UGM Kembangkan Smart Agricultural Kedelai di Bantul, Ini Hasilnya

UGM Kembangkan Smart Agricultural Kedelai di Bantul, Ini Hasilnya

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Senin, 14 Mar 2022 15:56 WIB
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan program Smart Agricultural Enterprise (SAE) di Kabupaten Bantul, Senin (4/3/2022).
Universitas Gadjah Mada (UGM) memanen kedelai yang dikembangkan dalam program Smart Agricultural Enterprise (SAE) di Kabupaten Bantul, Senin (14/3/2022). Foto: dok. UGM
Bantul -

Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan program Smart Agricultural Enterprise (SAE) di Kabupaten Bantul. Program tersebut diklaim mampu meningkatkan produktivitas kedelai hingga 2 kali lipat.

Rektor UGM Prof Panut Mulyono mengatakan program penelitian ini mengambil lokasi di area ladang Pedukuhan Nogosari, Kalurahan Selopamioro, Kapanewon Imogiri, Bantul. Program yang menggunakan kedelai varietas Grobogan ini mulai ditanam pada pertengahan Desember tahun lalu dan dipanen hari ini.

"Total luasan yang didampingi mencapai 20 hektare namun yang mendapatkan program SAE seluas 0,6 hektare," kata Panut kepada wartawan di Kapanewon Imogiri, Senin (14/3/2022).

Menurutnya, SAE adalah program yang fokus pada intensifikasi regenerative farming yang mengoptimalkan penanaman kedelai di lahan tropis. Melalui program ini, tanaman kedelai mendapatkan perhatian dalam pemenuhan nutrisi, pengairan, pemantauan cuaca, kelembapan tanah, dan pemberian pupuk secara sesuai waktu kejadian (real time) lewat sensor yang dipasang di tengah ladang.

"Dan dengan penjadwalan tanam sesuai musim dan pemberian pupuk organik yang sudah diformulasikan khusus," ujarnya.

Dalam penanaman konvensional yang kebanyakan dilakukan petani, satu hektare lahan hanya mampu menghasilkan 1,4 ton sampai 2,3 ton kedelai. Penggunaan program itu disebutnya membuat hasil panen meningkat tajam.

Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan program Smart Agricultural Enterprise (SAE) di Kabupaten Bantul, Senin (4/3/2022).Alat sensor milik Universitas Gadjah Mada (UGM) di lahan kedelai yang dikembangkan dalam program Smart Agricultural Enterprise (SAE) di Kabupaten Bantul, Senin (14/3/2022). Foto: dok UGM


"Lewat program SAE, per hektare mampu menghasilkan 3,2 ton sampai 4,2, ton," ucapnya.

Lanjutnya, Panut berharap program pendampingan kepada petani kedelai ini mampu memacu produktivitas kedelai kuning yang dikhususkan untuk bahan pangan seperti tempe, tahu, dan lain-lain. Apalagi beberapa waktu lalu sempat terjadi kenaikan harga kedelai hingga membuat perajin tahu tempe mogok produksi.

"Selama ini dari total kebutuhan kedelai kuning untuk pangan hanya 10 persen saja yang mampu dipenuhi dari dalam negeri. Sedangkan sisanya kita impor," katanya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Ngudi Makmur, Suparjo, mengungkapkan pihaknya memang sengaja menjadikan kedelai varietas Grobogan sebagai tanaman utama. Pasalnya hal tersebut sesuai dengan kondisi lahan wilayahnya yang berada di perbukitan.

"Dikembangkan sejak 2,5 tahun lalu, hasil panen tanpa menggunakan sistem SAE mencapai 2,5 ton per hektare. Saat ini dari 0,6 hektare diprediksi menembus 2,4 hektare," kata Suparjo.




(ahr/rih)


Hide Ads