Bertambah 3, Warga Gunungkidul Bergejala Mirip Antraks Jadi 26 Orang

Bertambah 3, Warga Gunungkidul Bergejala Mirip Antraks Jadi 26 Orang

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Kamis, 03 Feb 2022 12:35 WIB
Tapal Batas Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY), Rabu (15/9/2021).
Gunungkidul. (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Gunungkidul -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul menyebut ada tambahan 3 warga di Kapanewon Gedangsari, Gunungkidul yang mengalami gejala mirip penyakit antraks. Sehingga saat ini total ada 26 warga yang terkena gejala tersebut, sedangkan hasil uji sampel belum keluar.

"Tambah 3 di Gedangsari, sehingga di Gedangsari jadi 13 (orang)," ujarnya kepada detikJateng, Kamis (3/2/2022).

Merujuk data tersebut, total warga yang mengalami gejala mirip penyakit antraks menjadi 26 orang. Di mana 13 warga Kapanewon Gedangsari dan 13 warga lagi warga Kapanewon Ponjong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait hasil uji laboratorium sampel ke Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) Bogor, Jawa Barat, Dewi mengaku belum mendapatkan hasilnya. Untuk itu dia belum bisa memastikan puluhan orang tersebut terpapar antraks atau bukan.

"Untuk hasilnya belum keluar," ujar Dewi secara singkat.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan, bahwa dari 15 ternak yang mati karena antraks ada 23 orang yang memiliki gejala menyerupai antraks. Menurutnya, sampel 23 orang itu sudah dikirim ke Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) Bogor, Jawa Barat.

"Ya jadi yang memiliki gejala suspek kita ambil di Ponjong ada 13 orang dan yang di Gedangsari ada 10 orang. Mereka bergejala semua, gejalanya terutama di kulit melepuh-melepuh, ciri khas mirip antraks tapi kan sampel manusia kita kirim di BBVet (BB Litvet) Bogor," ucapnya, Senin (31/1).

Dari puluhan orang tersebut, Dewi menyebut ada 1 orang yang harus menjalani perawatan di rumah sakit umum daerah (RSUD) Wonosari. Sedangkan lainnya tengah menjalani rawat jalan dengan monitoring ketat pihaknya bersama perangkat Kalurahan.

"Satu kita rujuk ke RSUD Wonosari. Lainnya masih di kulit semua kita tangani di lapangan. Kita lakukan monitoring selama 2 kali masa inkubasi jadi masa inkubasi maksimal 60 hari jadi 120 hari," ujarnya.

"Nanti kita kerjasama dengan RT, Lurah, Dukuh mengamati manusianya adakah yang bertambah. Kalau 2x60 hari tidak ada tambahan berarti aman," imbuh Dewi.




(sip/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads