Sejumlah peziarah berdatangan ke Kompleks Makam Sunan Kalijaga, Kelurahan Kadilangu, Demak. Mereka sengaja datang lebih awal untuk bisa bersalaman dengan ahli waris Sunan Kalijaga dengan tujuan ngalap berkah.
Sejumlah pengunjung sudah berusaha menyalami ahli waris Sunan Kalijaga sejak keluar dari Gedung Kasunanan. Kemudian sesi salaman setelah itu di halaman Pendopo Pangeran Wijil V. Pengunjung tampak mengantre dua hingga tiga baris mengular hingga sekitar 50 meter.
Para peziarah itu 'memburu' minyak jamas yang diyakini masih menempel di tangan ahli waris Sunan Kalijaga. Pasalnya, ahli waris tersebut baru saja selesai melakukan jamasan pusaka Sunan Kalijaga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu peziarah asal Desa Bogem, Kecamatan Japah, Blora, Abdur Rohman (87), mengaku datang sehari sebelum penjamasan pusaka. Dia menginap di penginapan kompleks Makam Sunan Kalijaga.
"Iya datang untuk mendapatkan minyak jamas. Iya tadi sudah salaman. Dari Blora nyampai kemarin pukul 15.00 WIB," ujarnya di Kadilangu, Kamis (29/6/2023).
Usai berhasil bersalaman dengan ahli waris Sunan Kalijaga, lanjutnya, ia berharap dapat terus membina anak dan cucunya. "Harapannya untuk membina generasi anak, cucu," jawabnya.
Sementara warga lain asal Kecamatan Wedung-Demak, Ahmad Satriyo (31), mengaku sengaja datang bersama dua anak dan istrinya. Ia datang di Kadilangu sekitar pukul 08.00 WIB untuk bisa menghadiri sesi salaman dengan ahli waris.
"Iya, sengaja datang ke penjamasan, nunggu di depan Gerbang Kadilangu dari jam 08.00 WIB. Bersama istri dua anak," ujar Ahmad saat tengah mengusapkan minyak jamas dari salaman ke wajah anak perempuannya yang berusia sekitar 5 tahunan.
"Mencari berkah dari minyak jamas Kanjeng Sunan Kalijaga," sambungnya.
Sementara itu Juru Kunci Makam Sunan Kalijaga, Raden Edi Mursalien, mengatakan pengunjung berebut salaman untuk mendapat berkah minyak jamas. Tangan ahli waris masih melekat minyak jamas yang sebelumnya digunakan untuk menyucikan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga.
"Sebetulnya ngalap berkah, bersalaman dengan penembahan, dengan juru kunci, dengan kami karena kami yang menjamasi. Minyak lorodannya itu ada di tangan kami, jadi para pengunjung menyalami kami sebagai bentuk ngalap berkah minyak jamas," ujar Edi.
Seperti diketahui, tradisi jamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga itu rutin diselenggarakan setiap Hari Raya Idul Adha. Pusaka tersebut merupakan wasiat dari Sunan Kalijaga kepada anak turunnya. Acara tersebut juga merupakan salah satu inti dari perayaan Grebeg Besar yang ada di Demak.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Cetak Rekor Muri
Sementara itu, dua makanan khas Kabupaten Demak tercatat dalam Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri) dalam prosesi puncak Grebeg Besar. Rekor tersebut tercatat rekor dunia lantaran disajikan terbanyak sejumlah 1.444.
Perwakilan Muri, Sri Widayati, mengatakan bahwa sego padhetan atau nasi padethan tersaji terbanyak dalam Grebeg Besar sebanyak 1.444 dan jamu coro tersaji terbanyak sejumlah 1.444. Jumlah tersebut sesuai dengan tahun Hijriyah tahun ini.
Bupati Demak dr Eisti'anah mengatakan bahwa tujuan mencetak rekor tersebut guna memperkenalkan makanan khas Kabupaten Demak ke masyarakat luas. Terlebih bagi pegiat usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kabupaten Demak.
"Tentunya tujuan kami untuk mencetak Muri ini adalah membantu para UMKM dan memperkenalkan makanan khas kepada masyarakat sego padhetan, tentunya isinya adalah hasil ikan asli Kabupaten Demak diolah seperti bumbu opor. Sehingga masyarakat lebih mengenal hasil dari masyarakat Demak," jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa nasi padhetan merupakan makanan khas pesisir Demak. Yaitu Desa Tambakgojoyo-Wedung dan Tambakbulusan-Karangtengah.
Ia menambahkan bahwa padhetan berasal dari bahasa jawa yang berarti padat. Dinamakan nasi padhetan karena ikan bandeng yang menjadi bahan utama biasanya berbentuk gepeng atau pipih.
Sementara jamu coro, lanjutnya, merupakan minuman khas Demak yang memiliki banyak kandungan rempah. Jamu coro juga telah mendapat penghargaan Award Pesona Indonesia nomor 2 pada 2021.