Penggerebekan pabrik obat terlarang di Kota Semarang akan dijadikan evaluasi oleh Pemkot terkait perizinan di kawasan industri. Pengawasan juga akan dilakukan oleh pemangku wilayah setempat.
"Ini menjadi evaluasi semua. Menjadi fokus perhatian, dan kami akan melakukan pembinaan," kata Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (Ita) di Balai Kota Semarang, Kamis (28/3/2024).
Diketahui, penggerebekan itu dilakukan di tiga gudang Kawasan Industri Candi Gatot Soebroto Ngaliyan, Kota Semarang, Senin (25/3) lalu. Ita mengatakan akan menindaklanjuti dengan meningkatkan koordinasi bersama pengelola Kawasan Industri Candi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetapi apa pun itu karena di wilayah Kota Semarang dan jumlahnya (obat terlarang) banyak sekali, nantinya akan secara periodik kami lakukan pertemuan dengan pengelola kawasan," ujar Ita.
Pengawasan secara detail di lingkungan industri menurut Ita masih ada keterbatasan. Pengawasan tersebut berada di bawah tanggung jawab pengelola kawasan.
"Misalnya di luar kawasan jika kami curiga, lurah dan camat bisa datangi langsung masuk. Kalau di dalam kawasan itu bukan kewenangan kami," ujar Ita.
Diberitakan sebelumnya, pabrik obat-obatan terlarang di Kota Semarang digerebek tim Deputi 4 Badan Intelijen Negara (BIN) bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Badan Intelijen Strategis (BAIS).
Kepala Balai POM Semarang, Lintang Purba Jaya lewat video yang diterima detikJateng menjelaskan operasi penggerebekan ini merupakan produksi obat yang sering disalahgunakan. Obat tersebut tidak memenuhi standar keamanan.
"Jadi industri ilegal produksi obat di wilayah Semarang ini ada 3 gudang produksi yang di mana merupakan obat yang tidak memenuhi standar keamanan mutu dan produk," ujar Lintang.
Obat yang diproduksi yaitu obat putih dengan logo 'Y' dan ada obat tablet kuning dengan logo 'DMP'. Ia memprakirakan ada 500 juta tablet obat yang diamankan.
"Untuk jumlah produk yang kita amankan untuk 1 gudang aja sekitar 110 juta tablet. Ini baru di satu gudang pertama, belum di gudang lain, sedang kita lakukan penghitungan, saya kira hampir 500 juta tablet ya, ini sedang kita hitung, kalau dari harganya memang kalau dari produknya saja bisa sampai Rp 100-Rp 200 miliar," ujarnya.
(rih/ahr)