Hati-hati Lur! Simpang Ksatrian Kulon Progo Ini Rawan Kecelakaan

Lapur Lur

Hati-hati Lur! Simpang Ksatrian Kulon Progo Ini Rawan Kecelakaan

Jalu Rahman Dewantara - detikJateng
Rabu, 29 Jun 2022 14:12 WIB
Water barrier atau material blokade jalan yang hancur di simpang tiga Ksatrian, Giripeni, Wates, Kulon Progo, DIY, Rabu (1/6/2022).
Water barrier yang hancur di simpang tiga Ksatrian, Giripeni, Wates, Kulon Progo, DIY, Rabu (1/6/2022). (Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng)
Kulon Progo -

Pengendara yang melintas di ruas Jalan Jogja-Wates Km 26, tepatnya di simpang tiga Ksatrian, Dusun Gunung Gempal, Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kulon Progo, DIY, perlu meningkatkan kehati-hatian. Pasalnya di persimpangan ini sering terjadi kecelakaan, beberapa di antaranya bahkan menelan korban jiwa.

"Wah sudah enggak terhitung mas (jumlah kecelakaan), terakhir kemarin motor vs motor, tapi untungnya enggak sampai fatal," ungkap warga yang tinggal di sekitar persimpangan Ksatrian, Asep (30), kepada detikJateng, Rabu (29/6/2022).

Asep menuturkan, kecelakaan yang terjadi di persimpangan ini paling sering melibatkan sepeda motor. Kronologinya pun hampir sama, di mana kendaraan dari arah barat atau ruas jalan nasional hendak berbelok ke selatan menuju jalan kabupaten, atau masuk wilayah permukiman warga Giripeni.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara dari arah timur melaju kendaraan lain dengan kecepatan tinggi, tanpa memperhatikan adanya motor yang sedang menyeberang. Walhasil tabrakan tak bisa dihindarkan.

"Paling sering itu motor pas mau belok ke selatan dari arah barat. Terus ditabrak kendaraan lain, bisa motor bisa mobil atau lebih besar lagi, yang datang dari arah timur. Nah biasanya kecelakaan itu seringnya terjadi sore hari jelang magrib," beber Asep.

ADVERTISEMENT

Asep mengatakan, seringnya kecelakaan di lokasi tersebut membuat warga sekitar was-was ketika hendak melintasinya. Mayoritas warga, akhirnya memilih memutar lebih jauh jika ingin menyeberang.

"Kalau saya sendiri pilih minggir agak ke sana, dan warga sini memang biasanya gitu karena udah tau kalau di sini rawan. Beda kalau warga luar sini, kebanyakan langsung nerobos aja. Jadi ya kaya gitu deh, kecelakaan," ujarnya.

Asep berharap persoalan ini bisa mendapat perhatian lebih dari otoritas terkait. Langkah konkrit perlu dilakukan, tidak hanya sekadar pemasangan pembatas jalan, tapi juga rambu-rambu lain yang lebih efektif, seperti misalnya memasang lampu traffic light.

"Kalau warga sini mintanya dipasang bangjo (lampu traffic light). Kemarin sempat dikasih pembatas (water barrier) tapi enggak ada solusi, malah sekarang (water barrier) rusak ditabrak bus," ujarnya.

Rawannya simpang Ksatrian ini juga diungkapkan Dewan (25), pengendara motor yang kerap melintas lokasi tersebut. Baginya, simpang tiga itu semacam jalur neraka. Sebab jika lengah sedikit sudah dipastikan bakal mengalami kecelakaan.

"Wah kaya jalur neraka itu mas. Ya gimana ya, misal kita mau nyeberang nih, baik dari arah jalan nasional maupun jalan kabupaten, kalau lengah sedikit aja pasti bakal kena tabrak," ujar Dewan.

"Saya sendiri pernah tuh lihat beberapa kali insiden tabrakan di sini, bahkan sempat ada yang akhirnya meninggal dunia," imbuhnya.

Selengkapnya baca halaman berikutnya..

Diwawancarai secara terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kulon Progo, Lucius Bowo Pristyanto mengatakan berdasarkan hasil studi kawasan rawan kecelakaan tinggi di Kulon Progo yang dilakukan sekitar 2 tahun lalu, simpang Ksatrian sebenarnya tidak masuk dalam daftar. Karena itu ia menyebut bahwa ini merupakan fenomena baru.

"Itu fenomena baru ya, karena di studi kita, tempat itu tidak masuk dalam pemetaan kawasan rawan kecelakaan yang tinggi. Nah ini (kecelakaan simpang Ksatrian) baru muncul belakangan ini. Jadi beberapa bulan terakhir kasus (kecelakaan) di situ memang meningkat," jelas Bowo.

Berdasarkan analisis Dishub rawannya kecelakaan di simpang Ksatrian disebabkan karena makin tingginya arus lalu lintas di jalan nasional sekitar lokasi tersebut.

Lalu lalang kendaraan warga yang bermukim di sekitar juga kian meningkat. Walhasil peningkatan jumlah lalu lintas sukar dibendung.

Faktor lain berkaitan dengan kedisiplinan pengguna jalan. Sebab beberapa kasus kecelakaan terjadi karena pengendara kurang berhati-hati. "Jadi selain faktor jalan juga di pengendaranya, misal mau keluar dari jalan kecil ke besar kan harusnya berhenti dulu, jangan langsung nyelonong. Ini perlu diperhatikan juga," ujar Bowo.

Karena itu, pihaknya akan memberikan perhatian lebih terhadap persimpangan tersebut. Pelbagai upaya dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan di sana.

"Yang pasti akan ada upaya pencegahan. Sebelumnya kami bersama teman-teman dari Polres sudah memasang water barrier di sana, terus nanti ada langkah jangka panjang juga," jelasnya.

Upaya jangka panjang ini seperti pemasangan lebih banyak rambu dan pemberlakuan rekayasa lalu lintas di sekitar persimpangan itu. Dishub kata Bowo juga telah berkomunikasi dengan Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) wilayah X Jateng-DIY terkait hal itu.

"Kita juga sudah komunikasi dengan Kementerian Perhubungan dalam hal ini BPTD wilayah X Jateng-DIY, untuk mohon ada semacam rekayasa dan pemasangan rambu seperti lampu kedip, dan sebagainya. Kita sudah upayakan, tidak hanya bersurat tapi juga komunikasi lisan. Mudah-mudahan nanti ada treatment tertentu soal hal itu termasuk penerangan jalan umumnya," jelasnya.

Halaman 2 dari 2
(aku/mbr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads