Polisi mengungkap korban pembunuhan Sarmo (35) di Kecamatan Girimarto, Wonogiri, bertambah dua orang. Total ada empat korban dari aksi sadis Sarmo.
"Dari jajaran reserse mengungkap. Terungkap empat korban (yang dibunuh Sarmo) yang meninggal dunia dengan cara dibunuh," kata Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi saat konferensi pers di Mapolres Wonogiri, Sabtu (30/12/2023).
Diketahui, dua korban pembunuhan Sarmo yang baru terungkap adalah Katiyani (26) warga Desa Sanan, Kecamatan Girimarto. Kemudian Sudimo (58), warga Kecamatan Girimarto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, korban Sarmo yang sudah terungkap adalah Sunaryo (46) warga Dusun Panggih, Desa Jatipurno, Kecamatan Jatipurno, Wonogiri. Kemudian, Agung Santosa (47) warga Dusun Gombang, Desa Sajen, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.
Kasat Reskrim Polres Wonogiri Yahya Dhadiri mengatakan hubungan antara Katiyani dengan Sarmo adalah teman yang baru saling kenal. Ia menjelaskan, awalnya Sarmo mengetahui jika Katiyani menjual sepeda motor. Kemudian Sarmo berniat meminjam uang Katiyani sebesar Rp 11.500.000.
"'Uangmu tak pakai buat bayar utang ya' (kata Sarmo). Memang punya utang. Karena Katyani tidak mau mengasih kemudian dibunuh," kata Yahya.
Sementara itu, kata dia, korban Sudimo merupakan pemilik lahan yang disewa oleh Sarmo untuk penggergajian kayu di Dusun Ciman, Desa Semagar, Kecamatan Girimarto.
"Sadimo dijanjikan jual beli tanah. Setelah korban meninggal (dibunuh Sarmo) muncul surat pernyataan yang menunjukkan tanah itu sudah menjadi milik Sarmo. Itu dibuat palsu, termasuk memalsu tanda tangan kepala desa," ungkap Yahya.
Ia mengatakan, hampir semua permasalahan Sarmo dengan para korban berkaitan dengan utang. Namun antara korban tidak saling kenal. Antarkorban hanya kenal dengan Sarmo.
"Pelaku selalu emosi saat ditagih utang. Penemuan ini (tiga korban) muncul dari laporan kehilangan orang," kata Yahya.
Pembunuhan Terhadap Katiyani dan Sudimo
Kasat Reskrim Polres Wonogiri Iptu Yahya Dhadiri menjelaskan awal mula pembunuhan Katiyani. Ia mengatakan awalnya Sarmo mengetahui jika Katiyani menjual motor. Kemudian Katiyani diajak jalan-jalan menggunakan sepeda motor ke Tawangmangu, Karanganyar.
Saat pulang ke Wonogiri, kata dia, keduanya melewati Geni Langit Magetan yang bisa tembus Kecamatan Puhpelem, Wonogiri. Karena hujan, akhirnya keduanya istirahat.
"'Uangmu tak pakai buat bayar utang ya' (kata Sarmo). Memang punya utang Rp 11.500.000. Karena Katyani tidak mau mengasih kemudian saling berhadapan dicekik, didorong belakang dan dibenturkan," kata Yahya.
Berdasarkan pengakuan Sarmo, setelah Katiyani meninggal, korban dibopong sendiri. Korban dibuang ke semak atau tanah kosong. Kemudian ditinggal.
Sementara pembunuhan terhadap Sudimo, Yahya mengatakan, pada 27 Februari 2022 Sudimo diminta Sarmo mengirim kayu ke Desa Segae, Kecamatam Girimarto. Saat di tempat penggergajian, Sudimo dibunuh dengan cara diberikan air mineral yang diberi apotas terlebih dahulu.
"Setelah di pastikan meninggal. Korban diletakkan di bawah lokasi tegalan dengan dibuat alibi di samping korban ditaruh tangki semprot serangga. Dan tangan kanan Sudimo diberikan botol kosong obat serangga," kata Yahya.
Pengakuan Sarmo
Pembunuhan berantai yang dilakukan Sarmo (35) di Kecamatan Girimarto, Wonogiri, berkaitan dengan utang atau uang. Pelaku mengaku uang itu digunakan untuk kebutuhan pribadi dan mengembangkan usaha.
"Takut karena membunuh orang. Memang niat membunuh. Ada penyesalan, kapok sakestu (benar-benar kapok)," kata Sarmo saat dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolres Wonogiri, Sabtu (30/12).
Pada kesempatan itu, Sarmo berjanji tidak akan mengulangi perbuatan lagi. Ia sudah tidak berkeinginan membunuh orang.
"(Uang rampasan dan utang) Gunakan kebutuhan sehari-hari dan mengembangkan usaha. Saya punya usaha gergaji kayu," ungkap dia.
Sarmo menuturkan, keluarganya tidak mengetahui jika dirinya membunuh orang. Keluarga hanya tahu jika dirinya hanya bekerja di bidang penggergajian kayu.
"Tidak ada yang bantu bunuh, sendiri. Karena terpaksa dan tekanan makian korban," ujar Sarmo.
Sebelum membunuh para korban, Sarmo mengaku sudah mempersiapkannya. Terutama apotas yang dibeli secara online.
"Tidak (tidak ada yang mengajari cara membunuh)," kata Sarmo.
Atas kejadian itu, Sarmo meminta maaf kepada para keluarga korban.
"Saya meminta maaf sebesar-besarnya dari hati saya kepada keluarga korban. Karena sudah membunuh para korban. Minta maaf dari lubuk hati paling dalam," kata Sarmo.
(rih/rih)