Kasus Hijab Siswi SMAN 1 Banguntapan, FKUB Bakal Panggil Guru Beri Pemahaman

Kasus Hijab Siswi SMAN 1 Banguntapan, FKUB Bakal Panggil Guru Beri Pemahaman

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Selasa, 02 Agu 2022 16:06 WIB
Ketua FKUB Kabupaten Bantul Yasmuri.
Ketua FKUB Kabupaten Bantul, Yasmuri. (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Bantul -

Kasus siswi kelas X di SMAN 1 Banguntapan, Bantul, DIY yang mengaku dipaksa berhijab oleh guru BK hingga berujung pindah sekolah mendapat tanggapan dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bantul. FKUB menyebut tidak boleh ada pemaksaan dan akan segera mengundang guru-guru untuk memberikan pemahaman soal kebebasan dalam berseragam.

"Ya itu nanti akan kita temukan sedemikian rupa, dan akan kita minta agar saling memahami kondisi itu," kata Ketua FKUB Kabupaten Bantul Yasmuri kepada wartawan di Kabupaten Bantul, Selasa (2/8/2022).

Hal itu agar tidak terjadi pemaksaan terhadap siswi dalam mengenakan seragam sekolah. FKUB juga mengaku akan proaktif dalam mengawal kasus tersebut agar tidak terulang kembali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Agar jangan sampai ada pemaksaan satu dengan yang lain, ini menjadi hak mereka, tidak boleh ada pemaksaan satu dengan yang lain dan nanti dari FKUB akan proaktif pada mereka," ucapnya.

Terkait apa yang dilakukan guru Bimbingan Konseling (BK) yang diduga memaksa siswi mengenakan hijab, Yasmuri menyebut akan mengundang guru-guru dan memberikan pemahaman. Pasalnya mengenakan seragam merupakan hak murid selama itu masih menjaga norma dan etika.

ADVERTISEMENT

"Guru-guru seperti itu, guru BK utamanya dan guru pembina OSIS harus diberikan pemahaman sedemikian rupa. Maka kami FKUB ada program untuk mengundang guru-guru pembina OSIS dan kepala sekolah untuk bisa kita berikan pemahaman tentang itu," ujarnya.

"Karena harus kita beri kebebasan sedemikian rupa dengan catatan masih menjaga norma-norma etika yang ada. Misal kalau masih itu wajar, pakai rok di bawah lutut 5 centimeter itu masih sangat wajar, tidak masalah," lanjut Yasmuri.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Dalam kesempatan itu Yasmuri juga menceritakan pengalamannya saat menjadi Kepala SMPN 1 Bantul.

"Jadi pengalaman saya di SMPN 1 Bantul mereka sangat rukun bahkan mereka diberi kebebasan. Warga nonmuslim yang notabenya minoritas di sana itu mereka pakai baju panjang, rok panjang, tapi tidak berjilbab, dan itu kehendak mereka sendiri mereka bilang gini 'Pak kami pakai pakaian seperti ini, mohon maaf tidak pakai jilbab' dan itu sudah sangat bagus," katanya.

Sebelumnya, seorang siswi kelas X di SMAN 1 Banguntapan, Bantul, DIY, mengaku dipaksa berhijab oleh guru BK di sekolah tersebut. Akibatnya, siswi itu disebut depresi.

Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan DIY dan Disdikpora DIY turun tangan. Pihak sekolah telah dimintai klarifikasi. Kepala SMAN 1 Banguntapan menepis tudingan pemaksaan pemakaian hijab. Sementara itu ORI DIY menjadwalkan memintai keterangan guru BK SMAN 1 Banguntapan Rabu (3/8) besok.

Halaman 2 dari 2
(aku/rih)


Hide Ads