Tersangka pembunuhan sekeluarga di Mertoyudan, Magelang, Dhio Daffa Swadilla (22) mengaku sakit hati sebagai pemicu dirinya nekat menghabisi ayah, ibu dan kakak perempuannya. Terkait dengan motif yang disampaikan tersangka, pihak keluarga tidak mempercayai.
"Sama sekali nggak betul. Dia (Dhio) nggak bekerja kok, cuma sebagai tulang punggung dasarnya apa. Kan cuman untuk pembelaan diri saja," kata kerabat korban, Sukoco kepada wartawan di rumah duka Jalan Sudiro Gang Durian, Prajenan, Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Kamis (1/12/2022).
"Sama sekali tidak (soal tulang punggung). Kalau saya tetap, saya sanggah. Saya tahu persis karena setiap ada apa-apa juga almarhumah sering telepon, kadang datang ke rumah," katanya.
Pihaknya menyampaikan orang tuanya Abas Ashar (58) dan Heri Riyani (54), yang justru memberikan support terhadap Dio.
"Iya (support ortu). Pengakuannya dah kerja sana sini (Dhio), kenyataan nggak ada. Adik saya sehat semua," ujarnya.
Pihaknya saat ini justru mencari informasi kemungkinan Dio mempunyai pinjaman di luar.
"Yang sekarang masih saya cari, apakah dia punya beban pinjaman di luar atau apa. Saya masih menggali informasi," tuturnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, seorang anak tega menghabisi ayah, ibu dan kakaknya di Mertoyudan Magelang dengan racun arsenik. Polisi mengungkap motif di balik pembunuhan tersebut.
"Keterangan pelaku dan lingkungan sekitar, yang bersangkutan sakit hati. Motifnya adalah sakit hati. Sakit hati karena bapak terduga pelaku dua bulan lalu baru saja pensiun dan kebutuhan untuk rumah tangga cukup tinggi karena orang tua memiliki penyakit, untuk biaya pengobatan," jelas Plt Kapolresta Magelang AKBP Mochammad Sajarod Zakun, kepada wartawan, Selasa (29/11).
Sajarod mengungkap pelaku tidak bekerja dan mengaku dibebani kebutuhan keluarga sementara kakak perempuan selama ini bekerja dengan status kontrak tidak mendapat beban yang sama.
"Muncul niat untuk menghabisi orang tua dan kakak kandung, sakit hati karena diberi beban untuk beri beban keluarga sehari-hari dan biaya obat," terang Sajarod.
"Apakah ada keterkaitan utang untuk berobat orang tua, sehingga jadi beban, masih didalami," lanjut dia.
(apl/ams)