Selasa Pahing 15 Februari 2022: Murah Hati-Banyak Rezeki, Tapi...

Penanggalan Jawa

Selasa Pahing 15 Februari 2022: Murah Hati-Banyak Rezeki, Tapi...

Tim detikJateng - detikJateng
Selasa, 15 Feb 2022 10:56 WIB
kalender tahun kabisat. dikhy sasra/ilustrasi/detikfoto
Ilustrasi. Foto: Dikhy Sasra/detikfoto
Solo -

Hari ini, Selasa (15/2/2022) bertemu dengan pasaran Pahing. Dalam penanggalan Jawa, hari ini juga bertepatan dengan 13 Rejeb 1955, berada di Tahun Alip, Windu Sancaya, dan Wuku Bala.

Weton (hari kelahiran) Senin Legi memiliki neptu 12. Kecenderungan umumnya, hatinya agak lemah tapi kalau sudah marah sulit dikendalikan dan menyesalnya belakangan. Selain itu juga murah hati, suka menolong orang yang disenangi, dan banyak rezeki tapi agak tamak.

Pangarasan pada weton ini adalah Aras Kembang, artinya gampang tampa sihing panggedhe (mudah menerima asihnya atasan atau pimpinan). Hal itu disebabkan oleh perasaannya yang halus sehingga mengundang simpati banyak orang, terlebih memesona lawan jenisnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun Pancasuda pada weton ini adalah Satriya Wirang. Yaitu luhur budinya tapi sering mendapat malu atau dipermalukan orang sehingga kurang berwibawa.

Sedangkan karakter berdasarkan wuku, hari ini ada pada Wuku Bala, dilambangkan Dewa Bathari Durga. Wataknya cenderung melakukan perbuatan jahat, tidak takut dengan sesamanya. Dorongan berbuat negatif sangat kuat.

ADVERTISEMENT

Meski demikian, dapat membuat lega hati orang lain. Perlambang gedhong ada di depan, artinya dermawan tapi suka memamerkan kekayaannya. Banyak akal dan sering mendapat keberuntungan, walaupun keikhlasannya kurang.

Lambang pohonnya cemara, cenderung banyak bicara, pandai berkilah, tapi bicaranya enak didengar dan dipercaya.

Adapun lambang burungnya adalah ayam hutan, menjadi piaraan atau kesukaan pembesar, berwibawa, banyak yang suka, serta bertekad mantap tak mudah goyah. Diibaratkan udan salah mangsa (hujan tidak pada musimnya), jika kurang hati-hati dalam menjalankan suatu usaha bisa berakibat fatal.

(Oleh: Ki Totok Yasmiran, ahli penanggalan Jawa dari Museum Radyapustaka Solo)




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads