Gerit-gerit Lancung, Permainan dari Gunungkidul untuk Sindir Suami Penjudi

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Sabtu, 27 Mei 2023 08:04 WIB
Ibu-ibu di Pedukuhan Kedondong Sedono, Kalurahan Pundungsari, Kapanewon Semin, Gunungkidul, DIY, mempraktikkan permainan tradisional Gerit-gerit Lancung. Foto: dok. Dedy Susilo
Gunungkidul -

Kemendikbud Ristek menetapkan 44 Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) terbaru dari DIY dalam dua tahun terakhir, termasuk Gerit-gerit Lancung. Konon permainan tradisional dari Gunungkidul itu buat menyindir para suami yang gila judi.

Pendamping Paguyuban Sekar Cempaka Mulya Dedy Susilo mengatakan, sekitar tahun 2016 dirinya mendapat tugas dari Dinas Kebudayaan DIY untuk menjadi pendamping desa budaya. Saat itu Dedy bertugas di Kalurahan Pundungsari, Semin, Gunungkidul.

"Saat mengunjungi Pedukuhan Kedondong Sedono itu saya bertemu orang-orang tua. Ternyata di sana ada permainan tradisional yang dulu pernah dimainkan para orang tua khususnya ibu-ibu," kata Dedy kepada detikJateng, Jumat (26/5/2023) malam.

Dedy tertarik mendalami permainan tradisional bernama Gerit-gerit Lancung itu. Namun, tinggal satu orang yang masih ingat cara memainkannya. Namanya Mbah Tumi, umurnya 80 tahun saat itu. Sekarang sudah meninggal.

Saat itu Mbah Tumi bercerita semasa kecil kerap melihat ibu-ibu memainkan Gerit-gerit Lancung. "Dari keterangannya, di kampung tersebut Gerat-gerit Lancung adalah dolanan ibu-ibu, bukan anak-anak," ucapnya.

Ada syair yang mengiringi permainan Gerit-gerit Lancung yang liriknya mengandung sindiran ibu-ibu kepada suaminya yang bermain judi.

"Ceritanya zaman dulu itu saat masyarakat senggang, khususnya bapak-bapak dan pemuda yang sudah menikah, sering ngobrol sambil bermain kartu, dadu, judi lah intinya. Sampai-sampai uang, harta benda, perhiasan, tanah dijual untuk judi," kata Dedy.

Karena itu para istri memainkan Gerit-gerit Lancung sambil melantunkan syair untuk menyindir suaminya.

Dedy mengetahui isi syair itu bermakna sindiran setelah menulisnya ulang bersama dua rekannya. Salah satunya pentolan Paguyuban Sekar Cempaka Mulya. Pihaknya juga bekerja sama dengan Taman Budaya Yogyakarta (TBY) terkait pengajuan revitalisasi dolanan dan akhirnya disetujui.

"Tim dari TBY itu ada dosen ISI dan dosen UNY yang meneliti soal syair tersebut. Syair itu dibantu mengartikan sama tim tadi, syair itu bentuknya ada sanepan hingga paribasan. Ada artinya. Setelah revitalisasi dari TBY terus dari Balai Pelestarian Nilai dan Budaya (BPNB) Yogyakarta ikut meneliti," jelasnya.

Hasil penelitian menyatakan syair tersebut unik. Walhasil Gerit-gerit Lancung masuk sebagai tradisi lisan untuk WBTb. Dengan ditetapkannya Gerit-gerit Lancung sebagai WBTb, Dedy berharap masyarakat Gunungkidul mau melestarikan permainan tradisional.

"Banyak warga Gunungkidul belum begitu paham dengan dolanan tersebut. Apalagi di Gerit Lancung ada pesan moralnya. Harapan kita itu semakin dikenal masyarakat," kata dia.

Cara memainkan dan syairnya di halaman selanjutnya.




(dil/aku)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork