Kirab 1.000 Tumpeng di Peringatan Seabad Desa Selo Boyolali, Ini Maknanya

Kirab 1.000 Tumpeng di Peringatan Seabad Desa Selo Boyolali, Ini Maknanya

Jarmaji - detikJateng
Rabu, 09 Agu 2023 15:04 WIB
Kirab 1.000 tumpeng di Desa Selo, Boyolali, Rabu (9/8/2023).
Kirab 1.000 tumpeng di Desa Selo, Boyolali, Rabu (9/8/2023). Foto: Jarmaji/detikJateng
Boyolali -

Seribu tumpeng dikirab dalam peringatan seabad Desa Selo di lereng Gunung Merapi dan Merbabu, Boyolali. Selain itu juga dikirab tujuh kendi berisi air dari tujuh sumber untuk disatukan.

"Ini adalah peringatan satu abad Desa Selo, memperingati 100 tahun Desa Selo dan menjaga kesatuan warga Desa Selo," kata Kepala Desa Selo, Kecamatan Selo, Andi Sutarno, Rabu (9/8/2023).

Kirab budaya ini juga untuk memperingati HUT ke-78 Kemerdekaan RI. Pesertanya seluruh warga Desa Selo dari 24 RT. Kirab dimulai dari lapangan di Dukuh Senet menuju Lodji Soko Giri di jalur wisata Solo-Selo-Borobudur (SSB).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tumpengnya sejumlah KK yang ada di Desa Selo. KK yang ada di Desa Selo berjumlah 1.008 KK. Setiap RT membuat tumpeng sesuai jumlah KK-nya," ujar Andi.

Tujuh kendi yang dikirab berisi air dari tuk (sumber) Babon di Dukuh Selo Duwur, tuk Gebyok, tuk Selo Punting, tuk Sepandan Kulon, tuk Sepandan Lor, tuk Sepandan Wetan, dan tuk Sepandan Nongko. Air dari tujuh sumber di Selo itu disatukan dalam ritual di Lodji Soko Giri.

ADVERTISEMENT

Andi menjelaskan, penyatuan air dari tujuh sumber itu sebagai simbol mempererat persatuan dan kesatuan warga Selo. "Kesatuan, nyawiji, menjadi satu," ucapnya.

Dalam peringatan seabad Desa Selo ini juga ada sejumlah kegiatan. Dari lomba kebun gizi pada Minggu (6/9), kirab budaya dan festival seni hari ini, serta jalan sehat dan Selo Bershalawat pada Kamis (10/9).

Suasana kirab seabad Desa Selo, Boyolali, Rabu (9/8/2023).Suasana kirab seabad Desa Selo, Boyolali, Rabu (9/8/2023). Foto: Jarmaji/detikJateng

Menurut Andi, Selo merupakan desa tertua di Kecamatan Selo, Boyolali. Bahkan diyakini Desa Selo sudah ada sejak zaman Mataram. "Dulu Kademangan," jelasnya.

Salah satu sesepuh Desa Selo, Mitro Miharjo mengatakan air dari tujuh kendi itu disatukan dalam tradisi Temu Tirta. Air itu diambil dari tujuh sumber pada Selasa (8/8) sore hingga malam.

"Tujuh sumber air itu sampai sekarang masih digunakan warga Selo. Yang paling besar tuk Babon. Tradisi ini diharapkan membawa berkah dan sumber air tetap lestari," kata Mitro.

Kirab budaya itu berlangsung meriah. Seorang pria berkostum keprajuritan menjadi cucuk lampah atau berada di barisan paling depan. Di belakangnya, sejumlah pria mengenakan pakaian adat Jawa. Mereka membawa kendi yang dihiasi janur kuning.

Juga tampak peserta yang membentangkan bendera merah putih sepanjang sekitar 24 meter dan lebar sekitar 6 meter. Selain itu juga ada reog dengan dadak merak hingga ogoh-ogoh.




(dil/dil)


Hide Ads