Misteri Kasus Gamma Ditembak Polisi yang Kian Janggal di Mata Keluarga

Terpopuler Sepekan

Misteri Kasus Gamma Ditembak Polisi yang Kian Janggal di Mata Keluarga

Tim detikJateng - detikJateng
Minggu, 08 Des 2024 16:45 WIB
Paman Gamma, Agung (49) saat ditemui awak media di Kota Semarang, Selasa (3/12/2024).
Paman Gamma, Agung (49) saat ditemui awak media di Kota Semarang, Selasa (3/12/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Solo -

Kematian Gamma (17), siswa SMKN 4 Semarang yang ditembak Aipda Robig Zaenuddin, masih menyisakan duka bagi keluarga. Kejanggalan dalam pengungkapan kasus ini pun dirasakan keluarga mulai dari tak kunjung mendapat kabar hingga misteri motor merah.

Gamma tewas usai ditembak anggota Satresnarkoba Aipda Robig di dekat wilayah Paramount, Semarang Barat, pada Minggu (24/11/2024) dini hari. Pada momen Rapat Dengar Pendapat (RPD) dengan Komisi III, Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar menyebut Gamma sempat terekam kamera menaiki motor Vario merah. Pihak keluarga menyebut motor korban berwarna hitam.

"Yang dibawa (Gamma) itu kan Vario hitam, bukan seperti yang ditampilkan dalam video, bukan," kata juru bicara keluarga, Subambang kepada awak media di Kota Semarang, Selasa (3/12).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Subambang pun memerinci beda pernyataan polisi dengan keyakinan keluarga Gamma. Selain soal motor Vario mnerah, kejanggalan lainnya soal penyerangan.

"Jadi memang pertama itu bilangnya diserang. Tapi faktanya kami melihat video yang kami dapat tidak ada penyerangan, tidak ada ancaman jiwa terhadap polisi dan masyarakat lainnya," ujar Subambang.

ADVERTISEMENT

Sumbambang menyebut dalam video CCTV di lokasi penembakan, Gamma dan teman lainnya tak ada yang mengacungkan senjata tajam (sajam). Sementara itu, sampai saat ini, motor maupun tas Gamma yang berisi identitas serta ponsel masih ditahan polisi sebagai barang bukti.

"Ada kejanggalan, antara perkelahian dengan penembakan, tempatnya beda. Tabes juga memojokkan korban, seolah-olah divonis pelakunya," kata Subambang.

"Siapa yang ajak? (jawabannya) Gamma. Siapa yang beli senjata? Gamma. Kayak disetel lah. Ini yang perlu kami perjelas dengan harapan bisa meluruskan berita itu," tuturnya.

Subambang, juru bicara keluarga Gamma siswa SMKN 4 Semarang yang tewas ditembak polisi, saat ditemui awak media di Kota Semarang, Selasa (3/12/2024).Subambang, juru bicara keluarga Gamma siswa SMKN 4 Semarang yang tewas ditembak polisi, bersama Andi dan Agus saat ditemui awak media di Kota Semarang, Selasa (3/12/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Di sisi lain, ayah kandung Gamma, Andi juga mempertanyakan soal alasan kabar meninggalnya Gamma baru diterima pada Minggu (2/12) siang. Padahal identitas Gamma dibawa di dalam tas.

"Setelah jadinya KTP, saya minta anak saya memasukkan KTP itu ke dompet dan memasukkan ke tas. Setahu saya KTP anak saya di dalam tas. Di rumah KTP-nya tidak ada. Tidak ada fotokopi juga, kan baru jadi beberapa hari," ujar Andi.

Andi memastikan Gamma adalah anak yang baik. Dia sakit hati buah hatinya yang giat latihan Paskibra dan silat itu dituding anggota gangster.

"Saya pribadi tidak percaya (Gamma termasuk gangster). Saya tahu kepribadian anak saya. Saya sangat sakit, sangat terpukul. Sakit hati banget, sudah meninggal dunia malah difitnah," ujar dia.

Sementara itu, paman Gamma, Agung (49), mengungkap usai peristiwa itu Kapolrestabes Semarang datang ke rumah duka pada Senin (25/11). Kala itu, Kombes Irwan Anwar datang bersama jajarang anggota Polrestabes Semarang dan seorang wartawan berinisial D.

Pada malam itu, ada beberapa keluarga yang berkumpul dan menerima kedatangan polisi dan wartawan. Mulai dari ayah, nenek, kakek, dan paman Gamma, mereka menolak saat diminta membuat video pernyataan ikhlas.

"Saya nggak mau saya, terus Pak Kapolres juga bilang 'nggak apa-apa Pak, nanti Bapak memberi pernyataan seperti ini aja'," ujar Agung.

"Terus Pak Kapolres dia mengulangi itu, (video berisi) bahwa ini keluarga Gamma mengikhlaskan kejadian ini, dan tidak akan memperbesar masalah ini dan untuk masalah hukumnya nanti diserahkan ke Polrestabes," sambungnya.

Kala itu, keluarga Gamma kukuh emoh membuat video yang menyatakan mengikhlaskan kematian Gamma yang ditembak polisi. Setelahnya, keluarga tidak dibujuk lagi. Pertemuan itu hanya berlangsung sekitar setengah jam.

"(Ada surat pernyataan atau disuruh tanda tangan?) Nggak, cuma (sempat diminta membuat) video pernyataan dari keluarga Gamma kalau keluarga nggak akan memperbesar, ikhlas, atas kejadian ini (tapi akhirnya ditolak)," ujar Agung.

Keluarga pun kini menunggu hasil sidang etik terhadap AipdaRobig. Mereka berharap keadilan untuk Gamma ditegakkan.

Saat dimintai konfirmasi, Kombes Irwan tak memerinci maksud dan tujuannya mendatangi rumah Gamma. Dia meminta agar fokus pada penanganan perkara.

"Fokus penanganan perkaranya aja ya," kata Irwan saat dihubungi detikJateng, Selasa (3/12).

Di sisi lain, prarekonstruksi penembakan yang dilakukan Aipda Robig terhadap Gamma digelar Rabu (4/12) sekitar pukul 23.00 WIB dan Kamis (5/12) pukul 23.38 WIB. Kombes Artanto menyebut prarekonstruksi ini dilakukan Ditreskrimum Polda Jateng atas laporan orang tua Gamma.

"Nggak (Aipda Robig tidak hadir), itu seluruhnya para penyidik dan anggota reserse. Tidak dengan anak-anak, tidak dengan pelaku. Hadir para penyidik dan reserse, karena ingin menggali pemahaman tentang kronologis, itu dulu," jelas Artanto saat dihubungi via telepon, Kamis (5/12).

Lokasi prarekonstruksi pun digelar di empat titik mulai dari Jalan Simongan tempat korban dan Aipda Robig bertemu hingga Jalan Candi Penataran tempat terjadinya penembakan. Polisi beralasan prarekonstruksi digelar malam hari karena jalur tersebut padat saat siang.

"Yang pertama sesuaikan waktu kejadian, kemudian itu kan jalurnya padat, malam (saat pra rekonstruksi) aja macet. Butuh konsentrasi dan gambar yang bagus juga jadi pertimbangan," tegasnya.

Artanto pun memastikan jika nantinya rekonstruksi lengkap, awak media akan dikabari. Dia menegaskan kegiatan itu untuk kepentingan penyidikan.

"Saat bersangkutan (Robig) jadi tersangka, langsung dalam waktu dekat akan rekonstruksi lengkap bersama stakeholder lain," tegas Artanto.

Di sisi lain, jadwal sidang etik Aipda Robig hingga kini masih belum klir. Beberapa kali agenda sidang etik itu ditunda dengan alasan melengkapi berkas penyidikan atau alat bukti.

"Yang pasti (sidang kode etik) akan secepatnya karena penyidik yang menilai kapan berkas siap dan kapan sidangnya. Dan ini sudah jadi atensi pimpinan," jelas Artanto.

"Berkas masih penyidikan. Yang bersangkutan sesegera mungkin akan dinaikkan tersangka setelah gelar perkara. Bukti bukti masih dikumpulkan maksimal dulu," pungkas Artanto.

Halaman 2 dari 2
(ams/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads