Mantan guru olahraga yang saat ini menjabat sebagai Pengawas Koordinator Wilayah Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Dayeuhluhur, Tusmiyanto mengaku punya pengalaman unik saat mengajar sekolah dasar.
Sebab guru asal Wonosobo tidak mengerti jika anak didiknya terbiasa menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari meski masih berada di wilayah Kabupaten Cilacap.
"Saya sempat kagok pada awal mengajar. Contoh begini, saya menginstruksikan anak-anak untuk bergandeng tangan. Ayo gandengan, eh malah anaknya diam," kata Tusmiyanto kepada detikJateng, Senin (10/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah diusut, rupanya gandeng dalam bahasa Sunda berarti berisik. Anak-anak mengira Tusmiyanto menyuruh diam.
"Dikiranya itu saya menyuruh agar jangan ramai. Misalkan saya menyuruh gandeng kalau dalam istilah Sunda. Itu malah menyuruh orang untuk diam," terangnya.
Ada pengalaman-pengalaman menarik yang dialami Tusmiyanto saat mengajar. Banyak perbendaharaan yang menurutnya unik saat diucapkan oleh orang baru di Kecamatan Dayeuhluhur.
"Jadi ada pengalaman yang ke sininya perbendaharaan bahasanya lucu-lucu bagi saya. Yang di Ciamis, Cianjur, dan Tasik itu tidak ada," jelasnya.
Meskipun dalam keseharian menggunakan bahasa Sunda, anak-anak SD yang sekolah di Kecamatan Dayeuhluhur tetap bisa menggunakan bahasa Indonesia.
"Bahasa Indonesianya bagus. Bisa banget berkomunikasi dengan bahasa itu. Lancar sekali," ungkapnya.
Menurutnya, pemberian materi pelajaran muatan lokal (mulok) Sunda di wilayah Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu.
"Saya awalnya datang itu kesulitan. Saya kan asli Wonosobo. Jadi sama sekali tidak tahu bahasa Sunda, naon-naon acan (apa-apa belum) lah begitu. Sekarang untuk komunikasi alhamdulillah kalau ada yang ngomongin saya pakai bahasa Sunda, saya tahu. Kebetulan saya istrinya orang Sunda," ujarnya.
Selengkapnya di halaman berikutnya....
Meski begitu, langkah untuk mengajarkan mulok Sunda sempat mengalami kendala. Sebab banyak guru yang berasal dari luar wilayah Kecamatan Dayeuhluhur.
Hal inilah yang membuat Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Cilacap, Sadmoko Danardono menggandeng seniman lokal untuk ikut terlibat belajar-mengajar.
"Pengajarnya bisa dari luar. Misalnya mau ngajari tari jaipong atau wayang golek nanti grup kesenian di situ nanti bisa memberdayakan seniman lokal," katanya.
"Jadi mereka bisa mendidik, membantu anak-anak belajar apa saja tentang kesenian lokal itu. Otomatis seniman ini bisa lebih berdaya dan ada regenerasi," tambahnya.
Dalam pengembangan bahasa menurut Sadmoko juga bagian dari pelestarian budaya Sunda. Oleh sebabnya pihaknya juga memberdayakan ahli bahasa lokal setempat. Sehingga bahasa sebagai bagian dari budaya itu bisa lestari.
"Bukan jadi penghambat tapi justru pendorong kita untuk bisa maju dari sisi seni dan budaya karena ini adalah kemajuan sebuah negara diawali dengan kemajuan budayanya," pungkasnya.