Polisi menangkap pembuang bayi perempuan di dalam kardus yang menggemparkan warga Desa Triguno, Pucakwangi, Kabupaten Pati. Bayi dalam kardus yang ditaruh di dekat kendang ternak warga pada Selasa (19/4) lalu itu diduga hasil hubungan gelap.
"Betul (sudah diamankan). Masih tahap pemeriksaan dan penyidikan," kata Kasi Humas Polres Pati, Iptu Sukarno, saat dimintai konfirmasi oleh detikJateng melalui pesan singkat, Jumat (22/4/2022).
Sukarno mengatakan, pembuang bayi perempuan itu adalah ibunya sendiri yang berinisial S (33), warga Desa Triguno, Pucakwangi. Kepada penyidik, S telah mengakui perbuatannya, membuang bayi yang baru dilahirkannya dengan ditaruh dalam kardus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pelaku (mengakui) membuang bayi yang baru dilahirkan. Adapun barang bukti yang diamankan satu buah kardus dan satu buah daster berwarna pink," terang dia.
Sukarno menjelaskan, kasus pembuangan bayi itu terungkap setelah penyelidikan polisi mencurigai ada seorang warga yang hamil, sementara suaminya sedang merantau di Papua.
"Berdasarkan penyelidikan, dicurigai ada seorang warga Triguno yang hamil namun suaminya sudah lebih 1,5 tahun merantau di Papua," ungkap Sukarno.
Pada Kamis (21/4) kemarin, polisi mengecek rumah pelaku.
"Namun pelaku sudah meninggalkan rumah sejak 07.30 WIB. Dari penyelidikan diketahui bahwa pelaku kos di Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Pati. Kemudian pelaku dibawa ke Polsek Pucakwangi. Setelah diinterogasi, pelaku mengakui perbuatannya," sambung dia.
Diberitakan sebelumnya, warga di Desa Triguno, Pucakwangi, Pati, dikejutkan oleh penemuan bayi perempuan di dalam kardus, Selasa (19/4). Bayi itu dalam kondisi hidup dan sehat. Tali pusarnya masih menyatu dengan plasenta.
"Bahwa pada hari Selasa (19/4) sekira pukul 05.00 WIB, saat saksi satu hendak membuang sampah melihat sebuah kardus di depan kandang ternaknya, kemudian setelah dilihat kardus tersebut berisi bayi," kata Iptu Sukarno, Selasa lalu.
"Untuk sementara, bayi dirawat dan diasuh oleh saudara Kadirun, (warga) Desa Triguno, Kecamatan Pucakwangi," imbuh Sukarno.
(dil/rih)