Temuan KNKT soal Kecelakaan Maut di Bukit Bego Bantul Tewaskan 13 Orang

Temuan KNKT soal Kecelakaan Maut di Bukit Bego Bantul Tewaskan 13 Orang

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Senin, 14 Feb 2022 15:46 WIB
Bus wisata mengalami kecelakaan tunggal di Pedukuhan Kedungbuweng, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Minggu (6/2/2022
Kecelakaan bus wisata di Bukit Bego Bantul (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Bantul -

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap temuan kecelakaan maut bus di Bukit Bego, Bantul, yang akhirnya menewaskan 13 penumpang. KNKT menemukan bus PO Gandhos Abadi berada dalam persneling 3 saat menabrak tebing, dan tidak bisa berhenti karena ada gaya gravitasi jalan.

Plt Kepala Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT Ahmad Wildan mengatakan pihaknya tadi mencoba menuruni jalur Imogiri-Dlingo dengan mobil jenis double cabin. Selain itu, Wildan tadi meminta sopir untuk menggunakan gigi 2, tidak melakukan pengereman, dan tidak menginjak pedal gas.

"Pada jarak 500 meter dari atas kecepatannya mencapai 70 kilometer/jam tanpa ngerem tanpa ngegas, itulah gaya gravitasi bumi. Jadi kalau pengemudi ngerem di jalan menurun itu tidak akan selesai karena terus didorong (gravitasi bumi) sehingga risiko anginnya habis, kampasnya panas sangat tinggi," kata Wildan saat ditemui di Kalurahan Mangunan, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul, Senin (14/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah, itu seperti kemarin dia (sopir bus) menggunakan gigi 3, itu pengemudi saya saja menggunakan gigi 2 saja kecepatan 70 (km/jam) tadi tanpa ngerem. Berarti dia kan dipaksa harus ngerem-ngerem terus kan, bus sama Ford Ranger gede bus kan artinya gaya dorong gedean bus," imbuhnya.

Wildan lalu menjelaskan cara kerja pengereman yang berpengaruh saat kecelakaan maut di Bukit Bego. Di mana saat kejadian bus bisa kehilangan tenaga untuk melakukan pengereman.

ADVERTISEMENT

"Sistem kerja rem kalau ngegas itu ngisi. Kalau lagi ngerem itu membuang. Pada saat turun dia tidak punya kesempatan banyak ngisi, dia hanya membuang terus," ujarnya.

"Pada saat tekanannya kurang dari 6 pengemudi hanya merasakan ngepos itu lho maka bunyi ces-ces itu saja. Tapi dia tidak bisa ngerem, sudah hilang tenaga, sudah loyo, itu berdasarkan penjelasan dari pembantu pengemudi karena sopirnya kan meninggal dunia," lanjut Wildan.

Di sisi lain, Wildan menyebut bus dalam kondisi prima. Wildan pun menyoroti kemampuan pengemudi yang dinilai kurang menguasai kendaraan saat menuruni jalur Imogiri-Dlingo.

"Kami juga sudah memeriksa kendaraannya, semua sistem rem bagus, angin masih ada, rodanya bagus nggak halus, tidak gundul. Kampas tromol juga standar sehingga tidak ada masalah, tapi tadi itu penggunaan gigi 3 pada saat jalan menurun," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Bantul Aris Suharyanta mengatakan, dia dan tim dari KNKT telah mencoba menggunakan mobil jenis double cabin untuk menuruni jalur Imogiri-Dlingo. Hasilnya, tanpa gas dan rem, mobil melaju 70 kilometer/jam.

"Tadi nyoba pakai ini dari atas ke bawah gigi tidak ngerem tidak ngegas sampai pas ban dipasang (Bukit Bego) paling ujung kecepatannya 70 (kilometer/jam)," ucapnya.

"Sehingga ini pas belok tadi driver-nya kalau tidak ngerem tidak berani. Karena kecepatan semakin tinggi, kalau sampai sana bisa 80 kilometer per jam bisa 100 kilometer per jam lebih," imbuh Aris.




(ams/rih)


Hide Ads