Kamis Wage 17 Februari 2022: Cita-cita Tinggi, Mudah Tersinggung

Kamis Wage 17 Februari 2022: Cita-cita Tinggi, Mudah Tersinggung

Tim detikJateng - detikJateng
Kamis, 17 Feb 2022 06:38 WIB
Vector illustration. Handwritten lettering of Hello February. Objects isolated on white background.
Foto: Dok. iStock
Solo -

Hari ini, Kamis (17/2/2022) bertemu dengan pasaran Wage. Dalam penanggalan Jawa, hari ini juga bertepatan dengan 15 Rejeb 1955, berada di Tahun Alip, Windu Sancaya dan Wuku Bala.

Weton (hari kelahiran) Kamis Wage memiliki neptu 12. Kecenderungannya tinggi cita-citanya, berlaku adil, santun perilakunya, hanya saja terkadang suka disanjung, suka pamer kekayaan atau kepandaiannya. Berhati keras dan mudah tersinggung serta pendendam.

Pangarasan weton ini adalah Aras Kembang, artinya gampang tampa sihing panggedhe atau mudah menerima asihnya atasan atau pimpinan. Hal ini disebabkan oleh perasaannya yang halus sehingga mengundang simpati banyak orang atau memesona.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan Pancasuda weton ini adalah Tunggak Semi. Seperti pohon yang ditebang tetapi daunnya tumbuh lagi. Artinya, rezeki selalu lumintu atau ada terus. Penghasilan maupun pekerjaan biasannya selalu lancar.

Adapun karakter berdasarkan wuku, hari ini ada pada Wuku Bala, dilambangkan dengan Dewa Bathari Durga. Wataknya cenderung melakukan perbuatan jahat, tidak takut dengan sesamanya. Dorongan berbuat negatif sangat kuat. Namun demikian dapat membuat lega hati orang lain.

ADVERTISEMENT

Perlambang gedhong ada di depan, artinya dermawan dan suka memamerkan kekayaannya. Banyak akal dan sering mendapat keberuntungan, walaupun keikhlasannya kurang.

Lambang pohonnya cemara, cenderung banyak bicara, pandai berkilah, bicaranya enak didengar dan dipercaya.

Lambang burungnya Ayam hutan, menjadi piaraan atau kesukaan pembesar, berwibawa, banyak yang suka serta bertekad mantap tak mudah goyah. Diibaratkan udan salah mangsa (hujan tidak pada musimnya), jika kurang hati-hati dalam menjalankan suatu usaha, maka bisa berakibat fatal.

(Oleh: Ki Totok Yasmiran, ahli penanggalan Jawa dari Museum Radyapustaka Solo)




(dil/dil)


Hide Ads