Sarmo, warga Desa Semagar, Kecamatan Girimarto, Wonogiri, tidak pernah menyangka jika pencurian handphone (HP) yang dilakukannya akan menuntun polisi kepada dua pembunuhan keji yang sudah dia lakukan. Kedua korban itu sudah menjadi kerangka saat aparat menemukannya.
Dua korban Sarmo masing-masing bernama Sunaryo (46) warga Dusun Panggih, Desa Jatipurno, Kecamatan Jatipurno, Wonogiri. Kemudian, Agung Santosa (47) warga Dusun Gombang, Desa Sajen, Kecamatan Trucuk, Kebupaten Klaten.
Kapolres Wonogiri, AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah dalam jumpa pers Sabtu (9/12/2023) pekan lalu menuturkan awal mula penangkapan Sarmo berujung kepada penemuan kerangka korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabar penangkapan Sarmo pun menjadi salah satu berita terpopuler di detikJateng pekan ini. Berikut ini rangkumannya.
Awal Mula Terungkapnya Kasus
Dalam konferensi pers di Mapolres Wonogiri, AKBP Indra mengungkapkan, pada 13 November 2023 Sarmo beraksi di Dusun Tukluk, Desa Kerjo Lor, Kecamatan Ngadirojo. Saat itu, Sarmo menyasar tempat penggergajian warga.
Pelaku ketika itu sempat menggasak dua buah handphone dan satu gergaji mesin. Polisi kemudian meringkusnya pada 4 Desember 2023.
Indra menjelaskan, ketika kepolisian mengembangkan kasusnya, terungkap Sarmo mempunyai permasalahan dengan Sunaryo maupun Agung Santosa. Karena itulah, dia dicurigai sebagai penyebab hilangnya dua korban.
"Selanjutnya dilakukan pendalaman dan pemeriksaan. Pelaku mengakui perbuatannya dan menunjukkan lokasi pelaksanaan eksekusi dan pembuangan jenazah korban," kata dia.
Motifnya Bisnis dan Uang
Saat dihadirkan di jumpa pers, pria berusia 35 tahun tersebut mengakui membunuh Sunaryo dan Agung secara sadar. "Tapi menyesal sekali," kata dia.
Sarmo mengatakan pembunuhan itu berawal dari masalah bisnis kerja dan utang. Sarmo berdalih merasa tertekan karena selalu dipojokkan oleh Agung.
Sarmo menyebut korban tidak menerima kenyataan saat bisnis kayunya sedang sepi. Klaim Sarmo, korban ingin memindahkan tempat penggergajian ke Klaten.
"Bagi hasilnya kayu kalau ramai ya penuh. Kalau sepi berkurang tapi dia (korban) tidak bisa menerima. Dikira saya tidak becus, korupsi. Bikin emosi sampai nunjuk kening saya," klaim Sarmo.
Sementara itu, dengan korban Sunaryo, Sarmo mengaku memiliki hubungan dalam hal gadai mobil. Mobil Sarmo saat itu digadaikan ke Sunaryo Rp 48 juta.
"(Sunaryo) Menekan saya, telat dua bulan. Tapi selalu menekan dan kata-kata kasar. Bikin emosi dan nunjuk-nunjuk saya. Mencaci maki saya. Terlalu banyak tekanan saya nggak sanggup," kata Sarmo.
![]() |
Korban Diracun dan Dibakar
AKBP Indra melanjutkan, Sarmo menggunakan racun yang dimasukkan ke dalam minuman untuk membunuh korban-korbannya. Kemudian, Sarmo memberikan perlakuan berbeda kepada jenazah keduanya.
Untuk jasad Sunaryo, Indra membeberkan Sarmo sempat menguburkannya di bawah dipan yang biasa dia pakai tidur. Selama tiga bulan, dirinya selalu menyiramkan solar untuk menyamarkan bau menyengatnya.
Tetapi karena dirinya takut ketahuan oleh polisi, kuburan Sunaryo digalinya lagi. Mayatnya lalu dibakar di atas ban.
"Saat ditemukan tinggal serpihan tulang (di belakang rumah)," jelas dia.
Sementara itu, korban Agung dikubur di area hutan setelah meninggal diracun oleh Sarmo. "Dikubur (Agung) sendiri (oleh Sarmo), digotong sendiri (ke hutan)," kata Indra.
Keterangan Indra dibenarkan oleh Sarmo. Bahkan, dirinya mengaku memerintahkan karyawannya untuk menggali lubang. Dirinya tidak mengaku bahwa lubang tersebut dipakai untuk mengubur mayat.
Ada Kabar Sarmo Dukun Pengganda Uang
Di media sosial, beredar narasi bahwa Sarmo merupakan dukun pengganda uang. Polisi membantah narasi itu.
Kabar jika Sarmo dukun pengganda uang tersebar di media sosial X atau Twitter.
"Tidak benar. Bukan dukun pengganda uang. Pelaku (Sarmo) punya usaha itu (pemotongan kayu)," kata Kasi Humas Polres Wonogiri AKP Anom Prabowo kepada wartawan, Selasa (12/12).
Anom juga menegaskan hingga saat ini hanya dua korban yang ditemukan. Pertama, Sunaryo (47) warga Jatipurno. Kemudian, Agung Santosa (47) warga Desa Sajen Kecamatan Trucuk, Klaten.
Ia juga membantah kabar bahwa kedua korban pembunuhan itu adalah tumbal. Motif pembunuhan yang dilakukan Sarmo karena utang-piutang.
"Karena utang piutang, seperti pengakuan yang bersangkutan kemarin. Kami masih terus melakukan pendalaman atas kasus ini," kata Anom.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Wonogiri, Iptu Yahya Dhadiri mempertegas jika Sarmo bukan dukun. Namun pernah mengaku-ngaku sebagai dukun.
"Jadi gini korban Agung memiliki permasalahan investasi di wilayah Yogyakarta. Kemudian minta tolong ke Sarmo untuk menagih. Sarmo menjanjikan, 'Tak garape nek bengi'," ungkap dia.
Dari situ, Agung memberikan uang senilai Rp 1,5 juta kepada Sarmo. Kemudian uang itu digunakan untuk membeli menyan dan dupa oleh Sarmo.
"Ternyata luput, mengaku dukun tapi bukan dukun," kata Agung.
(apu/dil)