Agung Santoso (49) menjadi korban pembunuhan sadis yang dilakukan Sarmo (35). Diketahui, Agung dibunuh saat menagih uang Rp 800 juta miliknya yang dipinjam Sarmo.
Sejak dilaporkan hilang pada 2021 lalu, jasad Agung baru ditemukan 2 tahun kemudian dan telah terkubur di Desa Semagar, Kecamatan Girimarto, Wonogiri. Itu pun hanya tersisa kerangkanya.
Menurut istri Agung, yakni Katin Endangwati, Sarmo meminjam uang Rp 800 juta secara bertahap. Dijelaskan, Agung memiliki hubungan dagang dengan pelaku dalam bidang jual beli kayu untuk mebel. Suaminya pembeli dan Sarmo yang memasok kayunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Total uangnya hampir Rp 800 juta tapi bertahap. Tiga bulan pak Agung mau pergi itu, setiap hari Sarmo itu minta uang ya Rp 10 juta, Rp 15 juta, Rp 20 juta," jelas Katin, kepada wartawan di rumahnya, Sabtu (9/12/2023).
"Uang alasannya untuk cari kayu itu. Hubungannya baru sekitar satu tahun lebih, pak Sarmo penyetor kayu dan pak Agung penjual," lanjutnya.
![]() |
Katin juga mengungkapkan bahwa Sarmo pernah sekali ke rumah mereka yang berada di Dusun Gombang, Desa Sajen, Kecamatan Trucuk, Klaten. Kedatangannya untuk membuat perjanjian terkait penggergajian kayu.
Menurut Katin, sosok Sarwo dari awal sudah mencurigakan. Namun, sang suami tetap menganggapnya sebagai orang baik.
Apalagi, suaminya semakin hari bahkan semakin percaya dengan Sarmo karena tutur katanya yang meyakinkan. Selain itu, Agung juga mulai percaya klenik sejak mengenal Sarmo.
"Saya ketemu satu kali, orangnya tinggi, besar, badan tatoan, saya sebenarnya sudah curiga tapi Pak Agung orangnya baik. Merasa diajeni (dihormati), sopan juga," ungkap Katin.
"Pokoknya sae (baik). Bahkan Pak Agung itu jadi anak angkat keluarganya Pak Sarmo, karena kebaikan bahkan Pak Agung diberi tanah tiga petak di Wonogiri oleh kakeknya Sarmo yang seorang dukun, itu cerita Pak Agung tapi saya ndak percaya," lanjutnya.
Kecurigaan Katin muncul saat dirinya mulai bertanya perihal letak tanah yang dimaksud. Namun, sang suami mengatakan bahwa semua dititipkan pada Sarmo.
"Saya curiga ini ngapusi (kebohongan). Sebagai istri saya sudah tidak kurang memberikan masukan tapi kayaknya suami saya sudah dicuci otak," ungkapnya.
"Pak Agung setelah kenal Sarmo ini juga seneng klenik (mistik), padahal dulu tidak pernah, dulu tidak percaya klinik. Ya begitulah, saking percayanya, saking baiknya," ucap Katin.
Berharap Sarmo Dihukum Mati
Kini, pihak keluarga terus mengikuti proses hukum. Mereka berharap Sarmo mendapatkan hukuman mati.
"Kami keluarga ingin dihukum berat, dihukum mati. Pokoknya hukuman mati," tegas Katin.
Katin menjelaskan bahwa setelah pembunuhan terungkap, keluarganya sudah beberapa kali ke Polres Wonogiri untuk dimintai keterangan. Ia dimintai DNA dan mengonfirmasi barang milik suaminya.
"Yang diambil DNA anak saya, banyak kemarin, ada darahnya diambil juga. Tapi saya sejak awal yakin itu suami saya karena saya kenali pakaiannya semua," jelasnya.
Pengakuan Sarmo
![]() |
Sarmo mengatakan pembunuhan itu berawal dari masalah bisnis kerja dan utang. Sarmo berdalih ia merasa tertekan karena selalu dipojokkan oleh Agung.
Sarmo menyebut korban tidak menerima kenyataan saat bisnis kayunya sedang sepi. Klaim Sarmo, korban ingin memindahkan tempat penggergajian ke Klaten.
"Bagi hasilnya kayu kalau ramai ya penuh. Kalau sepi berkurang tapi dia (korban) tidak bisa menerima. Dikira saya tidak becus, korupsi. Bikin emosi sampai nunjuk kening saya," klaim Sarmo.
Diberitakan sebelumnya, Sarmo membunuh dua orang yakni Agung dan SiSunaryo (46) warga Dusun Panggih, Desa Jatipurno, Kecamatan Jatipurno, Wonogiri. Keduanya dibunuh perihal utang piutang.
"Dua korban ini ditemukan di lokasi yang berbeda," ungkap Indra saat konferensi pers di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023).
(cln/ahr)