Pengunduran diri Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar sebagai ketum ditolak oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). PWNU DIY angkat bicara menyampaikan pilihan Kiai Miftachul sebagai urusan pribadi.
"Pengunduran diri Kyai Miftachul dari posisi Ketum MUI sepenuhnya urusan pribadi beliau karena beliau komit dengan janjinya untuk memilih salah satu antara Rais Aam PBNU dan Ketum MUI," kata Ketua Tanfidziah PWNU DIY KH Ahmad Zuhdi Muhdlor saat dihubungi wartawan, Kamis (17/3/2022).
Akan tetapi, Zuhdi menduga alasan di balik pengunduran diri itu karena Kiai Miftachul merasa kerepotan memimpin dua lembaga besar di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu beliau terpilih sebagai Ketum MUI beliau sudah menjadi Pj Rais Aam PBNU menempati posisi KH Ma'ruf Amin yang mundur karena jadi Wapres. Bisa jadi beliau merasakan kerepotan memimpin dua lembaga besar tersebut," terangnya.
Lebih lanjut, Kyai Zuhdi menilai penolakan terhadap pengunduran diri Kiai Miftachul itu sah-sah saja. Pasalnya, sosok Kiai Miftachul dianggap pas untuk menjembatani kepentingan umat Islam dan pemerintah.
"Terkait penolakan berbagai pihak terhadap pengunduran Pak Kiai, terutama internal MUI, sah-sah saja karena MUI memang memerlukan sosok pemimpin diharap bisa mengakomodir berbagai kepentingan terutama menjembatani kepentingan umat Islam dan pemerintah. Dan sosok pak Kai Miftachul sangat pas untuk peran itu," ucapnya.
Kiai Zihdi pun melihat akan ada upaya terus menerus untuk mempertahankan Kiai Miftachul di MUI. Oleh karena itu, PWNU DIY menyerahkan keputusan ini kepada Kiai Miftacul.
"Kalau urgensi peran ini terus didesakkan secara kuat kepada pak Kiai, saya kok melihat tetap ada celah untuk 'gondheli' beliau tetap di MUI. Tapi sekali lagi, semua tergantung pertimbangan pribadi beliau," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, KH Miftachul Akhyar mengirimkan surat pengunduran diri dari jabatan Ketua Umum MUI. Dia menjelaskan alasannya mengundurkan diri dari jabatan tersebut karena tidak ingin merangkap jabatan.
"Di saat Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) Muktamar ke-34, NU menyetujui penetapan saya sebagai Rais Aam, ada usulan agar saya tidak merangkap jabatan. Saya langsung menjawab sami'na wa atha'na (kami dengarkan dan kami patuhi). Jawaban itu bukan karena ada usulan tersebut, apalagi tekanan," ujar Miftachul seperti dikutip dari situs NU Online, Rabu (9/3).
Dia pun menceritakan kala ia menjadi Ketum MUI pada November 2020, KH Miftachul Akhyar dirayu dan diyakini selama dua tahun untuk mengisi kursi Ketum MUI. Dia mengaku awalnya sempat keberatan, namun, akhirnya jabatan Ketum MUI ia terima karena takut berbuat bid'ah.
"Tapi kemudian saya takut menjadi orang pertama yang berbuat 'bid'ah' di dalam NU, karena selama ini Rais Aam PBNU selalu menjabat Ketua Umum MUI," kata Miftachul.
Akan tetapi, MUI kini menolak pengunduran diri KH Miftachul Akhyar tersebut. Alasannya, sosok Miftachul Akhyar dinilai dibutuhkan untuk mempersatukan umat. Terlebih, menurutnya, saat ini suasana umat tengah menghadapi pemulihan ekonomi.
(sip/sip)