Mengenal Tradisi Saparan Masyarakat Jawa, Bentuk Rasa Syukur di Bulan Sapar

Mengenal Tradisi Saparan Masyarakat Jawa, Bentuk Rasa Syukur di Bulan Sapar

Marcella Rika Nathasya - detikJateng
Minggu, 27 Agu 2023 11:37 WIB
Suasana saparan warga Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang persisnya di lereng Gunung Andong.
Mengenal Tradisi Saparan Masyarakat Jawa, Bentuk Rasa Syukur di Bulan Sapar. Foto: Eko Susanto/detikJateng
Solo - Masyarakat Jawa memiliki beragam tradisi untuk memperingati suatu momen, salah satunya Saparan. Adapun tradisi Saparan ini biasanya diselenggarakan pada bulan Sapar atau bulan kedua dalam kalender Jawa.

Tradisi sebagai hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang merupakan suatu keseluruhan yang kompleks dan berbagai unsur yang berbeda seperti, pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat istiadat.

Lantas, apa itu tradisi Saparan? Berikut serba-serbi tradisi Saparan dikutip detikJateng dari Jurnal Kajian Islam dan Budaya berjudul Tradisi Saparan dalam Budaya Masyarakat Jawa di Lumajang oleh Tutuk Ningsih.

Tradisi Saparan Masyarakat Jawa

Saparan merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat jawa, baik di Jawa Timur maupun Jawa Tengah, akan tetapi setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri dengan proses yang berbeda.

Saparan berasal dari kata shafar yaitu nama bulan dalam kalender jawa. Sehingga, tradisi ini dilaksanakan setiap bulan safar. Bulan Safar menurut penanggalan Islam merupakan bulan kedua dalam kalender hijriyah. Bulan ini menurut anggapan masyarakat memiliki keunikan yang serat akan mitos.

Tradisi Saparan merupakan bentuk selamatan atau syukuran yang diharapkan dengan diadakannya tradisi tersebut dapat mendatangkan banyak berkah dan rezeki, serta jauh dari malapetaka.

Bentuk Pelestarian Tradisi Saparan

Setiap daerah memiliki cara yang berbeda dalam melestarikan tradisi Saparan, namun memiliki tujuan yang sama yaitu melestarikan kebudayaan daerah, dan sebagai wujud rasa syukur.

1. Kirab Budaya

Kirab budaya adalah salah satu prosesi dalam tradisi Saparan, yaitu masyarakat berbondong-bondong melakukan kirab keliling, dengan mengusung gunungan yang terbuat dari hasil bumi.

2. Arak Tumpeng

Arak tumpeng adalah bentuk pelestarian tradisi Saparan, yaitu dengan mengarak tumpeng yang berisi hasil bumi pada masyarakat desa kemudian diarak dan nantinya tumpeng tersebut akan dibagikan oleh masyarakat.

3. Pagelaran Pewayangan

Biasanya sehari sebelum Saparan, di berbagai daerah sering diadakan pagelaran pewayangan, yaitu pertunjukan wayang kulit.

4. Larung sesaji

Biasanya masyarakat di daerah pantai melakukan tradisi Saparan dengan pelarungan sesaji. Adapun sesaji yang dilarungkan umumnya seperti buah-buahan, ayam ingkung, dan kepala sapi yang sudah terlebih dahulu dihiasi dengan bunga setaman, menyan, dan payung.

Pentingnya Melestarikan Tradisi Saparan

Meskipun tradisi ini sudah ada sejak dulu, dan sudah mulai berkurang peringatannya lantaran adanya perkembangan zaman, tradisi ini harus tetap dilestarikan karena:

  1. Tradisi Saparan sebagai warisan turun temurun dari nenek moyang, memiliki nilai historis yang bermanfaat, bahwa pelaksanaannya mampu membangun generasi di masa depan.
  2. Tradisi Saparan adalah sumber legitimasi terhadap keyakinan, pandangan hidup berdasarkan aturan-aturan yang sudah ada dan ditetapkan sebelumnya.
  3. Tradisi Saparan mempererat hubungan silaturahmi antara satu dengan yang lainnya, memperkuat keyakinan dalam memahami tradisi keagamaan, serta mengokohkan loyalitas masyarakat.
  4. Memberikan solusi terhadap kekecewaan, keluhan dan ketidakpuasan terhadap kehidupan.
  5. Membuang kesialan yang dihadapi dan tolak bala

Nah, itulah penjelasan mengenai tradisi Saparan, semoga dapat menambah wawasan kalian dalam memahami tradisi dan kebudayaan di Indonesia ya, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Marcella Rika Nathasya Peserta program magang besertifikat kampus merdeka di detikcom.


(ahr/ahr)


Hide Ads