MUI Tolak KH Miftachul Mundur, RMI PBNU Singgung Pentingnya Berbagi Peran

MUI Tolak KH Miftachul Mundur, RMI PBNU Singgung Pentingnya Berbagi Peran

Bayu Ardi Isnanto - detikJateng
Rabu, 16 Mar 2022 19:14 WIB
PBNU bakal menunda Muktamar NU yang rencananya digelar pada Desember 2021. Rais Am PBNU KH Miftachul Akhyar justru menyebut, Muktamar kemungkinan dimajukan dari jadwal.
Rais 'Am PBNU KH Miftachul Akhyar. Foto: Faiq Azmi/detikcom
Solo -

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengajukan pengunduran diri sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hanya saja, pengajuan pengunduran diri itu ditolak oleh MUI.

Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU, KHM Dian Nafi' menyebut keputusan KH Miftachul Akhyar itu semestinya harus dihormati.

Apalagi keputusan itu diambil lantaran keputusan itu diambil karena KH Miftachul ingin berfokus pada salah satu tugas, yakni Rais A'am PBNU.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terkait KH Miftachul Akhyar, kita menghormati keputusan Rais Aam Syuriah PBNU. Kedua, kalau beliau mengambil keputusan, kami memahami beliau fokus di dalam pilihan itu. Ketiga, beliau memiliki maksud terhormat, untuk berbagi peran," kata Dian Nafi' saat dihubungi detikJateng, Rabu (16/3/2022).

Dia menegaskan kebutuhan untuk berbagi peran sebenarnya sangat penting. Apalagi Indonesia merupakan sebuah negara besar.

ADVERTISEMENT

"Ini kebutuhan berbagi peran, Indonesia negara yang besar, perlu pembagian peran. Saya kira akan mendewasakan banyak pihak," ujar dia.

Meski demikian, pihaknya juga tidak mempermasalahkan penolakan tersebut. Dia yakin KH Miftachul Akhyar mampu mengemban dua tugas sekaligus.

"Kalau kapasitas, beliau tidak diragukan, beliau merangkap MUI dan PBNU tidak masalah," kata pengasuh Pesantren Mahasiswa Al Muayyad, Windan, Sukoharjo ini.

Sebelumnya, KH Miftachul Akhyar mengirimkan surat pengunduran diri dari jabatan Ketua Umum MUI. Dia menjelaskan alasannya mengundurkan diri dari jabatan tersebut karena tidak ingin merangkap jabatan.

"Di saat Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) Muktamar ke-34, NU menyetujui penetapan saya sebagai Rais Aam, ada usulan agar saya tidak merangkap jabatan. Saya langsung menjawab sami'na wa atha'na (kami dengarkan dan kami patuhi). Jawaban itu bukan karena ada usulan tersebut, apalagi tekanan," ujar Miftachul seperti dikutip dari situs NU Online, Rabu (9/3).

Dia pun menceritakan kala ia menjadi Ketum MUI pada November 2020, KH Miftachul Akhyar dirayu dan diyakini selama dua tahun untuk mengisi kursi Ketum MUI. Dia mengaku awalnya sempat keberatan, namun, akhirnya jabatan Ketum MUI ia terima karena takut berbuat bid'ah.

"Tapi kemudian saya takut menjadi orang pertama yang berbuat 'bid'ah' di dalam NU, karena selama ini Rais Aam PBNU selalu menjabat Ketua Umum MUI," kata Miftachul.

Akan tetapi, MUI kini menolak pengunduran diri KH Miftachul Akhyar tersebut. Alasannya, sosok Miftachul Akhyar dinilai dibutuhkan untuk mempersatukan umat. Terlebih, menurutnya, saat ini suasana umat tengah menghadapi pemulihan ekonomi.




(ahr/mbr)


Hide Ads