Kelenteng Hok Tik Bio Purwokerto Gelar Jamasan Sinbeng Jelang Imlek

Kelenteng Hok Tik Bio Purwokerto Gelar Jamasan Sinbeng Jelang Imlek

Anang Firmansyah - detikJateng
Kamis, 23 Jan 2025 13:35 WIB
Umat Konghucu menggelar ritual Jamasan Sinbeng menjelang Hari Raya Imlek di Klenteng Hok Tik Bio kompleks Pasar Wage Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis (23/1/2025).
Umat Konghucu menggelar ritual Jamasan Sinbeng menjelang Hari Raya Imlek di Klenteng Hok Tik Bio kompleks Pasar Wage Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis (23/1/2025). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Banyumas -

Umat Konghucu melaksanakan ritual Jamasan Sinbeng menjelang Hari Raya Imlek 2576 di Kelenteng Hok Tik Bio, kompleks Pasar Wage Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Sebelum menggelar jamasan tersebut, sekitar 30 umat Konghucu menggelar ibadah sembahyang terlebih dahulu pada Rabu (22/1) sekitar pukul 23.00 WIB.

Ketua kelenteng setempat, Suryana menjelaskan, Jamasan Sinbeng memiliki makna tersendiri. Ritual tersebut dilakukan pada awal-awal rangkaian kegiatan Imlek setiap tahunnya.

"Sinbeng ini tradisi tahunan, istilahnya membersihkan Sinbeng dan tempat ibadah satu minggu sebelum Imlek. Khususnya untuk mengantar malaikat dapur naik, tugasnya malaikat melaporkan perbuatan umat manusia," kata Suryana kepada wartawan ketika ditemui, Kamis (23/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suryana mengungkapkan Sinbeng memiliki arti pembersihan patung-patung dewa umat Konghucu.

"Umat Konghucu berani membersihkan patung karena dewa yang bersemayam di patung ini sedang berangkat menghadap Tuhan. Jadi ini kondisinya patung kosong. Waktu yang tepat untuk membersihkan,"ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Menurut dia, ada syarat tersendiri dalam melaksanakan ritual Jamasan Sinbeng. Air yang digunakan untuk memandikan patung harus berasal dari air hujan. Selain itu juga dicampur menggunakan bunga tujuh rupa.

"Air pakai air hujan dan sumur-sumur sekitar. Campur kembang sebagai akulturasi budaya (sifatnya harum)," terangnya.

Suryana tidak merinci berapa jumlah patung yang disucikan pada ritual ini. Sebab jumlahnya sangat banyak yang berasal dari titipan maupun pemberian umat.

"Jumlahnya banyak banget. Yang nggak dipasang di altar juga ada karena banyak yang titipan. Selain milik kelenteng ada juga yang hibah. Tapi yang jelas ada 22 altar," jelasnya.

Sementara itu, Rusmana yang merupakan petugas bagian seksi perlengkapan kelenteng menambahkan, air yang digunakan untuk memandikan patung sudah ditampung dari jauh-jauh hari.

"Tirta suci, jauh hari menampung air hujan untuk memandikan dicampur kembang sebagai simbol wangi-wangian. Air dari atas langsung tidak ada unsur yang lain, airnya lebih murni," pungkasnya.




(apu/aku)


Hide Ads