Ponpes Kaget Pelaku Bawa Botol Minuman Berisi Bensin untuk Bakar Santri

Ponpes Kaget Pelaku Bawa Botol Minuman Berisi Bensin untuk Bakar Santri

Jarmaji - detikJateng
Rabu, 18 Des 2024 19:04 WIB
Tersangka menundukkan kepala saat hendak dimintai keterangan penyidik di Sat Reskrim Polres Boyolali, Selasa (17/12/2024) malam.
Tersangka menundukkan kepala saat hendak dimintai keterangan penyidik di Sat Reskrim Polres Boyolali, Selasa (17/12/2024) malam. Foto: dok. detikJateng
Boyolali -

Aksi pembakaran yang dilakukan Muhammad Galang Setyadarma (21) terhadap seorang santri Pondok Pesantren Darusy Syahadah, Simo, Boyolali, SS (16), diduga sudah direncanakan. Tersangka sudah menyiapkan bensin yang dimasukkan dalam botol bekas minuman dalam kemasan itu saat masuk ke Ponpes.

Kejadian itu pun mengejutkan pihak Pondok Pesantren yang ada di Kedunglengkong, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali ini. Para pengurus tak menyangka akan terjadi peristiwa tersebut. Pasalnya, tersangka adalah kakak dari seorang santri setempat dan korban adalah teman dekat santri itu.

"Nggak menyangka," kata Pimpinan Pondok Pesantren Darusy Syahadah, Qosdi Ridwanulloh, ditemui di Ponpes tersebut Rabu (18/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Qosdi mengaku pihaknya juga tidak curiga dengan kedatangan pelaku itu. Mengingat pelaku adalah keluarga dari seorang santri. Juga tidak mengira, botol minuman dalam kemasan yang dibawanya ternyata berisi bensin.

"Pelaku bawa botol minuman, tapi diisi bensin. Kami juga nggak menyangka itu adalah bensin," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Qosdi, sesuai prosedur setiap tamu yang datang ke Ponpes pasti selalu dicek. Namun, pelaku ini merupakan kakak santri. Secara prosedur, kakak maupun bapak santri memang boleh menginap di Ponpes.

"Sebenarnya prosedur kita terjadi, setiap tamu itu pasti kita cek. Cuma ini kan sudah tahu, ini kakaknya santri. Sehingga itu semacam error yang tidak terduga. Secara prosedur memang boleh kakak santri, bapak santri itu nginap, boleh. Tapi selama ini belum pernah terjadi kejadian seperti ini," imbuh dia,

Dalam perkara ini, menurut dia, masalah awalnya yakni permasalahan yang disembunyikan oleh santri kepada ustaz. Yaitu terkait pelanggaran membawa handphone (HP) dan kemudian hilang. Dan itu tak dilaporkan kepada ustaz.

"Maka antisipasi ke depan mungkin lebih kita waspadai terutama kalau malam hari. Kalau tidak merasa penting, kita tunda sampai besok pagi atau harus kita temani sampai selesai," tegas dia.

Setelah kejadian itu, Qosdi mengemukakan, pihak Ponpes kemudian menghubungi orang tua korban di Sumbawa. Disampaikan tentang peristiwa yang terjadi, kondisi korban, dan penanganan yang telah dilakukan.

"Ibu korban sangat syok, karena ini anak tunggal yang selama ini sangat disayang, di hati-hati dan jauh, tentunya beliau marah besar dan minta hukum ditegakkan. Ya kita sampaikan ini sudah ditangani polisi, akhirnya ini bisa tenang. Bapaknya juga tenang," tambahnya.

Orang tua korban, katanya, juga akan datang ke Boyolali untuk menjenguk anaknya tersebut.

Pihaknya juga menghubungi orang tua pelaku. Dijelaskan, orang tua pelaku juga sangat syok, karena tidak menyangka putranya akan berbuat seperti itu.

"Orang tua pelaku juga sangat syok, karena tidak menyangka putranya akan berbuat seperti itu. Karena juga seorang guru, mestinya juga biasa kasih sayang dengan orang lain. Bapaknya juga ke sini. Adiknya juga syok, kaget. Mungkin juga tidak menyangka kakaknya berbuat seperti itu. Akhirnya adiknya ini saat ini pulang untuk menenangkan diri bersama bapaknya," sambung dia.

Diberitakan sebelumnya, pembakaran berawal saat pelaku menginterogasi korban. Pelaku menuding korban sudah mencuri HP adiknya.

Saat proses interogasi, pelaku mengancam korban dan menyiramkan bensin ke bagian tubuh korban sambil memaksa pengakuan.

Karena korban tetap menolak tuduhan tersebut. Pelaku menyalakan korek gas dan menyulutnya, sehingga korban terbakar.




(apu/apu)


Hide Ads