Kasus tewasnya Gamma, siswa SMKN 4 Semarang yang ditembak anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang Aipda Robiq, terus bergulir. Berikut sederet kejanggalan kasus tersebut menurut versi keluarga korban.
Motif Aipda Robig Tembak Gamma
Kabid Propam Polda Jateng Kombes Aris Supriyono mengatakan motif Aipda Robig Zaenudin menembak siswa SMKN 4 Semarang itu bukan karena tawuran, tapi karena motornya dipepet. Hal itu disampaikan dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi III DPR RI, Jakarta, kemarin.
"Penembakan yang dilakukan terduga pelanggar tidak terkait dengan pembubaran tawuran yang sebelumnya terjadi," kata Aris dalam RDP melalui YouTube DPR RI, Selasa (3/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebut penembakan itu terjadi karena Aipda Robig dipepet oleh salah satu kendaraan yang hendak tawuran. Setelah dipepet, dia kemudian berhenti dan menunggu tiga motor yang sebelumnya menyalip motornya.
"Memang anggota ini benar-benar pulang dari kantor dia bertemu dengan satu kendaraan yang dikejar 3 kendaraan yang tadi dijelaskan Pak Kapolrestabes," ujar Aris.
"Kemudian motif penembakan yang dilakukan terduga pelanggar dikarenakan pada saat perjalanan pulang ini mendapati satu kendaraan yang dikejar kemudian memakan satu jalannya terduga pelanggar, jadi kena pepet, hingga terduga pelanggar menunggu 3 orang ini putar balik sehingga dilakukanlah penembakan," sambungnya.
Dari RDP itu juga diketahui Aipda Robig mengeluarkan 4 tembakan. Satu disebut tembakan peringatan, 1 dikeluarkan tanpa ada korban, 1 mengenai dua korban luka, dan 1 mengenai G (17) yang akhirnya meninggal.
Diberitakan sebelumnya, G meninggal usai ditembak Aipda Robig pada Minggu (24/11) dini hari. Kepolisian menyebut Aipda Robig hendak melerai tawuran antargeng.
Dua tembakan yang dilepas mengenai tiga siswa SMKN 4 Semarang yaitu G, A, dan S. G meninggal dunia setelah tertembak di pinggang. Sedangkan A terserempet peluru di dada yang kemudian mengenai tangan kiri S yang saat itu berada di pundak A.
Kemudian, Aipda Robig dinilai melakukan tindakan berlebihan (excessive action). Kini dia ditangani secara internal dan diawasi. Dia juga ditahan dengan status terperiksa dalam kasus kode etik Bid Propam Polda Jateng. Pihak keluarga G sudah melapor secara resmi terkait kematian remaja anggota Paskibra itu.
Kecewa Keluarga Gamma Batal Dilibatkan di RDP
Keluarga Gamma (G, 17) siswa SMKN 4 Semarang yang tewas usai ditembak anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang merasa kecewa batal dilibatkan di Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPR RI dengan Kapolrestabes Semarang hingga Kadiv Propam Polda Jawa Tengah (Jateng).
Juru bicara keluarga Gamma, Subambang, mengatakan awalnya pihak keluarga sempat diajak mengikuti RDP tersebut.
![]() |
"Sebetulnya kemarin sudah ada ajakan RDP. Tapi, melalui Zoom. Jam 9.15. Tapi linknya ketika dibuka tidak terbuka. Lalu dikatakan dari pihak sekretariat untuk keluarga tidak ikut Zoom," kata Subambang kepada wartawan di Kota Semarang, Selasa (3/12/2024).
"Berarti DPR itu bohong, kami kecewa terus terang. Semua apa yang sudah kami siapkan ternyata tidak jadi. Apa pun semuanya sudah disiapkan, Zoom dan lain-lain tapi ternyata dibatalkan. Alasan pembatalan kami tidak dikasih tahu," sambungnya.
Subambang selaku kakek Gamma itu mengatakan, pihak keluarga telah membuat surat permohonan untuk mengikuti RDP Komisi III DPR RI.
"Mudah-mudahan dengan surat kami, di kesempatan berikutnya bisa RDP, biar seimbang," tuturnya.
Subambang menilai, RDP Komisi III DPR RI itu masih belum seimbang sebab keluarga belum berkesempatan memberikan pandangan. Maka itu pihak keluarga meminta agar RDP selanjutnya bisa melibatkan pihak keluarga.
"Yang ingin disampaikan kejanggalan, antara perkelahian dengan penembakan tempatnya beda. Tabes juga memojokkan korban. Seolah-olah divonis pelakunya," bebernya.
"Siapa yang ajak? (Jawabannya) Gamma. Siapa yang beli senjata? Gamma. Kayak disetel lah. Ini yang perlu kami perjelas dengan harapan bisa meluruskan berita itu," sambungnya.
Subambang mengatakan, surat permohonan RDP telah dikirimkan pada Senin (2/12). Pelaporan ke Polda Jateng juga telah disampaikan pada Selasa (26/11).
"Kompolnas dan Komnas HAM juga sudah turun. Kami minta keadilan saja, kebenaran itu diungkap, bukan direkayasa. Kami tidak menyerang polisi hanya meminta kasus dibuka secara terang dengan fakta yang ada dan tidak direkayasa," terang Subambang.
Sempat Diminta Polisi Bikin Video Pernyataan
Paman Gamma, Agung (49) mengungkap ada permintaan dari Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar saat mendatangi rumah korban. Agung menyebut, Kapolrestabes meminta keluarga mengikhlaskan korban dan pernyataan itu disampaikan melalui sebuah video.
Agung mengungkapkan, Kapolrestabes Semarang mendatangi rumah Gamma bersama jajaran anggota Polrestabes Semarang dan seorang wartawan, Senin (25/11).
Ada empat orang yang hadir malam itu. Irwan hanya memperkenalkan Kasat Narkoba, Kasat Reskrim, dan dirinya. Ia tak memperkenalkan seorang wartawan yang ikut hadir, sehingga keluarga hanya mengira ia merupakan humas Polrestabes Semarang.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Di hadapan pihak keluarga, wartawan dan Irwan memintanya untuk membuat pernyataan bahwa keluarga Gamma tak akan memperbesar kasus penembakan Gamma.
"Orang itu bilang ke saya 'Pak biar beritanya tidak menyebar ke mana-mana sebaiknya dari keluarga korban, membuat video pernyataan bahwa keluarga Gamma sudah mengikhlaskan kejadian ini dan tidak akan membesar-besarkan masalah ini'," kata Agung saat jumpa pers di salah satu rumah tetangga Gamma di Kota Semarang, Selasa (3/12/2024).
Agung menyampaikan, pihak keluarga juga diminta untuk menyerahkan masalah hukum kasus tersebut kepada pihak Polrestabes Semarang. Agung mengatakan, Irwan juga mengulangi permintaan salah satu wartawan tersebut.
Namun, keluarga menolak permintaan tersebut. Mereka tak terima Gamma disebut gangster dan harus menutup kasus itu dengan ikhlas.
"Tetap saya (bilang) 'saya tidak mau Pak karena saya harus rembukan dengan keluarga besar kami, saya nggak berani untuk memutuskan atau memberi pernyataan sendiri' gitu," bebernya.
Ia pun sempat melayangkan protes kepada seorang anggota Polrestabes Semarang yang kenal dekat dengan pihak keluarga. Pasalnya, keluarga sempat meminta agar pertemuan malam itu tak dibuat menjadi berita.
"Karena saat Pak Kapolres datang, berbincang, ada wartawan datang, tapi terus diusir nggak boleh meliput. Tapi ternyata begitu ada wartawan, memang pada saat kita berbincang ini dia moto-moto," ungkapnya.
Saat dikonfirmasi, Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar meminta agar fokus kepada penanganan kasus penembakan Gamma tersebut.
"Fokus penanganan perkaranya aja ya," kata Irwan saat dihubungi detikJateng, Selasa (3/12).
Sementara Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto, mengatakan soal intervensi itu telah dijawab Irwan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPR RI.
"Konfirmasi sudah dijawab Kapolrestabes di acara sidang RDP RI," kata Artanto saat dihubungi detikJateng.
Diketahui, dalam RDP Komisi III DPR RI pagi tadi, Irwan membenarkan pihaknya sempat mendatangi rumah korban pada Senin (25/11).
"Bahkan Senin malam saya juga hadir ke rumah duka, walaupun ada pihak yang menyebutkan bahwa ini adalah bagian dari intervensi kepolisian terhadap keluarga korban," jelasnya dalam RDP Komisi III DPR RI, kemarin.
Keluarga Gamma Minta Keadilan
Keluarga Gamma (17) melaporkan kasus tersebut ke Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Keluarga minta kasus diusut tuntas tanpa ada rekayasa.
Keluarga korban tak terima Gamma disebut gangster dan menuntut agar bukti yang menunjukkan Gamma mengikuti tawuran bisa diperlihatkan secara terbuka.
"Kompolnas dan Komnas HAM juga sudah turun. (Kenapa lapor ke Kompolnas dan Komnas HAM?) Kami minta keadilan saja, kebenaran itu diungkap, bukan direkayasa," kata juru bicara keluarga Gamma, Subambang, di Kota Semarang, Selasa (3/12/204).
"Kami tidak menyerang polisi hanya meminta kasus dibuka secara terang, dengan fakta yang ada dan tidak direkayasa," sambungnya.
Ia mengatakan pihak keluarga Gamma juga telah melaporkan kasus penembakan oleh Aipda Robig Zaenudin ke Polda Jateng pada Selasa (26/11). Kemudian pada Kamis (29/11), pihak keluarga telah dipanggil untuk memberikan keterangan sebagai saksi.
"Kemudian Senin (2/12) pro justitia, dinyatakan seperti itu. (Aipda Robig) Diperiksa di Propam, kalau sidangnya nanti terbuka, kami akan ikuti. Sidang etik tuntutan keluarga maksimal, harus bisa di-PTDH (Pemberhentian Tidak Dengan Hormat)," tegasnya.
Ia menegaskan pihak keluarga menuntut agar kasus tak direkayasa. Sebab, ada beberapa kejanggalan yang ditemukan pihak keluarga, salah satunya soal Gamma yang sejak awal dituding sebagai anggota gangster. Pihak keluarga meyakini korban adalah anak baik yang tak pernah ikut gangster.
Begitu pula dari CCTV minimarket yang memperlihatkan kejadian penembakan. Keluarga meyakini tak ada senjata tajam (sajam) yang dibawa Gamma dan kedua temannya yang juga terkena tembak, S dan A.
"Pada waktu naik motor itu kan naik motor cepat, tidak ketakutan, cepat-cepat semua, kami juga ada videonya. Tidak ada yang bawa sajam, atau mungkin karena cepat nggak kelihatan," jelasnya.
Terpisah, Kabid Humas Polda Jawa Tengah (Jateng), Kombes Artanto mengatakan pihak kepolisian memiliki CCTV yang juga telah ditampilkan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPR RI.
"Pihak kepolisian memiliki barang bukti CCTV tersebut yang akan digunakan sebagai bukti saat proses peradilan dan akan diuji di labfor (laboratorium forensik) kepolisian," kata Artanto saat dihubungi detikJateng, kemarin.
Cerita Ayah Cari Gamma yang Pamit Silat
Ayah kandung Gamma, Andi Prabowo (44), mengungkap cerita mencari anaknya yang tewas usai ditembak polisi. Ia sempat berkeliling tengah malam saat mendengar anaknya tak kunjung pulang. Andi gelisah saat anaknya yang pamit latihan silat tak kunjung pulang.
"Sabtu (23/11) itu izin latihan silat. Latihannya rutin Selasa, Kamis, dan Sabtu di Kampus Widya Usada Krapyak. Baru ikut silat Agustus, pulangnya biasanya jam 22.30-23.00 WIB," kata Andi kepada awak media di Kota Semarang, Selasa (3/12).
Tak mendengar kabar dari Gamma hingga tengah malam, ia langsung berkeliling mencari buah hatinya itu. Andi berupaya menelepon Gamma hingga puluhan kali, bahkan mendatangi lokasi tempat anaknya latihan silat.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Syok berat. Semalaman dari jam 00.00 WIB sampai pagi, tahunya main di rumah S, Jrakah, muter ke tempat latihan. Telepon puluhan kali, ke Jalan Hanoman, Jalan Raya Jrakah, rumah S, dan (sepanjang) alur jalan itu. Cari sendirian dengan rasa waswas," sambungnya.
Dia mengaku baru mendapat kabar anaknya meninggal pada Minggu (2/12) siang. Dia pun mempertanyakan alasan pihak kepolisian tak langsung mengabari keluarga soal tewasnya Gamma.
"Setelah jadinya KTP, saya minta anak saya memasukkan KTP itu ke dompet dan memasukkan ke tas. Setahu saya KTP anak saya di dalam tas. Di rumah KTP-nya tidak ada. Tidak ada fotokopi juga, kan baru jadi beberapa hari," jelasnya.
Tas Gamma itu juga kini masih ditahan sebagai barang bukti, bersama dompet, handphone, dan motor. Dia pun tak percaya jika anaknya disebut hendak tawuran.
Andi pun terpukul saat anaknya yang selama ini giat mengikuti latihan Paskibra dan silat itu tiba-tiba dituding hendak tawuran. Apalagi, kata Andi, Gamma memiliki cita-cita ingin menjadi tentara.
"Cita-citanya jadi tentara, jadi latihan Paskibra. Orangnya baik-baik. Harapannya ya minta keadilan seadil-adilnya. Kasus ini jangan ditutup-tutupi, jangan direkayasa," harapnya.
"Saya pribadi tidak percaya (Gamma termasuk gangster). Saya tahu kepribadian anak saya. Saya sangat sakit, sangat terpukul. Sakit hati banget, sudah meninggal dunia malah difitnah," sambungnya.
Sambil menyeka air matanya, Andi menyebut istrinya baru meninggal dua tahun lalu. Belum bisa hilang dari bayang-bayang kesedihan itu, Andi masih dipaksa menerima kenyataan jika anaknya itu telah tiada.
"Ibunya meninggal dunia dua tahun lalu. Gamma SMP kelas 3, sakit ditinggal ibunya. Dalam 3 tahun ini kehilangan ibu dan Gamma," tutur Andi.
Misteri Motor Merah di Kasus Tewasnya Gamma
Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar mengatakan Gamma sempat terekam kamera menaiki motor Vario merah. Sedangkan keluarga Gamma menyebut motor korban berwarna hitam.
Dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi III DPR RI di Jakarta, Irwan sempat memutar video yang disebut sebagai detik-detik sebelum Gamma ditembak. Video itu dari handphone (HP) dan kamera CCTV di sekitar lokasi penembakan di Semarang Barat, dekat Paramount, pada Minggu (24/11/2024).
"Kesempatan ini kami juga hendak menunjukkan beberapa file sebelum penembakan. Di slide berikutnya, berikutnya, iya ini sketsa kira-kira kronologis dalam bentuk video peristiwa sebelum penembakan," kata Irwan saat menjelaskan video yang diputar di rapat DPR, dilansir detikNews, Selasa (3/12/2024).
Dari beberapa video yang diputar, Irwan menyebut Gamma sempat menaiki motor Vario merah sebelum akhirnya ditembak oleh terduga pelaku yaitu Aipda Robig Zaenudin, anggota Satres Narkoba Polrestabes Semarang.
"Posisi almarhum dia berada di motor merah, kelihatan motor merah di sini, almarhum itu ketika di... Ini pak posisi almarhum, pada saat mengejar, menyalip orang yang dikejar itu, nah nanti orang yang dikejar itu penumpang kena, tersabet," ujar Irwan.
Menanggapi hal tersebut, pihak keluarga Gamma menyangkal Gamma menaiki Vario merah saat hendak tawuran. Juru bicara keluarga, Subambang mengatakan saat pamit hendak silat, Sabtu (23/11), Gamma membawa motor Vario hitam.
"Yang dibawa (Gamma) itu kan Vario merah, bukan seperti yang ditampilkan dalam video, bukan," kata Subambang kepada awak media di Kota Semarang, Selasa (3/12/2024).
Menurut Subambang, ada beberapa perbedaan pernyataan antara Polrestabes Semarang dengan apa yang diyakini pihak keluarga Gamma. Selain soal motor Vario merah, pihak keluarga juga mengatakan ada beberapa kejanggalan lain.
"Jadi memang pertama itu bilangnya diserang. Tapi faktanya kami melihat video yang kami dapat tidak ada penyerangan, tidak ada ancaman jiwa terhadap polisi dan masyarakat lainnya," ujar Subambang.
Dia menegaskan, dalam video CCTV di lokasi penembakan, tampak Gamma dan teman lainnya tak ada yang mengacungkan senjata tajam (sajam) atau mengancam nyawa polisi dan masyarakat sekitar.
"Konpers (konferensi pers) pertama itu kan diserang, setelah lihat video faktanya ini bolak-balik, jadi ini yang kami sayangkan. Dari awal harus tahu pasti dulu," tegas Subambang.
Hingga kemarin motor hitam yang dibawa Gamma saat pamit hendak latihan silat itu masih ditahan polisi beserta barang bukti lainnya seperti tas, dompet, dan handphone. Subambang meminta polisi untuk membuka semua bukti.