Pokdarwis Pasang Barcode di Situs-situs Bersejarah Kampung Kemlayan Solo

Pokdarwis Pasang Barcode di Situs-situs Bersejarah Kampung Kemlayan Solo

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Sabtu, 09 Des 2023 15:06 WIB
Situs Sumur Kamulyan, sumur buatan Pakubuwana IV di Kemlayan, yang tak pernah kering.
Foto: Situs Sumur Kamulyan, sumur buatan Pakubuwana IV di Kemlayan, yang tak pernah kering. (Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng)
Solo -

Kampung Kemlayan, Solo, yang terkenal dengan mural-mural indahnya ternyata menyimpan sejumlah situs-situs bersejarah. Dalam rangka menghidupkan kembali situs-situs tersebut, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat pasang barcode berisi sejarah yang bisa dilihat para wisatawan.

Ketua Pokdarwis Kemlayan, Mulyati (57) mengatakan, Kemlayan baru saja ditetapkan menjadi Kampung Wisata dengan kategori rintisan. Adanya status tersebut, membuatnya ingin menghidupkan kembali wisata di Kemlayan.

"Kebetulan Kemlayan merupakan salah satu dari 6 kelurahan yang ditetapkan jadi Kampung Wisata. Kebetulan di sini yang mengelola Pokdarwis," kata Mulyati kepada detikJateng, Jumat (8/12/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan, Pokdarwis Kemlayan yang sudah ada sejak dulu itu kini mulai merintis dan berupaya untuk menciptakan berbagai inovasi baru. Mulai dari pengadaan barcode di situs-situs bersejarah, hingga pembuatan paket wisata yang masih jadi rencana.

"Ada paket selera maestro, macam-macam. Ini juga sudah kita pasangi barcode (di situs-situs yang ada di Kemlayan)," terangnya.

ADVERTISEMENT

Menurut pantauan detikJateng, barcode sudah mulai terpasang di beberapa titik di Kemlayan. Seperti di Sumur Kamulyan, serta beberapa rumah seniman. Saat barcode di-scan, maka akan muncul penjelasan mengenai sejarah tempat tersebut.

"Kalau mau masuk Kampung Kemlayan, scan barcode itu, nanti sudah bercerita 'oh Kampung Kemlayan seperti ini'," tuturnya.

Dalam pemasangan barcode itu, Pokdarwis juga dibantu oleh para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang sempat melakukan pengabdian masyarakat di Kemlayan.

Mulyati berharap, dengan langkah-langkah tersebut, potensi-potensi Kemlayan nantinya bisa semakin terlihat dan bisa membuat Kemlayan semakin berkembang sebagai kampung wisata.

"Saya punya mimpi, ingin supaya pengelola kampung wisata itu bisa mengelola dengan baik. Dengan adanya SK (kampung wisata), kita wujudkan bahwa Kemlayan bisa," tutur Mulyati.

Selain rumah seniman seperti Dalem Hardjonegaran, Dalem Roesradiwidjoyo, Dalem Prodjoloekitan, dan rumah-rumah lainnya, terdapat beberapa situs bersejarah yang juga masih terawat di Kemlayan. Mulai dari Sumur Kamulyan yang tak pernah kering, arca Sugriwa Subali yang konon ada penunggunya, makam Mbah Berak yang konon tak bisa dipindah, serta beberapa rumah seniman.

"Sumur Kamulyan itu dibuat PB (Pakubuwana) IV. Ceritanya PB IV mau salat, tapi jauh dari air. Terus dia membuat sumur, yang pertama tidak bagus, kemudian dia buat di sini. Keluar airnya bagus, bersih, tidak pernah kering sampai sekarang," tutur Takari (58), suami Mulyati yang selama ini merawat situs-situs di Kemlayan.

Takari yang merupakan anak dari empu tari S. Ngaliman Tjondropangrawit itu mengatakan, dirinya pernah mencoba membersihkan sumur dengan menyedotnya. Tak sampai satu jam, sumur sudah kembali terisi penuh.

"Sekarang airnya sudah tidak layak minum, terkontaminasi kotoran mungkin. Pernah kita sedot, kita kuras, tidak ada satu jam sudah kembali lagi," terangnya.

Takari mengatakan, ia khawatir adanya kisah mistis bisa membuat situs-situs tak terawat, sehingga ia masih senantiasa merawat situs-situs bersejarah di Kemlayan hingga kini. Termasuk arca Sugriwa Subali yang sempat berkali-kali dipindah, hampir dijual, hingga pernah dicuri.

"Nah itu pernah dicuri, kembali lagi. Nggak kuat dia (pencuri), itu dari segi mistiknya," ungkap Takari.

Saat ini, beberapa situs bersejarah di Kemlayan sendiri justru hilang dan terkikis pertokoan. Langgar yang dulunya dibuat Pakubuwana IV untuk sholat pun kini sudah menjadi rumah. Akses untuk menuju beberapa situs pun terkesan sulit, hingga jarang diketahui para wisatawan.




(apu/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads