Sejarah Kelokan Irung Petruk yang Legendaris di Gunungkidul

Sejarah Kelokan Irung Petruk yang Legendaris di Gunungkidul

Ristu Hanafi - detikJateng
Senin, 28 Feb 2022 21:15 WIB
Kelokan Irung Petruk, Patuk, Gunungkidul.
Kelokan Irung Petruk, Patuk, Gunungkidul. (Foto: Google Maps)
Gunungkidul -

Kelokan atau tikungan Irung Petruk di Gunungkidul populer di masanya, yakni sebelum tahun 2005. Saat itu kelokan Irung Petruk menjadi salah satu tikungan ekstrem di ruas jalan Wonosari-Jogja, sebelum akhirnya ada normalisasi dengan pembangunan jembatan.

Lalu, seperti apa sejarah kelokan Irung Petruk?

Kelokan Irung Petruk berada di Dusun Karangsari, Kalurahan Nglanggeran, Kapanewon Patuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau soal penamaan, dari cerita, mitos, fakta, saya kurang memahami. Tapi dari cerita turun-temurun, dulu ada orang bernama Mbah Petruk rumahnya dekat situ," kata salah satu tokoh masyarakat di RW 01 Dusun Karangsari, Zunaidi (49), saat dihubungi detikJateng, Minggu (27/2/2022).

Lebih lanjut, Zunaidi menceritakan kisah yang turun-temurun itu. Jalan Wonosari-Jogja, termasuk kelokan yang akhirnya dinamai Irung Petruk, sudah ada sejak zaman kolonial. Jika dari arah Jogja, jalan ada tikungan kecil menyerupai dagu, kemudian maju lagi tikungan panjang mirip hidung, dan memanjang. Jika dilihat dari atas, menyerupai bentuk kepala tokoh wayang Petruk.

ADVERTISEMENT

"Kalau zaman sekarang ada aplikasi, seperti google maps, itu dilihat dari atas terlihat lebih jelas mirip Petruk. Jika berbaring, wajahnya menghadap ke utara, kepalanya di sisi timur," ujarnya.

"Jadi ada beberapa versi dinamai Irung Petruk, salah satunya dinamai dari tokoh pewayangan," lanjutnya.

Kelokan Irung Petruk, Gunungkidul, Minggu (27/2/2022).Kelokan Irung Petruk, Gunungkidul, Minggu (27/2/2022). Foto: Ristu Hanafi/detikJateng

Kelokan Irung Petruk ini memang sangat ekstrem, yakni tikungan tajam 180 derajat. Jika dari arah Wonosari, jalan ini menikung ke kiri. Sebelah kiri jalan terdapat lahan pertanian yang permukaannya lebih rendah sekitar 1-2 meter jika dibandingkan muka jalan. Kemudian sebelah kanan jalan konturnya lebih tinggi.

Di pinggir jalan sisi kanan, terdapat prasasti yang sudah berumur. Terdapat gambar kepala tokoh wayang Petruk, dan tulisan Irung Petruk. Prasasti itu kini tampak sudah termakan usia, gambar dan tulisan sudah tidak lagi jelas, catnya luntur, dan tertutup semak.

Prasasti kelokan Irung Petruk, Gunungkidul, Minggu (27/2/2022).Prasasti kelokan Irung Petruk, Gunungkidul, Sabtu (26/2/2022). Foto: Ristu Hanafi/detikJateng

Saat ini kelokan Irung Petruk tinggal sejarah setelah disasar program normalisasi jalan Wonosari-Jogja. Saat ini kelokan itu tidak lagi difungsikan sebagai jalan umum.

Jembatan Irung Petruk di Jalan Wonosari-Jogja, Patuk, Gunungkidul, Sabtu (26/2/2022).Jembatan Irung Petruk di Jalan Wonosari-Jogja, Patuk, Gunungkidul, Sabtu (26/2/2022). Foto: Ristu Hanafi/detikJateng

Kelokan Irung Petruk dipotong jembatan sepanjang sekitar 100 meter. Jembatan dibangun tahun 2005, seperti informasi yang tertulis pada prasasti jembatan itu. Antara titik tikungan dan jembatan berjarak sekitar 200 meter. Jembatan tersebut juga dinamai Irung Petruk.

"Penamaan jembatan dipilih Irung Petruk. Setahu saya itu disepakati oleh pelaksana proyek dan pemerintah, juga minta pertimbangan masyarakat sekitar untuk pemberian nama jembatan Irung Petruk," imbuh Zunaidi.




(rih/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads