Easting Medi, Perupa Spesialis Wajah Buddha dari Borobudur

Easting Medi, Perupa Spesialis Wajah Buddha dari Borobudur

Eko Susanto - detikJateng
Sabtu, 13 Mei 2023 09:16 WIB
Lukisan karya Easting Medi yang dipamerkan di Limanjawi Art House Borobudur, Magelang, Rabu (10/5/2023).
Lukisan karya Easting Medi yang dipamerkan di Limanjawi Art House Borobudur, Magelang, Rabu (10/5/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Kabupaten Magelang -

Perupa Easting Medi (47) dikenal dengan karya lukisan patung kepala Buddha. Lukisan kepala Buddha ini sudah ada ratusan karya hingga disukai kolektor dari mancanegara.

Pemilik nama asli Ismedi sejak masih remaja suka melukis. Dulunya memakai media kaca, kemudian beralih menggunakan kanvas.

Medi mulai 2003 bergabung dengan Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI). Dalam perkembangannya ia serius melukis kepala Buddha sejak 2012. Ia pun menuturkan alasannya melukis patung kepala Buddha itu, yakni teringat saat masa kanak-kanak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini cerita romantika masa anak-anak. Waktu kecil sering naik candi mengamati relief, relung-relung terus tertuju pada rupa Buddha yang sangat mengagumkan. Setelah itu, berteduh di bawah pohon bodi. Itu menjadi rasa yang sangat menyenangkan dan menggembirakan," kata Medi kepada wartawan saat ditemui di Limanjawi Art House Borobudur, Rabu (10/5/2023).

Menurutnya, memori tersebut terekam hingga dewasa. Ketika menggoreskan cat di kanvas dan melukis rupa kepala Buddha, ia teringat masa kanak-kanak yang sangat menyenangkan.

ADVERTISEMENT
Lukisan karya Easting Medi yang dipamerkan di Limanjawi Art House Borobudur, Magelang, Rabu (10/5/2023).Easting Medi dan lukisannya yang dipamerkan di Limanjawi Art House Borobudur, Magelang, Rabu (10/5/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng

Perjalanan selama 23 tahun berkarya tersebut kemudian diwujudkan dengan menggelar pameran tunggal di Limanjawi Art House. Adapun pameran dengan tema Light Up The Soul berlangsung sejak 6 Mei hingga 4 Juni 2023.

"Itu yang menjadi (alasan) kenapa saya melukis tema tentang rupa Buddha, ditambah dengan daun bodi karena merupakan satu kesatuan. Untuk jumlah 58 karya, dari berbagai media, ada cat air. Itu yang saya pamerkan disini tahun 2000. Dari dulu masih bisa on the spot gambar langsung di candi, naik bawa kertas sama cat nglukis langsung dengan material cat air," tutur Medi yang tinggal di Tingal Wetan, Borobudur, itu.

"Di tahun 2012, 2014 itu membuat karya rupa Buddha itu dengan media cat minyak di atas kanvas. Terus, akrilik di tahun 2016, 2017 hingga tahun 2019 sebelum pandemi banyak memakai media akrilik karena mudah dan banyak warna pilihannya," tuturnya.

Medi menuturkan, awal pandemi dengan adanya imbauan bekerja di rumah, hindari kerumunan, bahkan tak bisa membeli cat. Meski demikian, ia tetap berkarya dengan memanfaatkan pewarna yang ditemukan di sekitar rumahnya.

Lukisan karya Easting Medi yang dipamerkan di Limanjawi Art House Borobudur, Magelang, Rabu (10/5/2023).Lukisan karya Easting Medi yang dipamerkan di Limanjawi Art House Borobudur, Magelang, Rabu (10/5/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng

"Pas pandemi COVID-19 tahun 2020, saya menggunakan media yang ada di rumah itu. Habis material cat nggak bisa membeli, akhirnya beralih ke pewarna sekitar rumah ketemu seperti kunyit, temulawak, temugiring, temuireng, bengle, kencur. Itu masuk bahan baku jamu atau empon-empon," kata dia.

"Saya pamerkan di sini untuk karya-karya di tahun 2021, 2022 dan 2023. Itu, saya banyak memakai acuan tanaman hias yang ada di rumah seperti tanaman aglaonema. Warnanya kan macam-macam, itu saya jadikan sebagai inspirasi warna sebagai acuan di rupa Buddha yang hasilnya warna-warni," ujarnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Ia menyebut karya lukisan patung kepala Buddha dengan berbagai ukuran lebih dari 100-an. Para pembeli lukisan para kolektor dari mancanegara baik Asia maupun Eropa.

"Kalau Asia seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Filipina, Thailand. Kalau Eropa yang ada Swiss, Amerika, Perancis, Belanda, Spanyol, Inggris," ujar Medi.

Sementara itu, Pengelola Limanjawi Art House, Umar Chusaeni menambahkan, keberadaan Candi Borobudur yang dilihat dari sisi fisik menjadi inspirasi para pelaku seni. Salah satunya yang dilakukan Easting Medi.

"Satu yang menarik dari pameran tunggal Easting Medi, dia mengangkat hanya satu hal yang ada di Candi Borobudur. Itu, bisa memotivasi seniman-seniman lain untuk lebih menggali apa yang ada di Candi Borobudur," ujar Umar.

"Ini bagian dari melestarikan Candi Borobudur melalui media seni rupa dan ini melestarikan Borobudur tidak cukup merawat wajib. Seniman menampilkan ini pelestarian," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Wujud Stairlift di Candi Borobudur yang Ramai Disorot"
[Gambas:Video 20detik]
(rih/rih)


Hide Ads