasi normal dan kondusif.

Filosofi Logo HUT ke-266 Kota Jogja

Dikutip dari jogjakota.go.id, logo HUT 266 Kota Jogja berupa gunungan yang terdiri dari beberapa elemen, yakni motif flora hijau, motif lengkung emas, ornamen umplak joglo, lengkung emas, ulir tugu, dan ekor garuda. Elemen-elemen tersebut mewakili berbagai unsur yang menjadi fondasi dalam pembangunan di Kota Jogja.

Secara filosofis, hal tersebut menunjukkan bahwa cita-cita pembangunan Kota Jogja hanya dapat diwujudkan dengan kemanunggalan antara pemimpin dan masyarakat.

Baik tema maupun logo HUT ke-266 Kota Jogja, mempunyai makna dan filosofi yang menggambarkan semangat masyarakatnya untuk bangkit memajukan Kota Jogja.

Halaman selanjutnya, sejarah Kota Jogja dan penamaannya...

Sejarah Kota Jogja

Dikutip dari detikEdu, Kota Jogja diresmikan pada 7 Oktober 1756. Demikian disebutkan dalam Portal Pemkot Jogja.

Terbentuknya Kota Jogja dimulai pada Perjanjian Gianti pada 13 Februari 1755. Isi perjanjian tersebut adalah Negara Mataram dibagi menjadi dua. Setengahnya menjadi hak Kerajaan Surakarta dan setengahnya lagi menjadi hak Pangeran Mangkubumi.

Pada perjanjian itu juga, Pengeran Mangkubumi diakui sebagai raja dengan gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.

Saat itu, yang menjadi wilayah kekuasaannya adalah Mataram (Jogja), Pojong, Bagelen, Sukowati, Kedu, Bumigede, Magetan, Madiun, Cirebon, separuh Pacitan, Kalangbret, Kartosuro, Tulungagung, Mojokerto, Ngawen, Sela, Kuwu, Bojonegoro, Wonosari, dan Grobogan.

Pascaperjanjian pembagian daerah ini, Pangeran Mangkubumi yang juga merupakan Sultan Hamengku Buwono I menetapkan daerah Mataram dengan nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan ibu kotanya di Ngayogyakarta (Jogja). Ia menetapkan hal itu pada 13 Maret 1755.

Tempat yang dipilih sebagai ibu kota itu merupakan sebuah hutan yang disebut Beringin. Di sana ada desa kecil bernama Pachetokan dan ada sebuah pesanggrahan atau peristirahatan bernama Garjitowati.

Pesanggrahan tersebut dibangun Susuhunan Paku Buwono II dan namanya kemudian diganti menjadi Ayodya.

Setelah menetapkan ibu kota, Sultan kemudian memerintahkan rakyatnya untuk babat hutan guna dijadikan keraton. Namun, sebelum keraton tersebut selesai dibangun, Sultan Hamengku Buwono I menempati pesanggrahan Ambarketawang di daerah Gamping.

Baru satu tahun kemudian, Sultan HB I memasuki istana barunya. Hal ini juga menandai berdirinya Kota Jogja dengan nama utuh Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Peresmiannya dilakukan pada 7 Oktober 1756.

Alasan Diberi Nama Yogyakarta (Jogja)

Menurut buku Sejarah Keraton Yogyakarta oleh Ki Sabdacarakatama, nama Kota Yogyakarta (Jogja) sebelumnya memiliki banyak istilah penyebutan. Di antaranya adalah Ngayugyakarta Hadiningrat, Ngayogyakarta, Ayodya, Yogyakarta, Jogjakarta, Jogyakarta, Yoja, Djokya, dan lainnya.

Rahasia penamaan ini memang belum terungkap jelas, tapi diperkirakan untuk menghormati tempat bersejarah Alas Beringin.

Pada Babad Giyanti karya Yosodipuro, Sultan HB I dan prajuritnya menuju ke selatan setelah Perjanjian Giyanti dan membubarkan barisan di Parakan. Saat sampai di Gunung Gamping, ia mengukur calon kota di Hutan Beringin.

Tempat yang diukur ini dekat dengan bangunan lama yang didirikan Sinuwun Amangkurat IV dan disebut juga sebagai Gerjitawati. Ketika zaman Paku Buwono I, Gerjitawati diganti namanya sebagai Ayodya.

Sementara, pada buku Peta Kamasurta karya Sukendra Martha, sebetulnya nama Yogyakarta diciptakan oleh paman buyut Sultan HB I, yakni Paku Buana I atau Pangeran Puger yang merupakan Raja Keraton Kartasura kedua.

Kata Yogyakarta adalah pergeseran dari pengucapan Ngayogyakarto yang berasal dari kata ngayogya dan karta. Yogya berarti pantas atau baik. Jadi, ngayogya berarti menuju cita-cita yang baik.

Sedangkan karta artinya aman, sejahtera. Maka, arti Ngayogyakarta adalah mencapai kesejahteraan bagi negeri dan rakyatnya.

Sugeng ambal warsa kaping 266 Kota Jogja!

Halaman 2 dari 2
(rih/sip)


Hide Ads