Mengenal Balogo, Permainan Tradisional dari Kalimantan Selatan

Mengenal Balogo, Permainan Tradisional dari Kalimantan Selatan

Anindyadevi Aurellia - detikKalimantan
Sabtu, 09 Agu 2025 09:00 WIB
Balogo. Foto: Media Center Kalteng/Pemkab Banjar
Balogo. Foto: Media Center Kalteng/Pemkab Banjar
Banjarmasin -

Balogo adalah salah satu permainan tradisional khas Kalimantan Selatan yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Banjar. Dahulu permainan ini bukan hanya menjadi hiburan di sela-sela kegiatan, tapi juga menjadi sarana untuk mempererat kebersamaan di antara warga desa.

Dengan peralatan sederhana yang terbuat dari bahan alami, balogo dimainkan dengan penuh semangat. Bagi masyarakat Banjar, balogo bukan sekadar permainan, tetapi bagian dari kenangan masa kecil yang sarat nilai kebersamaan.

Anak-anak hingga orang dewasa berkumpul di tanah lapang, memegang stik kayu, lalu beradu keterampilan untuk mengenai sasaran dari jarak tertentu. Meski kini popularitasnya mulai meredup di tengah gempuran gim modern, balogo tetap menyimpan daya tarik sebagai warisan budaya yang layak dilestarikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Balogo

Balogo. Foto: Media Center Kalteng/Pemkab BanjarBalogo. Foto: Media Center Kalteng/Pemkab Banjar

Dirangkum dari laman resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjar dan Media Center Kalimantan Selatan, balogo berasal dari Kalimantan Selatan dan sudah dimainkan sejak ratusan tahun lalu. Balogo atau disebut juga dengan belogo, merupakan permainan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan dan dikenal luas di kalangan masyarakat Suku Paser.

Nama Balogo diambil dari kata logo, yaitu benda utama dalam permainan ini. Kegiatan ini dilakukan dengan memukul kepingan khusus bernama logo, menggunakan alat pukul yang disebut lunjuk (kerap disebut juga panapak atau campa).

Tidak diketahui pasti kapan tradisi ini mulai ada. Konon, balogo populer dimainkan oleh masyarakat Banjar sejak dekade 1980-an.

Logo adalah lempeng kecil yang biasanya dibuat dari tempurung kelapa dengan diameter 5-7 cm dan ketebalan 1-2 cm. Logo ini sering dibuat berlapis dua menggunakan perekat seperti dempul atau aspal agar lebih berat dan kuat. Bentuk logonya bervariasi, tidak hanya bundar, tetapi juga bisa berbentuk seperti bidawang (bulus), biuku (penyu), segitiga, bentuk layang-layang, daun, dan bundar.

Selain menguji ketepatan dan strategi, balogo juga mengajarkan nilai-nilai sportivitas dan kerja sama. Keunikan inilah yang membuat balogo menjadi salah satu kekayaan budaya Banjar yang tak lekang dimakan zaman.

Cara Bermain dan Peralatan Balogo

Permainan ini sebenarnya mirip dengan kelereng atau bowling, tetapi memiliki keunikan dan tantangan sendiri. Permainan balogo merupakan keterampilan memainkan logo, agar bisa merobohkan logo lawan yang dipasang.

Balogo bisa dimainkan oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan dari berbagai usia-anak-anak, remaja, hingga dewasa. Alat-alat yang digunakan dalam permainan ini pun cukup sederhana dan bisa dibuat dari bahan-bahan alami.

Saat bermain Balogo, pemain harus dibantu dengan panapak yang panjangnya sekitar 40 cm dengan lebar 2 cm. Fungsinya untuk mendorong logo agar bisa meluncur dan merobohkan logo pihak lawan yang dipasang saat bermain.

Permainan tradisional Balogo bisa dilakukan satu lawan satu atau secara beregu. Setiap tim bertugas menjatuhkan susunan logo yang disusun menyerupai piramida kecil menggunakan logo tanding, yaitu logo yang digunakan sebagai pelontar. Logo target biasanya didirikan dalam posisi berjejer ke belakang pada garis-garis sejajar.

Esensi permainan ini terletak pada ketepatan dan keterampilan saat meluncurkan logo agar dapat menjatuhkan logo milik lawan. Tim yang berhasil merobohkan logo paling banyak akan keluar sebagai pemenang.

Cara atau aturan bermain satu lawan satu dengan beregu pun berbeda. Jika dimainkan secara beregu, maka jumlah pemain yang melakukan permainan harus sama dengan jumlah pemain yang logonya dipasang untuk dirobohkan. Jumlah pemain beregu minimal 2 orang dan maksimal 5 orang.

Nantinya, jumlah logo yang dimainkan sebanyak jumlah pemain yang disepakati dalam permainan. Cara memasang logo ini adalah didirikan berderet ke belakang pada garis-garis melintang. Ketentuannya, regu yang paling banyak dapat merobohkan logo lawan yang akan menjadi pemenangnya.

Semakin banyak logo lawan yang berhasil dihancurkan, semakin banyak poin yang didapatkan. Tim pemenang bakal disebut 'janggut' dan berhak mengusap dagu atau janggut lawan sambil meneriakkan 'janggut-janggut' sebagai bentuk kemenangan.

Lapangan Balogo biasanya berupa lapangan tanah datar yang luas. Setiap tim akan bergantian melempar logo mereka. Peraturannya bisa berbeda di setiap daerah, namun intinya akurasi akan menjadi penentu. Keunikan lain dari Balogo adalah suasana yang selalu nyaman dan penuh keakraban dan tawa, sehingga bukan hanya ajang kompetisi, tetapi juga sarana silaturahmi.

Manfaat Permainan Balogo

Tak hanya menyenangkan dan bisa menjadi warisan budaya, permainan Balogo juga mengandung mitos sekaligus filosofi yang luhur sebagai tradisi permainan yang diwariskan nenek moyang Suku Dayak Kalimantan Tengah.

Meski dikenal populer di Kalimantan Selatan dan Banjar, permainan balogo dimainkan dan juga terkenal di hampir seluruh wilayah Kalimantan Tengah. Pada masyarakat setempat, permainan ini bersifat musiman yakni digelar setelah masa panen padi dan upacara Tiwah.

Setelah menggelar upacara Tiwah, yang sama artinya dengan membuang harta. Untuk mengukur rezeki atau keberuntungan setelah upacara Tiwah, masyarakat kemudian memainkan Balogo.

Permainan ini diyakini menyimpan filosofi dan mitos luhur. Di masa lalu, Balogo dipercaya sebagai permainan untuk melihat tingkat keberuntungan atau kesuburan hidup. Balogo dimainkan dalam upacara adat Tiwah, yang menjadi ritual sakral suku Dayak untuk menilai apakah seseorang masih memiliki rezeki setelah ritual berlangsung.

Permainan ini juga menanamkan nilai-nilai budaya bagi memainkan permainan tradisional Balogo misal kejujuran, tidak egois, kerjasama, sikap kerja keras dan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan persoalan.

Permainan Balogo dipercaya masyarakat Suku Dayak di Kalimantan Tengah zaman dahulu sebagai permainan yang bisa mengukur tingkat kesuburan (keberuntungan) kehidupan mereka. Sementara panapak dapat melambangkan status sosial seseorang.

Kini Balogo kerap digelar pada momen-momen khusus seperti festival budaya oleh masyarakat maupun lembaga pemerintah. Balogo kini telah diakui sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda Indonesia dalam kategori tradisi dan ekspresi lisan dari Kalimantan Selatan.

Hal ini menjadi salah satu cara untuk melestarikan permainan tradisional ini sekaligus memperkenalkannya kepada generasi muda agar tidak tenggelam oleh perkembangan permainan modern.

Halaman 2 dari 2
(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads