Densus 88 menangkap lima orang terduga teroris di dua lokasi berbeda yakni di Boyolali dan di Sukoharjo. Kelompok ini bahkan sudah menyusun rencana untuk menyerang Mapolresta Solo. Adalah S warga Boyolali, terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang menjadi penyusun skenario mengerikan itu.
Dalam aksi terorisme, S bukanlah orang baru. Bahkan S yang dikenal sebagai seorang penjahit jas di Boyolali itu merupakan perakit bos yang diledakkan di Mapolsek Astana Anyar, Kota Bandung pada Desember 2022 silam.
"Mereka memiliki tujuan yang sama. Jika saudara AS tujuannya di Mapolsek (Astana Anyar) di Bandung, dan telah terjadi. Sementara saudara S, dia memiliki tujuan di Solo, yang sasarannya adalah Polresta Solo," terang Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan, saat konferensi pers di Mapolresta Solo, Jumat (4/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ramadhan melanjutkan, S merupakan pimpinan kelompok kecil di Solo Raya, yang juga anggota cukup lama JAT periode 2008-2014. Tidak hanya itu, S juga merupakan simpatisan kelompok ISIS.
Baca juga: 7 Fakta Teroris Targetkan Bom Polresta Solo |
Ramadhan juga mengatakan, keahlian S salam merakit bom ini tak lepas dari peran Sogir. Sogir adalah terpidana kasus terorisme pengeboman Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, di Jakarta pada 2004 lalu.
"Saudara S berlatih membuat switching bom mulai tahun 2010 dilatih oleh saudara Sogir. Sogir ini merupakan kelompok jaringan teroris JI. Sogir merupakan murid Dr Azhari," ucapnya.
Kemudian, pada tahun 2012, S kembali berlatih merakit bom dengan B, yang merupakan anggota JAT.
"Dia juga berlatih membuat bahan peledak dan switching pada tahun 2012. Dilatih oleh saudara B, yang merupakan anggota JAT, yang menamakan diri Al-Qaeda Indonesia," tuturnya.
Rencanakan Serang Mapolresta Solo
Berkat pengalamannya belajar merakit bom dari dua orang tersebut, S mampu merakit bom dengan daya ledak tinggi dan rendah. Bahkan, dia sudah membuat tiga bom untuk menjalankan aksinya.
Dua bom itu dibawa oleh AS, untuk melakukan aksi bom bunuh diri Mapolsek Astana Anyar. Sementara satu bom masih dia simpan untuk melancarkan aksi menyerang di Mapolresta Solo.
Dari peristiwa di Mapolsek Astana Anyar, AS membawa dua ransel berisi bom. Ransel itu dibawa di punggung dan di dadanya. Hanya saja, bom yang ada di ransel depan tidak meledak.
"Kita menyampaikan karena fakta akibat peristiwa di bom Mapolsek Astana Anyar. Waktu itu pelaku membawa 2 ransel, satu di depan dan satu di belakang. Saat itu yang meledak hanya satu bagian, yang belakang, sehingga saat pelaku meninggal, ada satu anggota polisi yang posisi di belakang (jadi korban). Kalau bom di depan meledak, itu anggota yang sedang apel bisa menjadi korban," ungkapnya.
S dan AS Pilih Lokasi Penyerangan
Sementara itu juru bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar menyebut sebelum menentukan lokasi penyerangan S dan terduga teroris lain berinisial AS sempat berdiskusi untuk memilih lokasi aksi teror. AS terlebih dahulu melakukan aksi teror bom bunuh di Mapolsek Astana Anyar pada Desember 2022 lalu, sementara S memilih Mapolresta Solo.
"Berdasarkan keterangan yang kita ambil, dan hasil penyelidikan (S), sasarannya itu adalah Mapolresta Solo. Jadi kantor polisi atau Mapolresta Solo," ujar Aswin saat konferensi pers di Mapolresta Solo, Jumat (4/8/2023).
Selengkapnya baca di halaman berikutnya....